BerandaTafsir TematikSurah Al-Baqarah Ayat 201: Doa Memohon Kebaikan di Dunia dan di Akhirat

Surah Al-Baqarah Ayat 201: Doa Memohon Kebaikan di Dunia dan di Akhirat

Artikel ini menjelaskan surah al-Baqarah ayat 201 tentang doa bagi kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Allah Swt berfirman:

وَمِنۡهُم مَّن یَقُولُ رَبَّنَاۤ ءَاتِنَا فِی ٱلدُّنۡیَا حَسَنَةࣰ وَفِی ٱلۡـَٔاخِرَةِ حَسَنَةࣰ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Al-Baqarah: 201)

Doa di atas, yang biasa kita panjatkan setiap usai shalat, sering juga disebut dengan “Doa Sapu Jagat”. Doa Sapu jagat tersebut menempati posisi yang sangat spesial dan istimewa di kalangan umat Islam. Selain kalimatnya sangat mudah untuk dihafal, kandungan maknanya pun begitu luar biasa.

Mari kita kaji uraian makna yang terkandung dalam rangkaian doa Surah al-Baqarah ayat 201 di atas.

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.

Ibn Katsir ketika menafsirkan ayat yang berisi doa tersebut menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan kebaikan di dunia adalah segala hal yang menjadi harapan setiap manusia yang hidup di dunia ini, berupa kesehatan yang prima, rezeki yang melimpah, ilmu yang bermanfaat, pasangan hidup yang baik, rumah yang penuh kenyamanan dan kedamaian, serta kehidupan yang berkah.

Baca Juga: Doa Untuk Orang Tua dalam Al-Quran dan Tafsir Surat Al-Isra’ [17]: 24

Adapun kebaikan di akhirat adalah dimudahkan pada hari perhitungan (yaum al-hisab), diberikan catatan kebaikan, serta menjadi penghuni surga. Sedangkan dipelihara dari siksa (api) neraka adalah dihindarkan dari segala perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah, serta dijauhkan dari perkara yang haram dan syubhat ketika di dunia.

Rangkaian kalimat yang terangkum indah dalam doa ini mencakup seluruh hajat, keinginan, harapan, serta cita-cita setiap manusia. Ya, adakah cita-cita yang lebih tinggi selain berharap kebaikan (hasanah) dunia-akhirat, serta mohon dijaga dari siksa (api) neraka?

Setiap manusia menginginkan kehidupan yang baik. Dalam bahasa agama, kehidupan yang baik adalah kehidupan yang berkah. Ya, berkah yang melingkupi seluruh aspek kehidupan. Berkah rezekinya, berkah ilmunya, berkah keluarganya, berkah segala-galanya.

Kata berkah adalah kata serapan dari bahasa Arab, Al-barakah. Dalam Mu’jam Ma’ani al-Asma (Kamus tentang makna dari nama-nama/kata-kata) dijelaskan bahwa kata barakah mengandung arti: kebahagiaan, berkembang, tumbuh, bertambah, dan kebaikan.

Masih menurut kamus tersebut, kata barakah selalu dikaitkan dengan konteks agama. Al-Qur’an menyebut kata ini sebanyak dua kali dan selalu dalam bentuk jamak, barakaat, tidak dalam bentuk mufrad (tunggal), barakat, seperti terdapat pada Q.S. 7: 96, dan Q.S. 11: 48, yang kemudian diterjemahkan menjadi berkah (dalam jumlah yang besar/banyak).

Dalam Kamus Lisan al-‘Arab dijelaskan bahwa kata ‘barakah’ bersal dari gambaran tentang unta yang mendekam. Orang Arab biasa mengatakan baraka al-ba’ir, unta itu mendekam. Biasanya, ketika unta kekenyangan setelah makan, ia segera menekuk lututnya untuk kemudian mendekam dalam waktu yang lama.

Pengertian ini kemudian berkembang, bahwa setiap yang “mendekam” dan “menetap” dalam waktu lama diungkapkan dengan kata ba-ra-ka. Sehingga kata al-barakah kemudian diartikan dengan khairat tsabitah, kebaikan (nikmat) yang “menetap”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘berkah’ didefinisikan dengan “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”.

Para ulama mendefinisikan makna al-barakah dengan kalimat yang berbeda, tetapi memiliki hakekat makna yang sama. Ibnu Abbas, misalnya, menjelaskan makna al-barakah sebagai al-katsrah fi kulli khair, keberlimpahan pada setiap nikmat yang baik. Ar-Raghib Al-Asfahany mendefinisikan berkah dengan tetapnya kebaikan Allah terhadap sesuatu. Sedangkan Ibn al-Qayyim Al-Jauziyah mendefinisikan berkah sebagai kenikmatan atau kebaikan yang banyak dan terus menerus. Al-Zarqani juga mengutip pandangan ulama-ulama bahwa ¬al-barakah adalah al-ziyadah min al-khair wa al-karamah, kenikmatan dan kemurahan yang bertambah-tambah.

Dari beragam makna tentang berkah tersebut, dapat disimpulkan bahwa berkah adalah sebuah anugerah karunia nikmat berlimpah yang datang dari Allah dan bersifat menetap dalam waktu yang lama.

Hidup berkah adalah sebuah kondisi kehidupan seseorang yang diliputi kebaikan dalam waktu yang lama, hingga akhir hayatnya. Kebaikan yang dimaksud tidak sekedar ketika hidup di dunia ini saja, tetapi juga hingga kelak ketika hidup di akhirat.

Dengan demikian, keberkahan hidup itu meliputi segala aspek kehidupan ketika di dunia, yang pada akhirnya menghadirkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Didi Junaedi
Didi Junaedi
Dosen Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...