BerandaKhazanah Al-QuranInilah Lima Fadilah Membaca Al-Qur’an Menurut Hadis-Hadis Sahih

Inilah Lima Fadilah Membaca Al-Qur’an Menurut Hadis-Hadis Sahih

Membaca Al-Qur’an adalah salah satu ibadah yang dianjurkan dalam ajaran Islam. Sebab, ketika seseorang membaca Al-Qur’an, berarti ia sedang memahami sumber ajaran Islam dan pada saat yang bersamaan ia seakan-akan berkomunikasi dengan Allah swt. Di samping itu, fadilah membaca Al-Qur’an ada banyak seperti mendapatkan syafaat, pahala dan keberkahan.

Membaca Al-Qur’an adalah rutinitas harian nabi Muhammad saw. Imam al-Tirmidzi dalam kitabnya asy-Syamail al-Muhammadiyyah menuturkan bahwa nabi saw senantiasa membaca Al-Qur’an pada berbagai kesempatan, baik dalam ibadah mahdah maupun dalam keadaan santai. Tidak hanya itu, perilaku beliau sehari-hari juga mencerminkan Al-Qur’an yang dibacanya.

Hal serupa diriwayatkan oleh Imam an-Nawawi dalam kitabnya Riyadhus Shalihin. Ia menyebutkan berbagai kebiasaan nabi Muhammad saw ketika membaca Al-Qur’an; salah satunya adalah beliau selalu membaca Al-Qur’an dengan jelas dan terang kata demi kata, kalimat per kalimat dan ayat demiki ayat sesuai tajwid, tidak ada satu pun huruf yang terdengar samar atau tidak jelas.

Baca Juga: Hukum Membaca Surat-Surat Al-Qur’an Tanpa Berurutan

Kebiasaan nabi saw membaca Al-Qur’an tersebut kemudian diikuti oleh para sahabat dan generasi setelahnya. Bahkan disebutkan dalam Siyar A’lam Nubala (4/209), para budak muslim di masa nabi saw yang notabene memiliki kegiatan padat dan berat senantiasa berusaha membaca Al-Qur’an setiap hari dan sebanyak mungkin. Suatu semangat yang patut untuk kita – manusia merdeka – tiru.

Ibnu Sa’ad meriwayatkan hal yang sama dalam al-Thabaqat al-Kabir (7/113). Disebutkan bahwa para budak – salah satunya Abu al-‘Aliyah ar-Rayahi – sering mengkhatamkan Al-Qur’an setiap malam. Kebiasaan ini mereka lakukan dengan semangat dan giat, namun pada saat yang sama hal itu memberi beban yang ukup berat bagi tubuh, karena pada siang hari mereka harus bekerja seharian.

Ketika nabi Muhammad saw mendengar hal ini, beliau lalu menyarankan mereka untuk mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu sepekan, bukan semalam. Saran ini beliau sampaikan agar mereka bisa mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian bekerja dan agar membaca Al-Qur’an tidak menjadi suatu kegiatan yang terasa berat (menyusahkan) sehingga tidak dilakukan secara maksimal.

Kegigihan para sahabat di atas adalah sikap yang patut diteladani oleh muslim Abad ini. Sesibuk apa pun seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, hendaknya ia meluangkan waktunya – barang – sejenak untuk membaca Al-Qur’an dengan khusyuk dan khudu’. Imam an-Nawawi dalam al-Tibyan mengatakan, “Sepantasnya seseorang menjaga rutinitas dan memperbanyak membaca Al-Qur’an.”

Lima Fadilah Membaca Al-Qur’an Menurut Hadis

Selain merupakan sunah nabi dan kebiasaan ulama terdahulu, membaca Al-Qur’an juga memiliki keutamaan tertentu. Fadilah membaca Al-Qur’an ini dapat didapatkan oleh siapa saja yang dengan tulus melafalkan kalam Ilahi. Melalui ketulusan dan kehadiran hati, ia akan mampu menikmati bacaan Al-Qur’an seakan-akan sedang berdialog dengan Allah swt.

Fadilah membaca Al-Qur’an banyak disebutkan dalam hadis nabi Muhammad saw untuk memotivasi umat Islam untuk men-tadabburi Kalamullah, di antaranya:

  1. Termasuk dalam golongan manusia terbaik

Fadilah membaca Al-Qur’an yang pertama adalah membuat pelakunya termasuk ke dalam golongan manusia terbaik. Hal ini disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dari Utsman bin Affan yang berbunyi:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

  1. Mendapatkan karunia tiada taranya

Fadilah membaca Al-Qur’an yang kedua adalah membuat pelakunya mendapatkan karunia tiada taranya. Nabi Muhammad saw bahkan menyebutkan bahwa seseorang tidak sepantasnya cemburu kepada orang lain kecuali terhadap dua golongan dan salah satunya adalah ahli Al-Qur’an yang mengamalkannya. Ini menunjukkan begitu besar karunia yang mereka dapatkan.

Dari Ibnu Umar ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Al-Quran). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari.” (Hr. Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa’i)

Menurut Imam Nawawi, hadis ini berbicara mengenai kebolehan merasa iri terhadap orang yang dikaruniai Al-Qur’an dan mengamalkannya serta pemilik harta yang menyedekahkan hartanya di jalan Allah swt. Pemahaman serupa disampaikan oleh sebagian ulama, bahwa hadis ini berisi tentang hukum iri terhadap dua golongan tersebut.

Terlepas dari pandangan di atas, sebenarnya tujuan utama hadis riwayat Ibnu Umar ini bukanlah soal hukum iri, melainkan penegasan terhadap ketinggian karunia yang didapatkan oleh dua golongan tersebut. Hadis ini seakan berkata, “iri itu tidak diperbolehkan sama sekali karena tidak ada manfaatnya. Kalaupun boleh, maka irilah kepada dua golongan, yakni ahli Al-Qur’an dan ahli sedekah, karena mereka mendapatkan kemuliaan tertinggi.”

  1. Mendapatkan syafaat

Fadilah membaca Al-Qur’an yang ketiga adalah membuat pelakunya mendapat syafaat di akhirat kelak. Hal ini ditegaskan dalam hadis riwayat muslim dari Abu Umamah al-Bahili ra yang berbunyi:

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya” (HR. Muslim).

Fadilah membaca Al-Qur’an ini diperkuat oleh hadis nabi Muhammad saw yang menyatakan bahwa kelak (di hari kiamat) Al-Qur’an akan datang memohon secara langsung kepada Tuhannya agar menganugerahkan kepada pembacanya sebuah mahkota kemuliaan. Kemuliaan ini tidak dapatkan oleh seseorang kecuali bagi yang gemar dan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Beliau bersabda:

Kelak di hari kiamat Al-Qur’an akan datang, seraya memohon kepada Tuhannya: ‘Wahai Tuhan, pakaikanlah kepadanya (pembaca Al-Qur’an)!’ Kemudian ia dipakaikan mahkota kemuliaan. Kemudian ia memohon kembali, ‘Wahai Tuhan, tambahkanlah!’ Kemudian dipakaikan pakaian kemuliaan. Kemudian ia memohon lagi, ‘ Wahai Tuhan, ridailah dia!’ Kemudian Allah pun meridainya. Maka ia berkata: bacalah dan naiklah. Sebab setiap satu ayat akan dilipatkan satu kebaikan.” (HR. Tirmidiz).

  1. Mendapatkan ganjaran pahala berlipat ganda

Fadilah membaca Al-Qur’an yang keempat adalah mendapatkan ganjaran pahala yang berlipat ganda. Sebab, setiap huruf bacaan huruf Al-Qur’an akan bernilai satu kebaikan. Artinya, hanya dengan membaca al-fatihah yang terdiri dari 139 huruf, seseorang akan mendapatkan 139 kebaikan pula. Hal ini ditegaskan dalam hadis riwayat Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud ra yang berbunyi:

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.

Artinya: “Abdullah bin ra berkata: Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf’.” (HR. Tirmidzi).

  1. Dikumpulkan bersama para malaikat

Fadilah membaca Al-Qur’an yang kelima adalah membuat pelakunya dikumpulkan bersama para malaikat. Hal ini ditegaskan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra yang berbunyi:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ (متفق عليه).

Artinya: “Orang yang pandai membaca Al-Qur`an, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dengan terbata-bata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaqun Alaih).

Berdasarkan penjelasan di atas, membaca Al-Qur’an adalah ibadah yang mulia. Ibadah ini memiliki keutamaan yang dapat menghantarkan pelakunya mendapatkan kemuliaan tertinggi. Sebagai catatan, membaca Al-Qur’an hendaknya dilakukan dengan khusuk dan khudu’. Kemudian, apa yang dikejar bukanlah kuantitas, melainkan kualitas dan konsistensi bacaan. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...