Pada artikel sebelumnya, Surah an-Nisa [4] Ayat 31: Perintah Menjauhi Dosa Besar, telah dijelaskan bahwa Al-Qur’an memerintahkan pembacanya untuk menjauhi dosa besar, karena itu akan mengantarkan seseorang kepada murka Allah swt. Dosa-dosa besar tersebut ada beragam bentuk dan jenisnya. Sebagai contoh, pada surah al-Furqan [25] ayat 68-69 disebutkan tiga dosa besar yang wajib dihindari, yakni syirik, membunuh, dan berzina.
Firman Allah swt:
وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا ۙ ٦٨ يُّضٰعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيْهٖ مُهَانًا ۙ ٦٩
“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.” (QS. Al-Furqan [25] ayat 68-69).
Baca Juga: Tafsir Surah Hud Ayat 114: Perbuatan yang Dapat Menghapus Dosa
Secara umum, surah al-Furqan [25] ayat 68-69 berbicara mengenai tiga dosa besar yang wajib dihindari, yakni: pertama, syirik atau menyekutukan Allah Swt, baik dengan menyembah selain-Nya ataupun percaya kepada kekuatan selain-Nya; kedua, membunuh manusia tanpa alasan yang dibenarkan oleh agama, baik membunuh sesama muslim maupun non-muslim; ketiga, berzina, baik zina badan mau pun zina hati.
Menurut Quraish Shihab, surah al-Furqan [25] ayat 68-69 berisi tentang salah satu ciri hamba Ar-Rahman (mukmin sejati), yakni tidak menyekutukan Allah Swt dengan sesuatu apa pun, tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh-Nya, dan tidak berzina. Sebab, ketiga hal tersebut adalah dosa besar yang wajib ditinggalkan dan seorang hamba yang beriman kepada Allah pasti tidak melakukannya dan tidak pula mendekatinya.
Ayat di atas jika dihubungkan dengan ayat-ayat sebelumnya, seakan-akan berkata, “Selain memiliki keimanan dan amal saleh, hamba ar-Rahman (mukmin sejati) adalah orang yang tauhidnya murni dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Di samping itu, ia juga tidak akan membunuh jiwa manusia kecuali dengan sebab yang dibenarkan Allah Swt dan ia tidak pula berzina.” (Tafsir al-Misbah [9]: 535).
Al-Sa’adi dalam menyebutkan dalam kitabnya, Taisir al-Karim al-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan, surah al-Furqan [25] ayat 68-69 berisi tentang salah satu ciri hamba al-Rahman yakni mukmin sejati yang diberi rahmat sehingga mampu meng-Esakan Allah Swt dari segi rububiyyah dan uluhiyyah dalam setiap kondisi (tidak melakukan kesyirikan). Ciri hamba mukmin sejati yang lain adalah tidak melakukan pembunuhan terhadap siapa pun, dan tidak pula berzina.
Imam adz-Dzahabi berpendapat, syirik adalah dosa besar yang wajib dihindari. Bahkan ia menempatkan sebagai dosa besar paling berbahaya bagi seorang muslim, sebab dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah swt. orang yang menyekutukan Allah lalu mati dalam keadaan seperti itu tanpa sempat bertobat kepada-Nya, maka sungguh – kemungkinan besar – ia termasuk penghuni abadi neraka (al-Kabair: 90)
Syirik ada dua macam bentuknya, yaitu: pertama, menjadikan sesuatu sebagai tandingan dan sekutu bagi Allah Swt, baik itu berupa benda mati seperti batu, gunung, matahari, dan api, maupun makhluk hidup seperti raja, nabi, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Inilah yang disebut sebagai syirik besar sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Qayyim dalam al-Jauziyyah dalam kitabnya Madarij Al-Salikin Baina Manazil Iyyaka Wa Iyyaka Nasta’in.
Syirik yang kedua adalah syirik kecil, misalnya menyertai amal perbuatan baik dengan rasa riya. Allah berfirman, “..Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya” (al-Kahf [18]: 110). Maksud dari jangan menyekutukan di sini adalah tidak menyertakan rasa riya bersama amal ibadah yang dilakukan (al-Kabair: 93).
Lantas apakah dosa syirik sama sekali tidak bisa diampuni oleh Allah? Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsir Al-Qur’an al-Azim, “Allah Swt tidak akan mengampuni dosa syirik yaitu ketika seorang hamba bertemu dengan-Nya (meninggal) dalam keadaan berbuat syirik.” Hal serupa disampaikan oleh Ibnu Jauzi dalam Zad Al-Masir Fi Ilmi al-Tafsir. Menurutnya, orang yang mati dalam keadaan syirik tidak akan diampuni dosanya.
Dengan kata lain, jika seseorang bertobat secara sungguh-sungguh dari syirik sebelum meninggal, maka ia akan diampuni oleh Allah meskipun ia mungkin akan disiksa karena dosa-dosanya. Namun sebagai catatan, seseorang tidak akan pernah tahu kapan ia mati dan menghadap Ilahi. Oleh karena itu sebaiknya ia tidak bermain-main dengan perbuatan dosa besar, terutama syirik yang tidak akan diampuni.
Kemudian, yang dimaksud dari tidak membunuh adalah tidak menghilangkan nyawa orang lain secara zalim, tanpa alasan yang dibenarkan agam, baik itu sesama muslim maupun non-muslim. Ibnu hajar menerangkan, muslim dilarang membunuh atau memerangi orang kafir mua’ahad, yakni non-muslim yang memiliki perjanjian dengan kaum Muslimin, baik dengan membayar jizyah, perjanjian damai dari pemerintah, atau jaminan keamanan dari seorang muslim (Fath al-Bari).
Hal senada disampaikan oleh Imam al-Mundziri dalam kitabnya, al-Targhib wa al-Tahrib. Menurutnya, seorang dilarang memerangi muslim lainnya dan non-muslim yang ingin berdamai. Perang hanya bisa dilakukan pada situasi tertentu sesuai aturan agama. Jika seorang muslim mengabaikan aturan tersebut, yakni larangan membunuh, maka ia adalah pendosa dan akan mendapatkan siksa dari Allah Swt.
Baca Juga: Tuntunan Al-Quran dalam Melaksanakan Tahapan Taubat dari Dosa-Dosa
Dosa besar yang wajib dihindari selanjutnya adalah zina. Secara umum, zina terbagi kepada dua bentuk: pertama, zina badan yakni hubungan badan yang tidak halal antara dua individu bukan pasangan suami-istri. Zinan badan juga bisa hanya berupa aksi dari salah satu pihak ke pihak yang lain seperti memandang berlebihan; kedua, zina hati yakni angan-angan atau membayangkan seseorang dengan gejolak syahwat.
Berdasarkan penjelasan di atas, jika seseorang ingin menjadi mukmin sejati, ia tidak cukup hanya mengerjakan amal saleh, tetapi juga ia harus meninggalkan maksiat, terutama tiga dosa besar yang wajib dihindari sebagaimana tertuang dalam surah al-Furqan [25] ayat 68-69. Kalau pun ia sudah terlanjur melakukannya, maka sebaiknya segera bertobat dengan sungguh-sungguh (taubat nasuha) agar Allah swt mau mengampuninya. Wallahu a’lam.