BerandaUlumul QuranTipologi Penafsiran Al-Quran Menurut Johanna Pink (Part I)

Tipologi Penafsiran Al-Quran Menurut Johanna Pink (Part I)

Penafsiran Al-Qur’an pasca era kanonisasi terus mengalami perkembangan. Perkembangan penafsiran ini kemudian menemukan momentum geliatnya di zaman klasik dan pertengahan, ditandai dengan begitu banyaknya karya-karya tafsir zaman ini. Sayangnya, kekayaan tradisi penafsiran pramodern tersebut cenderung ditinggalkan oleh sarjana modern dan kontemporer pengkaji studi Al-Qur’an karena dianggap usang secara metodologi. Namun, itu tidak berlaku bagi Johanna Pink, seorang peneliti Al-Qur’an dan tafsir dari Freie Universitat, Berlin.

Bagi Pink, tradisi penafsiran pramodern merupakan aset berharga yang bisa digali, tentu dalam naungan kerangka kerja ‘epistemologi modern’, menurutnya. Dengan cermat, karya-karya tafsir pramodern tersebut ia sandingkan dengan karya tafsir modern dan kontemporer untuk kemudian dianalisis. Hasil dari analisisnya kemudian melahirkan varian-varian penafsiran Al-Qur’an atau biasa disebut tipologi penafsiran Al-Qur’an.

Dalam penelitiannya, Johanna menggunakan data sampling 11 karya tafsir dari mufassir Sunni, dengan perincian 4 karya tafsir dari Mesir, 2 dari Suriah, 3 dari Indonesia, dan 2 dari Turki. Karya-karya tafsir tersebut adalah Zahrat al-Tafāsīr karya Abu Zahra, Al-Tafsir al-Wasīṭ, Al-Tafsir al-Wasīṭ li’l-Qurʾān al-Karīm karya Sayyid Tantawi, Tafsir al-Shaʿrāwī karya Mutawalli Sya’rawi, Asās fī’ al-Tafsīr terbitan Akademisi Riset Al-Azhar, Al-Tafsir al-Munīr fī’ al-ʿAqīda wa’ al-Sharī’a wa’ al-Manhaj karya Wahbah Zuhayli, Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, Tafsir Kemenag RI, Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab , Yüce Kur’ânın Çağdas¸ Tefsîri karya Süleyman Ates, dan Kuran Yolu: Türkçe Meâl ve Tefsir terbitan Diyanet Turki dan Marmara Üniversitesi.

Penelitian akademiknya itu kemudian diterbitkan dalam Journal of Qur’anic Studies, Edinburg University Press, SOAS, tahun 2010, dengan judul Tradition, Authority and Innovation in Contemporary Sunni tafsir: Toward a Typology of Qur’an Commentaries from the Arab World, Indonesia and Turkey.

Baca Juga: Mengurai Dua Peta Tipologi Pemikiran Tafsir Kontemporer

Tipologi Berdasarkan Strategi Metode Penafsiran

Ada beberapa tipologi penafsiran yang berhasil dirumuskan oleh Johanna Pink, salah satunya adalah yang berdasarkan strategi metode penafsiran. Sebagaimana yang diungkapkan Pink, ia tidak menjelaskan interpretasi dari komentar para mufassir maupun sikap mufassir, soal penafsiran jihad misalnya. Fokus dari penelaahan tipologi ini adalah soal metode dan sumber yang digunakan para mufassir. Atas dasar tersebut tipologi ini terbagi menjadi tiga bagian.

Varian pertama, mufassir klasik hingga pra-modern begitu mementingkan penggunaan sanad hadis sebagai rujukan dan kutipan, dan cenderung tidak menyukai penafsiran di luar itu. Ia mencoba menyandingkan komentar para mufassir dalam karya tafsir yang ia teliti, salah satunya soal asbabun nuzul surah At-Taubah ayat 111. Para mufassir pramodern hampir semuanya menyepakati asbabun nuzul surah tersebut berkaitan dengan konteks bay’ah aqabah sesuai dengan rujukan sanad otoritatif sebagaimana yang digunakan dalam Tafsir At-Tabari.

Para mufassir pramodern menurut Pink kurang menyukai asbabun nuzul di luar konteks bay’ah aqabah meskipun ada alternatif penjelasan berbeda melalui hadis ahad, riwayat Ibnu Hatim, misalnya. Varian penafsiran ini juga dianut oleh rata-rata mufassir kawasan Arab seperti Abu Zahra, Sayyid Tantawi, Mutawalli Sya’rawi, Sai’d Hawwa, dan lain-lain.

Varian kedua, mufassir modern lebih menggunakan pendekatan literal, namun dalam kerangka semangat reformis. Dalam hal ini, Pink mengambil contoh pada kasus penafsiran lafaz al-sāʾiḥūn dalam surah At-Taubah 112.  Lafaz al-sāʾiḥūn yang secara definitif berarti orang yang bepergian tidak begitu mendalam dijelaskan oleh Al-Qur’an. Seperti yang diungkap sebelumnya, para mufassir pramodern menafsirkan lafaz tersebut mengikuti penjelasan dominan sanad hadis, yaitu sebagai orang yang berpuasa. Namun sebaliknya, para mufassir modern masuk pada varian penafsiran kedua.

Johanna menyebutkan dua sampel mufassir modern yaitu Muḥammad Rashīd Riḍā dan Jamāl al-Dīn al-Qāsimī yang memaknai al-sāʾiḥūn secara leksikal yaitu sebagai orang yang bepergian. Mufassir modernis tersebut bernaung dibawah semangat reformasi zaman yang mana memaknai al-sāʾiḥūn tidak sebatas sebagai orang yang bepergian saja. Al-Qāsimī misalnya, menerjemahkan lafaz tersebut sebagai jihad, termasuk segala upaya untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan, baik itu dengan puasa, hijrah, introspeksi kontemplatif atau mengejar ilmu.

Baca Juga: Mengenal Tipologi Penafsiran Al-Qur’an dalam Pandangan Aksin Wijaya

Varian ketiga, para mufassir kontemporer memakai acuan pendekatan historis-kontekstual dan meninggalkan pendekatan otoritas sanad hadis. Hal ini dijelaskan Johanna misalnya penafsiran mereka atas lafaz al-sāʾiḥūn dalam surah At-Taubah ayat 112. Mufassir kontemporer seperti Quraish Shihab, Süleyman Ates dan Diyanet Turki cenderung tidak sepakat jika makna al-sāʾiḥūn tersebut harus direduksi menjadi definisi tunggal.

Johanna menjelaskan bahwa para mufassir Diyanet Turki memaknai lafaz itu sebagai suatu keadaan pikiran seorang individu yang menyadari bahwa hidup ini hanyalah tahap peralihan dalam perjalanan menuju Tuhan. Sedang Quraish Shihab, meskipun menyematkan kata “bepergian” sebagai makna utama lafaz al-sāʾiḥūn, tapi melebarkan definisinya seperti untuk mengejar pengetahuan atau untuk mentadabburi tanda-tanda Allah dalam ciptaan-Nya. Quraish Shihab juga mengungkapkan bahwa lafaz tersebut memiliki aspek semantik dan keluwesan sehinga tidak ada alasan untuk mempersempit tafsiran makna. Cakupannya bisa berarti jihad atau suatu introspeksi kontemplatif.

Tipologi penafsiran Al-Qur’an yang diformulasikan oleh Johanna Pink ini tentu merupakan satu penemuan menarik dalam khazanah studi Qur’an. Tipologi ini mengantarkan mindset bahwa varian penafsiran yang berbeda-beda atas suatu penafsiran adalah hal yang lumrah dan perbedaan-perbedaan interpretasi justru makin memperkaya diskursus keilmuan dalam dunia Islam. Wallahu a’lam.

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...