Matahari sebagai salah satu tanda kekuasaan dan kebesaran Allah Swt ternyata menyimpan segudang hikmah bagi mereka yang berpikir. Salah satu surah dalam al-Qur’an secara khusus dinamai dengan surah al-Syams (surah matahari), yang diawali dengan ungkapan wa syams (Demi Matahari). Sungguh luar biasa dan istimewanya matahari ini sampai-sampai Allah Swt bersumpah atas namanya. Sejatinya matahari sebagai tanda kekuasaan Allah Swt telah dinyatakan salah satunya dalam firman-Nya, Q.S. An-Nahl ayat 12:
وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۙ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۗوَالنُّجُوْمُ مُسَخَّرٰتٌۢ بِاَمْرِهٖ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَۙ
Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan bintang-bintang dikendalikan dengan perintah-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti, (Q.S. An-Nahl [16]: 12)
Tafsir Surah An-Nahl Ayat 12
Al-Tabari dalam Jami’ al-Bayan menafsirkan ayat di atas, bahwa di antara nikmat yang dianugerahkan kepada manusia ialah Allah Swt menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untuk manusia. Tujuannya tidak lain adalah untuk memberikan kenyamanan bagi kehidupan manusia. Matahari dan bulan juga berfungsi sebagai penanda waktu dalam peradaban mereka.
Lebih dari itu, al-Tabari menuturkan bahwa penciptaan matahari sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah Swt merupakan petunjuk-petunjuk yang jelas (dalailat wadhihat) bagi mereka yang berpikir dan memahami tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Senada dengan al-Tabari, al-Qurtubi dalam tafsirnya juga menyampaikan bahwa di balik penciptaan malam dan siang, matahari dan bulan, serta bintang-bintang ialah agar manusia dapat mengetahui waktu dengan jelas (li ma’rifati al-auqat), kapan musim panen buah dan sayuran, kapan bergantinya hari dan tahun, kapan waktunya beraktifitas dan beristirahat, dan lain sebagainya. Bahkan, tidak lain tujuan penciptaan semua itu, kata al-Qurtubi, ialah agar memantik akal manusia untuk merenungi keindahan ciptaan-Nya, sehingga semakin memperkokoh keimanannya kepada Allah Swt.
Adapun Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa cahaya matahari, bulan maupun bintang-bintang berfungsi sebagai nuran wa dhiya-an (sinar dan cahaya yang memancar) untuk menerangi gelapnya malam (li yahtadi biha fi al-dzulumat).
Lebih dari itu, Ibnu Katsir menyatakan bahwa matahari, bulan, planet-planet, dan semua benda langit ciptaan-Nya berjalan sesuai garis orbitnya. Mereka patuh dengan ketetapan tersebut, tidak saling mendahului apalagi memasuki garis di luar edarnya sehingga tidak terjadi tabrakan satu sama lain. Semuanya berjalan secara harmoni. Ia mengatakan:
وكل منها يسير في فلكه الذي جعله الله تعالى فيه، يسير بحركة مقدرة لا يزيد عليها ولا ينقص عنها، والجميع تحت قهره وسلطانه وتسخيره وتقديره وتسهيله
“Masing-masing bergerak dalam orbit yang telah diciptakan oleh Allah Swt. Mereka bergerak dengan gerakan yang teratur, tidak bertambah atau berkurang darinya. Segala sesuatu berada di bawah kekuasaan, aturan, ketetapan dan naungan-Nya.”
Lebih lanjut, Ibnu Katsir juga menyampaikan sesungguhnya di balik penciptaan semua itu terdapat bukti-bukti yang estetis (li dalailat ‘ala qudratihi ta’ala al-bahirah). Bukti bahwa Dia (Allah Swt) Maha Agung (sulthanuhu al-‘adzim). Tujuannya tidak lain untuk membuat mereka berpikir dan faham terhadap hujjahnya (li qaumin ya’qiluna ‘anillahi, wa yafhamuna hujjahu).
Baca juga: Memahami Makna Tadabbur al-Quran dan Implementasinya
Matahari Sebagai Tanda Kekuasaan Allah Swt
Q.S. An-Nahl ayat 12 di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa sesungguhnya kejadian siang dan malam, penciptaan matahari, bulan dan bintang-bintang adalah sebagai bukti akan kebesaran Allah Swt. Allah menciptakan bulan sebagai pelita di malam hari, matahari sebagai sumber cahaya yang menyinari di siang hari, dan Dia menciptakan garis edar atau garis orbit segala benda-benda langit agar berjalan sesuai kehendak-Nya untuk kepentingan manusia di muka bumi.
Lalu ayat di atas kemudian ditutup dengan isyarat di mana tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah Swt itu dapat dipahami, diteliti, dan ditelaah bagi manusia yang berpikir. Bagi mereka yang tidak menggunakan akalnya dengan baik, maka sesungguhnya mereka menyia-nyiakan anugerah yang Allah berikan. Allah Swt kerap kali membuat perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran dan mengungkap rahasia di balik fenomena yang ada. Tentu perumpamaan ini hanya dapat dipahami bagi mereka yang mau berpikir.
Sebagai penutup, matahari sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran Allah Swt akan semakin tampak berguna dan bermanfaat jika dipahami oleh manusia yang menggunakan akal dan mengoptimalkan segenap potensinya dengan baik. Semoga kita semua mampu mengoptimalkan akal dan segenap potensi kita dengan baik sehingga mampu memahami tanda-tanda kekuasann-Nya. Aamiin. Wallahu A’lam.
Baca juga: Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan Melalui Matahari dalam Al-Quran