Baru-baru ini, Najwa Shihab membuat pernyataan melalui akun Instagram pribadinya (@najwashihab) yang juga diupload di channel youtube nya tentang berita hoaks seputar covid-19 yang mengatasnamakan dirinya. Ia menyebut hal itu sebagai virus dusta di grup Whatsapp keluarga. Pasalnya beredar pesan Whatsapp yang mengatakan perihal covid-19 yang dibuat-buat mulai dari tes dan sebagainya.
Padahal, ejaan nama Najwa Shihab yang ditulis “Najwa Sihab” tanpa huruf “H” dalam pesan tersebut sudah menandakan kekeliruan. Namun tetap saja banyak dipercaya dan disebarkan. Realita inilah yang sering terjadi, terutama pada generasi yang lebih tua dan banyak terjadi di grup Whatsapp keluarga. Tidak heran, jika virus dusta merajalela.
Kasus di atas merupakan salah satu contoh dari beberapa berita bohong yang mengatasnamakan publik figur untuk informasi yang sedang sensitif dan sedang terjadi. Seorang Najwa Shihab yang terkenal mempunyai pengaruh yang besar di jagad media sosial, kejadian seperti ini tentu sangat berbahaya jika tidak segera dikonfirmasi benar dan tidaknya. Dan untuk kasus ini, beruntung Founder Narasi TV ini segera tanggap untuk mengkonfirmasi.
Seandainya tidak? Maka sudah seharusnya penikmat medsos ini bersikap teliti, hati-hati dan kritis. Tidak bisa semua berita yang mengatasnamakan tokoh idolanya itu diterima begitu saja. Begitupun dengan informasi dari pihak yang tidak disuka, jangn langsung tolak mentah-mentah, lakukan konfirmasi alias tabayyun. Di era media sosial ini, kewaspadaan terhadap hoaks, baik hoaks seputar covid-19 atau yang lainnya sangat perlu ditingkatkan.
Baca Juga: Cara Menangkal Hoaks (Berita Bohong) Menurut Pandangan Al-Quran
Dilansir dari www.merdeka.com, hingga Juni 2021, Juru Bicara Satgas Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengemukakan pemerintah telah mengklarifikasi sekitar 8 ribu kabar bohong atau hoaks seputar covid-19 yang beredar di masyarakat. Data ini cukup memilukan, melihat angka positif Corona yang juga makin tinggi.
Jika diamati, naiknya angka positif Corona juga diiringi dengan naiknya berita hoaks seputar covid-19 yang menyebar di mana-mana. Ada yang berbentuk pesan teks, suara, dan beberapa hanya cuitan-cuitan renyah netizen di media sosial. Salah satunya hoaks pesan berantai yang mengatasnamakan pihak-pihak tertentu agar dipercaya dan kemudian disebarkan (Rahadi, 2017).
Selain itu, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa media penyebaran hoaks banyak dilakukan melalui aplikasi chatting (Whatsapp, Line, Telegram) sebesar 62,80%, dan melalui media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan Path) yang merupakan media terbanyak digunakan yaitu mencapai 92,40% (Juditha, 2018). Ironisnya, daftar media sosial inilah yang banyak digunakan masyarakat kita.
Baca Juga: Belajar dari Sikap Nabi Yusuf As. dalam Menyikapi Hoaks, Perhatikan Surah Yusuf Ayat 26 dan 29
Bicara mengenai virus dusta atau berita hoaks yang banyak beredar, Al-Quran sesungguhnya telah mewanti-wanti untuk terus berhati-hati terhadap berita yang mengandung kebohongan ini. Sebagaimana termaktub dalam QS. al-Hujurat [49]: 6 sebagai berikut.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَ
Terjemah: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat [49]: 6).
Tafsir QS. Al-Hujurat [49]: 6
Imam al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi menjelaskan bahwa menurut satu pendapat, ayat tersebut diturunkan perihal AI-Walid bin Aqabah bin Abi Mu’ith, bahwa Rasulullah SAW mengutusnya untuk memungut zakat dari Bani Mushthaliq. Ketika Bani Musthaliq melihat AI Walid, maka mereka pun menghadap kepadanya, sehingga dia merasa takut terhadap mereka.
Menurut suatu riwayat, karena Al-Walid memiliki kedengkian terhadap Bani Musthaliq, sehingga ia kembali kepada Rasulullah dengan membawa berita bohong bahwa orang-orang Bani Musthaliq telah murtad dari agama Islam. Namun Rasulullah tidak langsung percaya, beliau mengutus Khalid bin Al-Walid untuk mengecek kebenaran berita tersebut.
Benar saja, Al-Walid ternyata berbohong. Melalui mata-matanya, Khalid memeriksa dengan sangat teliti dan tidak tergesa-gesa hingga membuktikan bahwa Bani Musthaliq tidaklah murtad. Mereka tetap memeluk agama Islam dan salat pun masih tetap dilaksanakan. Maka kemudian turunlah ayat tersebut.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah juga menjelaskan bahwa ayat tersebut berisi tuntunan logis terhadap penerimaan atas suatu berita yang tidak tahu kebenarannya. Sebab dalam kehidupan sendiri, manusia dan interaksinya didasarkan pada hal yang diketahui secara jelas. Karena keterbatasan yang ada, manusia tidak dapat menjangkau seluruh informasi.
Oleh karenanya, ada sebuah tuntunan terhadap penerimaan informasi yang didapat dengan ber-tabayyun. Khawatir jangan sampai seseorang melangkah tidak dengan jelas atau dalam bahasa ayat di atas bi jahalah. Dengan kata lain, ayat ini menuntut kita untuk menjadikan langkah kita berdasarkan pengetahuan sebagai lawan dari jahalah yang berarti kebodohan.
Selain itu, dalam ber-tabayyun (memeriksa) mencari kebenaran suatu informasi juga dapat dilihat dari pembawa berita dan isi beritanya. Jika sang pembawa berita secara kebiasaan adalah orang yang tidak dapat dipercaya, begitu pula informasi yang dibawa tidak wajar maka patut untuk tidak dipercaya.
Baca Juga: Doa Agar Terhindar dari Kezaliman dan Fitnah dalam Al-Quran
Seperti yang terjadi pada kasus Najwa Shihab, jika dalam menulis ejaan namanya saja sudah keliru, maka bagaimana dengan kontennya. Begitu pun dengan isi informasinya yang berbeda dari kebanyakan ahli mengenai covid-19, maka perlu dipertanyaan kredibelitasnya.
Sampai di sini, jelaslah bahwa tabayyun (memeriksa) kevalidan berita yang datang adalah keharusan. Jangan sampai virus dusta terus menghantui ditengah merebaknya wabah virus yang sesungguhnya. Biasakan saring sebelum sharing, biasakan mencari sumber informasi lain sebelum meneruskan kepada orang lain.
Wallahu A’lam.