Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 22-23

tafsir surah al-ahzab
tafsir surah al-ahzab

Setelah pada ayat-ayat sebelumnya menjelaskan perihal perilaku kaum munafik. Maka dalam Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 22-23 ini dijelaskan tentang bagaimana sikap seorang mukmin, diantaranya berjihad bersama Rasulullah pada Perang Ahzab. Rasulullah sebagai teladan, mengajarkan mereka untuk selalu tabah dan sabar dalam memperjuangkan agama Allah.


Baca Sebelumnya : Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 18-21


Bahkan diceritakan pula dalam Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 22-23 sikap kaum Muslimin yang ikut berperang, tampak “iri” kepada saudara mereka yang berperang dan meraih predikat syahid. Harapan mereka disetiap peperangan adalah mendapat momentum syahid yang sama seperti saudaranya. Sebaba komitmen mereka dalam menjalankan agama Allah dan mentaati perintah Rasul-Nya, diapresiasi oleh Allah melalui ayat ini.

Ayat 22

Pada ayat ini, Allah menerangkan sikap dan tindakan kaum Muslimin dalam menghadapi Perang Ahzab. Mereka bekerja dan berjuang semata-mata karena Allah dan mengikuti perintah Nabi, bukan karena kepentingan diri sendiri. Seluruh harta bahkan jiwa raga mereka serahkan kepada Nabi untuk kepentingan perjuangan.

Mereka berjuang dengan tabah dan sabar. Semakin besar bahaya mengancam, semakin kuat iman dan ketabahan mereka. Ketika mereka melihat keadaan tentara sekutu yang jumlahnya sangat besar dan akan menyerbu mereka, sedang jumlah mereka hanya sedikit, mereka berkata:

“Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul Nya kepada kita, berupa ujian dan cobaan, sebagai pendahuluan dari kemenangan yang akan datang. Oleh karena itu, kita harus tabah dan sabar dalam menghadapinya.”

Pada ayat yang lain diterangkan syarat-syarat kebahagiaan dan kemenangan yang akan diperoleh orang-orang yang beriman. Allah berfirman:

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. (al-Baqarah/2: 214).

Dan firman-Nya lagi:

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? (al- ‘Ankabut/29: 2).

Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir bahwa pada waktu menggali parit sebelum tentara sekutu datang, Rasulullah saw pernah menyampaikan bahwa Jibril mengatakan kepadanya bahwa kerajaan Persia dan Romawi akan takluk di bawah kekuasaan kaum Muslimin. Mendengar kabar berita itu, kaum Muslimin sangat senang karena mereka percaya bahwa itu adalah janji Allah.

Tatkala datang tentara sekutu mengepung, mereka menganggap bahwa kedatangan tentara sekutu itu adalah ujian dan cobaan bagi mereka sebelum memperoleh kemenangan dan sebelum mereka menaklukkan Persia dan Romawi, sehingga mereka mengucapkan:

“Benar apa yang dijanjikan Allah itu dengan meluaskan agama Islam ke seluruh penjuru dunia di kemudian hari, dan benar pula apa yang diisyaratkan Allah untuk mencapai kemenangan dan kebahagiaan itu, yaitu bertawakal dan sabar dalam menerima cobaan dan halangan.”


Baca Juga : Islam Melarang Berperang di Bulan Haram


Ayat 23

Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, at- Tirmizi, an-Nasa’i, dan imam-imam hadis yang lain dari sahabat Anas, ia berkata, “Pamanku Anas bin an-Nazzar, tidak ikut Perang Badar, maka ia merasa sedih dan kecewa.

Ia berkata, “Aku tidak hadir pada peperangan yang pertama kali diikuti Rasulullah saw. Sesungguhnya jika Allah memberikan kesempatan kepadaku mengikuti peperangan bersama Rasulullah sesudah ini, tentulah Allah Ta’ala akan melihat apa yang akan aku lakukan.”

Maka pamanku dapat ikut serta dalam Perang Uhud. Dalam perjalanan menuju Uhud, pamanku bertemu dengan Sa’ad bin Mu’adz, dan Sa’ad bertanya kepadanya, “Hai Abu ‘Amr, hendak ke manakah engkau?” Pamanku menjawab, “Mencari bau surga yang akan aku peroleh di Perang Uhud nanti.”

Maka pamanku terus ke Uhud dan gugur sebagai syuhada di sana. Pada tubuhnya terdapat kira-kira 80 bekas pukulan, tusukan tombak, dan lubang anak panah.” Maka turunlah ayat ini.

Allah menerangkan bahwa di antara kaum Muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ada orang-orang yang menepati janjinya.

Mereka telah berjuang dengan seluruh jiwa dan hartanya, di antara mereka ada yang mati syahid di Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dan peperangan-peperangan lainnya, sedang sebagian yang lain ada yang menunggu-nunggu dipanjangkan umurnya, menunggu ketetapan Allah Yang Maha Esa.

Orang-orang yang masih hidup ini, sekali-kali tidak akan berubah janjinya kepada Allah, akan tetap ditepatinya janjinya selama hayat dikandung badan.

Dalam Tafsir al-Kasysyaf dijelaskan bahwa beberapa orang sahabat ada yang bernazar: jika mereka ikut perang bersama Rasulullah, mereka tidak akan mundur dan tetap bertahan sampai gugur sebagai syuhada.

Di antara sahabat yang berjanji itu ialah Usman bin Affan, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Sa’id bin Zaid, Hamzah, Mus’ab bin ‘Umair, dan sahabat-sahabat yang lain.

 (Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al Ahzab Ayat 24-25