Tafsir Surah Al Qiyamah Ayat 14-18 ini terbagi menjadi dua pembahasan yakni melanjutkan tentang hari akhir dan juga Rasulullah. Pertama, Tafsir Surah Al Qiyamah Ayat 14-18 khususnya pada ayat 14-15 melanjutkan tafsir sebelumnya, kelak manusia tidak dapat lagi berbohong, memberi alasan karena semua tubuhnya menjadi saksi apa yang telah diperbuatnya ketika masih di dunia. Kedua, di akhir Tafsir Surah Al Qiyamah ayat 14-18 merupakan peringatan allah kepada Rasulullah bagaimana cara menerima wahyu yang Allah sampaikan melalui perantara malaikat Jibril.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al Qiyamah Ayat 10-13
Ayat 14
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa diri manusia itu sendiri menjadi saksi. Tidak perlu orang lain menceritakan kepadanya karena semua bagian tubuhnya menjadi saksi atas segala yang telah dikerjakannya, dengan jujur tanpa berbohong. Siapa yang berbuat jahat diberi siksaan dan tidak bisa dihindari. Pendengaran, penglihatan, kaki, tangan, dan semua anggota tubuh membeberkan segala yang telah dikerjakannya.
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ٦٥
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Yasin/36: 65)
Meskipun telah diterangkan dalam Al-Qur’an akan datangnya hari Kiamat dan manusia mempertanggungjawabkan amalnya, tetapi manusia tetap saja ingin mengajukan berbagai alasan untuk mendebat keputusan Allah, karena mengikuti hawa nafsunya.
Ayat 15
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa biarpun manusia berusaha mengajukan berbagai alasan guna menutupi segala kesalahannya, dan menyembunyikan segala perbuatan jeleknya, namun semua itu tidak akan berguna karena anggota tubuhnya akan menjadi saksi atas dirinya. Dalam ayat lain disebutkan:
اِقْرَأْ كِتَابَكَۗ كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًاۗ ١٤
Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu. (al-Isra’/17: 14)
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ٦٥
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Yasin/36: 65)
Dari isyarat ayat di atas dapat pula kita mengambil pelajaran bahwa keyakinan orang musyrik mempersekutukan Allah dan menyembah patung atau berhala, serta ketidakpercayaan mereka pada hari kebangkitan adalah kepercayaan yang salah. Hati kecil mereka sendiri sesungguhnya tidak mengakui yang demikian. Oleh karena itu, segala alasan yang mereka kemukakan guna menolak kebenaran, sebenarnya adalah alasan palsu. Mereka mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak hati nurani sendiri.
Ayat 16
Dalam ayat ini, Allah melarang Nabi Muhammad menggerakkan lidahnya untuk membaca Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat menguasainya. Dalam bahasa lain, Allah melarang Nabi saw menggerak-gerakkan lidah dan bibirnya untuk cepat-cepat menangkap bacaan Jibril karena takut bacaan itu luput dari ingatannya.”
Hal ini terjadi ketika Surah Thaha turun, dan semenjak ada teguran Allah dalam ayat ke 16 ini, tentu beliau sudah tenang dalam menerima wahyu, dan tidak perlu cepat-cepat menangkapnya. Pada ayat lain terdapat maksud yang sama, yakni:
فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ ۖوَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا ١١٤
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.” (Thaha/20: 114)
Allah melarang Nabi saw meniru bacaan Jibril kalimat demi kalimat sebelum selesai membacakannya, agar Nabi Muhammad dapat menghafal dan memahami dengan baik ayat yang diturunkan itu.
Ayat 17-18
Allah menjelaskan bahwa larangan mengikuti bacaan Jibril ketika ia sedang membacakannya adalah karena sesungguhnya atas tanggungan Allah-lah mengumpulkan wahyu itu di dalam dada Muhammad dan membuatnya pandai membacanya. Allah-lah yang bertanggung jawab bagaimana supaya Al-Qur’an itu tersimpan dengan baik dalam dada atau ingatan Muhammad, dan memantapkannya dalam kalbunya. Allah pula yang memberikan bimbingan kepadanya bagaimana cara membaca ayat itu dengan sempurna dan teratur, sehingga Muhammad hafal dan tidak lupa selama-lamanya.
Apabila Jibril telah selesai membacakan ayat-ayat yang harus diturunkan, hendaklah Muhammad saw membacanya kembali. Nanti ia akan mendapatkan dirinya selalu ingat dan hafal ayat-ayat itu. Tegasnya pada waktu Jibril membaca, hendaklah Muhammad diam dan mendengarkan bacaannya.
Dari sudut lain, ayat ini juga berarti bahwa bila telah selesai dibacakan kepada Muhammad ayat-ayat Allah, hendaklah ia segera mengamalkan hukum-hukum dan syariat-syariatnya.
Semenjak perintah ini turun, Rasulullah senantiasa mengikuti dan mendengarkan dengan penuh perhatian wahyu yang dibacakan Jibril. Setelah Jibril pergi, barulah beliau membacanya dan bacaannya itu tetap tinggal dalam ingatan beliau. Diterangkan dalam hadis riwayat al-Bukhari bahwa Ibnu ‘Abbas berkata:
فَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ إِذَا أَتَاهُ جِبْرِيْلُ اِسْتَمَعَ فَإِذَا انْطَلَقَ جِبْرِيْلُ قَرَأَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا أَقْرَأَهُ. (رواه البخاري عن ابن عباس)
Setelah perintah itu turun, Rasulullah selalu mendengarkan dan memperhatikan ketika Jibril datang, setelah Jibril pergi beliau membacanya sebagaimana diajarkan Jibril. (Riwayat al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas).
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya: Tafsir Surah AL Qiyamah Ayat 19-24