BerandaTafsir TematikNabi Muhammad Saw Gemar Berkurban Setiap Tahun

Nabi Muhammad Saw Gemar Berkurban Setiap Tahun

Ibadah kurban merupakan salah satu amaliah yang utama dalam ajaran Islam di samping ibadah-ibadah wajib. Karena itulah, nabi Muhammad saw gemar berkurban sebagai bentuk rasa syukur beliau kepada Allah swt. Bahkan disebutkan dalam banyak riwayat bahwa beliau senantiasa berkurban setiap tahun meskipun dalam keadaan sulit dan hanya dilakukan secara sederhana.

Kegemaran nabi Muhammad saw berkurban bukan tanpa alasan, sebab Allah swt telah memerintah beliau secara langsung dalam surah al-Kautsar untuk melakukan ibadah kurban sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang begitu banyak dari-Nya. Firman Allah Swt:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ ١ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖ ٣

Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”

Para ulama berbeda pendapat mengenai kapan surah al-Kausar diturunkan. Kelompok pertama berpandangan bahwa kata abtar yang berarti terputus menunjukkan surah ini diturunkan di Mekah, karena istilah itu banyak merujuk pada makna terputusnya keturunan, yakni saat nabi Muhammad diolok-olok oleh kaum Quraisy pasca kewafatan anak beliau Ibrahim.

Baca Juga: Menjelang Idul Adha, Inilah 6 Perbedaan Kurban dan Akikah

Kelompok kedua menyatakan bahwa surah al-Kausar diturunkan di Madinah atau madaniyah. Sebab, salah satu hadis yang berbicara mengenai asbabun nuzul surah al-Kausar diriwayatkan oleh Anas bin Malik yang dopercaya baru memeluk Islam pada awal hijrah. Oleh karena itu, ada kemungkinan surah ini turun di Madinah, bukan di Mekah (Tafsir al-Qur’an al-Azhim).

Terlepas dari perdebatan diturunkan, surah al-Kausar berisi tentang anugerah Allah swt yang banyak kepada nabi Muhammad saw dan nikmat tersebut mesti disyukuri oleh beliau dalam kehidupan sehari-harinya seperti melakukan shalat dan berkurban. Menurut al-Biqa’i, al-kautsar atau al-nahr yakni penyembelihan unta merupakan simbol kemurahan dan anugerah di kalangan masyarakat Arab kala itu (Nazm ad-Durar fi Tanasub al-Ayat wa as-Suwar).

Quraish Shihab menyebutkan, surah al-Kausar ayat 1-2 bermakna sesungguhnya Allah swt telah memberikan banyak anugerah kepada nabi Muhammad saw, maka wajar saja jika Allah kemudian memerintahkan beliau, “Maka shalatlah demi Tuhan pemelihara-mu dan sembelihlah binatang untuk kamu sedekahkan kepada orang yang membutuhkan.

Quraish Shihab juga menyatakan bahwa surah al-Kausar memilik kaitan dengan surah al-Ma’un. Menurutnya, surah al-Kausar berisi dua bentuk manifestasi iman, yakni ibadah ritual (shalat) dan sosial (kurban). Dalam konteks ini seakan-akan Allah swt berfirman, “shalat dan berkurbanlah, jangan engkau menjadi orang yang mengabaikan sosial seperti para penghardik anak yatim (Tafsir al-Misbah [15]: 563).

Perintah Allah swt kepada nabi Muhammad saw dalam surah al-Kausar ini kemudian beliau praktikkan secara sempurna. Bahkan disebutkan bahwa nabi Muhammad saw gemar berkurban setiap tahun walaupun dalam keadaan sulit. Beliau senantiasa berkurban sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt, baik untuk dirinya maupun umatnya yang belum bisa berkurban.

Ibadah kurban yang dilakukan Nabi Muhammad saw pun tidak tanggung-tanggung. Misalnya, pada saat Haji Wada’ tahun 10 H atau 632 M beliau mengurbankan 100 ekor unta pada Idul Adha kala itu. Hal ini menunjukkan bahwa nabi Muhammad saw gemar berkurban dan sangat antusias melaksanakannya dalam rangka mensyukuri nikmat Allah swt.

Riwayat ini dapat disimak pada hadis dari Jabir ra yang berbunyi, “Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika berhaji, membawa 100 ekor unta untuk al-hadyu (kurban bagi orang yang haji). Beliau menyembelih 63 ekor unta, dan mewakilkan ke Ali untuk menyembelih sisanya” (Sahih Ibnu Hibban [9]: 327). Sementara di riwayat yang lain menyebut nabi memotong 30 ekor dan Ali sisanya.

Nabi Muhammad juga pernah berkurban bagi umatnya. Jabir dan Abdillah berkata, “Saya menghadiri salat Idul-Adha bersama Nabi. Setelah beliau berkhotbah, beliau turun dari mimbarnya dan didatangkan kepadanya seekor kambing. Kemudian beliau menyembelihnya dengan tangannya, sambil mengatakan: Dengan nama Allah. Allah Maha Besar. Kambing ini dariku dan dari orang-orang yang belum menyembelih di kalangan umatku.” (HR. Ahmad).

Baca Juga: Surah Al-Hajj [22] Ayat 34: Berkurban Adalah Syariat Agama Samawi

Yang perlu diperhatikan berkenaan ibadah kurban yang dilakukan nabi – selain dari aspek intensitas dan kualitasnya – adalah tujuan berkurban itu sendiri. Nabi Muhammad saw gemar berkurban setiap tahun semat-mata sebagai bentuk ketakwaan dan rasa syukur kepada Allah swt, bukan demi mencari simpati atau pujian dari manusia. Karena pada hakikatnya yang diinginkan dari ibadah kurban adalah ketakwaan, bukan ketenaran.

Terakhir, kisah nabi Muhammad saw gemar berkurban setiap tahun sebagaimana dijelaskan di atas sebaiknya dijadikan contoh oleh umatnya untuk melakukan hal serupa atau lebih dari itu. Beliau telah mengajarkan kepada manusia – khususnya umatnya – bahwa ketakwaan yang sesungguhnya adalah gabungan dari keimanan kepada Allah swt dan perbuatan baik kepada sesama manusia atau makhluk. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...