BerandaTafsir TematikTafsir Surah Al Isra’ Ayat 4-6

Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 4-6

Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 4-5 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai keburukan yang akan dilakukan oleh Bani Israil. Kedua berbicara mengenai sejarah Bani Israil yang mengambil alih kekuasaan di Palestina.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 2-3


Ayat 4-5

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah mewahyukan kepada Musa a.s., sebagaimana termaktub dalam Kitab Taurat, bahwa Bani Israil akan membuat keonaran dua kali di bumi Palestina, sehingga Allah meng-gerakkan musuh-musuh mereka untuk membunuh, merampas, dan meng-hancurkan negeri mereka.

Sesudah bertobat, mereka dilepaskan Allah dari kesengsaraan ini, kerajaan mereka dikembalikan, dan dianugerahi kekayaan dan kekuatan, baik dalam bidang harta benda, maupun kekuatan dalam bidang keturunan dan pertahanan negara.

Akan tetapi, mereka kembali membuat keonaran, maka Allah swt mengerahkan kembali musuh-musuh mereka untuk menghancurkannya. Ini sebagai azab di dunia, dan di akhirat kelak mereka akan mendapat azab neraka Jahanam.

Di antara pembangkangan mereka ialah:

Pertama, tidak mengindahkan perintah Allah dan mengubah isi kitab Taurat.

Kedua, Kekejian mereka membunuh Zakaria dan Yahya serta usaha mereka untuk membunuh Nabi Isa a.s.

Mereka melakukan pembangkangan itu dengan menyombongkan diri dan menampakkan keangkuhan. Ini menunjukkan bahwa kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan itu telah melampaui batas peri kemanusiaan.

Allah lalu menjelaskan akibat yang akan menimpa mereka, karena pembangkangan yang pertama, yaitu mereka akan mengalami kehancuran pada saat hukuman yang telah dijanjikan Allah tiba sebagai balasan yang setimpal atas kejahatan-kejahatan mereka.

Baik juga diterangkan di sini, bahwa Bani Israil mulai tahun 975 SM telah terbagi menjadi dua kerajaan. Pertama, kerajaan Yahu©a di bagian selatan, yang terdiri atas dua suku Bani Israil, yaitu suku Yahu©a dan Benyamin. Rajanya yang pertama ialah Rehoboam, putera Nabi Sulaiman. Kedua, kerajaan Israil di bagian utara yang terdiri atas 10 suku lainnya. Rajanya yang pertama bernama Jeroboam bin Nebat.

Pada tahun 70 SM kerajaan Israil diserang oleh raja Asyur yang bernama Sanharib. Raja ini dapat memasuki kota Samurra ibu kota kerajaan Israil, menawan Bani Israil, dan membawa mereka ke ‘Asyur. Dengan demikian, runtuhlah kerajaan Bani Israil sesudah hidup selama 250 tahun.

Disebabkan oleh keonaran Bani Israil yang tidak juga berhenti, maka Allah mengerahkan tentara Babilonia di bawah pimpinan rajanya Bukhtana¡¡ar yang dikenal juga dengan nama Nebukadnezar. Tentara ini memperluas negerinya dengan jalan membunuh, merampas, dan merampok penduduk-penduduk negeri yang ditaklukkan. Mereka menyerang Bani Israil, membunuh para ulama dan pembesar dari kalangan mereka, merusak dan membakar kitab Taurat, dan bahkan menghancurkan kota suci mereka, Baitul Makdis (Yerusalem).

Itulah nasib yang diderita Bani Israil karena telah menyimpang dari bimbingan wahyu Allah, dan cenderung menuruti kehendak hawa nafsu. Bahkan mereka mengalami nasib yang lebih jelek lagi, yaitu di antara Bani Israil ada yang dibawa ke Babilonia. Tiga kali mereka ditawan oleh Nebukadnezar. Penawanan yang ketiga dan terakhir terjadi pada tahun 558 SM. Akibat dari serangan Nebukadnezar ini runtuhlah kerajaan Yahuza.


Baca juga: Beragam Bentuk Rajah dan Pandangan Para Ulama, Simak Penjelasannya


Ayat 6

Kemudian dijelaskan bahwa Allah memberikan giliran bagi orang-orang Bani Israil untuk berkuasa kembali. Sesudah Cyrus Kisra Persia yang pertama dari keluarga Sasan dapat mengalahkan Babilonia, dia memerdeka-kan para tawanan dari Bani Israil yang berada di sana, dan mengirimkan mereka kembali ke Palestina pada tahun 536 SM.

Dengan demikian, orang-orang Bani Israil menguasai kembali negerinya. Karunia Allah itu diberikan kepada Bani Israil ketika mereka telah bertobat, mematuhi kembali ajaran Taurat, dan menyadari kecerobohan yang telah dilakukan. Mereka dapat membangun kembali negerinya dan menyelamatkan keluarga dan harta benda mereka.

Dengan demikian, mereka kembali menjadi bangsa yang merdeka serta dapat menguasai kembali negerinya dan menjadi bangsa yang kuat dan bersatu seperti sediakala, yang mereka namai dengan kerajaan Yahudi. Hal itu adalah karena ampunan dan rahmat Allah semata.

Ayat ini menjelaskan bahwa selama manusia berada di bawah bimbingan wahyu dan berjalan sesuai petunjuk-Nya, mereka akan dapat merasakan nikmat Allah yang disediakan di dunia ini. Mereka juga dapat merasakan ketenangan dan kebahagiaan, ketenteraman hidup, ataupun kemakmuran negeri.

Sebaliknya, apabila manusia menyimpang dari tuntunan wahyu dan lebih mengikuti kehendak hawa nafsu, tentu mereka akan mengalami nasib yang buruk. Mereka tidak lagi merasakan nikmat yang disediakan Allah di alam dunia ini, bahkan nikmat-nikmat itu akan berubah menjadi bencana. Mereka tidak akan mengalami kebahagiaan dan kemakmuran dalam hidup ber-masyarakat, tetapi akan menjadi umat yang tertindas dan terusir dari negeri mereka sendiri.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 7


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...