Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 197-200

tafsir surat ali 'imran
tafsiralquran.id

Ayat 197

Orang mukmin tidak perlu cemas, tidak perlu berkecil hati melihat kemewahan yang diperoleh orang kafir, musuh Tuhan itu, karena yang demikian adalah kesenangan yang tidak banyak berarti dibanding dengan pahala dan kesenangan yang disediakan untuk orang mukmin di akhirat nanti. Nabi Muhammad bersabda:

مَا الدُّنْيَا فِى اْلاٰخِرَةِ اِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ اَحَدُكُُمْ اُصْبُعَهُ فِى الْيَمِّ

(رواه مسلم)

“Perbandingan hidup di dunia dengan hidup di akhirat hanyalah seperti jari tangan seseorang yang dimasukkan di dalam laut.” (Riwayat Muslim).

Air yang menempel di jari, itulah dunia, dan air laut itulah akhirat. Hidup di dunia hanya sementara, karena mereka bersenang-senang hanya selama hidup saja, kemudian setelah meninggal, mereka akan ditempatkan di tempat yang seburuk-buruknya.

Ayat 198

Berbeda dengan kaum kafir yang akan ditempatkan di dalam neraka, maka di akhirat nanti orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang mengamalkan perintah-perintah Allah, meninggalkan segala larangan-Nya, akan ditempatkan di dalam surga, kekal untuk selama-lamanya.

Alangkah bahagianya mereka, karena apa yang di sisi Allah itu adalah yang sebaik-baiknya bagi orang yang berbakti. Jauh lebih baik daripada kesenangan dan kemewahan yang dirasakan orang-orang kafir di dunia, karena sifatnya terbatas, yaitu selama hidup di dunia saja. Rasulullah memberi contoh nyata seperti yang disampaikan Umar bin al-Khattab r.a. berkata:

جِئْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاِذَا هُوَ فِيْ مَشْرَبَةٍ وَاِنَّهُ لَعَلَى حَصِيْرٍ مَا بَيْنَهُ وَ بَيْنَهُ  شَيْءٌ. وَتَحْتَ رَأْسِهِ وِسَادَةٌ مِنْ اُدْمٍ حَشْوُهَا لِيْفٌ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ فَرْطٌ مَصْبُوْرٌ وَعِنْدَ رَأْسِهِ اُهَبٌ مُعَلَّقَةٌ. فَرَأَيْتُ اَثَرَ الْحَصِيْرِ فِيْ جَنْبَيْهِ فَبَكَيْتُ فَقَالَ: مَا يُبْكِيْكَ؟ قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيْمَا هُمْ فِيْهِ، وَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ، فَقَالَ: اَمَا تَرْضَى اَنْ تَكُوْنَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا اْلاٰخِرَةُ؟

(رواه البخاري ومسلم)

“Saya berkunjung kepada Rasulullah saw, waktu itu beliau berada dalam sebuah ruangan, tidur di atas tikar yang tidak beralas. Di bawah kepalanya bantal dari kulit kambing yang diisi dengan sabut. Pada kedua kakinya daun penyamak terkumpul. Di alas kepalanya, kulit kambing tergantung. Saya melihat bekas tikar pada dua lambungnya, maka saya menangis. Beliau berkata, “Apa yang menyebabkan engkau menangis?” Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, Kisra dan Kaisar selalu di dalam kesenangan, kemewahan dan serba cukup dan Engkau adalah Rasulullah dan dalam keadaan begini?” Rasulullah menjawab, “Apakah Engkau tidak senang, bahwa dunia ini bagi mereka dan akhirat bagi kita” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Ayat 199

Jabir bin Abdullah, Anas, Ibnu Abbas, Qatadah dan al-Hasan berkata bahwa ayat ini diturunkan tentang an-Najasyi, raja bangsa Habasyi yang telah masuk Islam ketika meninggal. Malaikat Jibril memberitahu Nabi saw, maka Nabi berkata kepada sahabatnya, “Marilah kita (salat gaib) untuk an-Najasyi itu.”  Sebagian sahabat dengan penuh keheranan bertanya, “Kenapa kami disuruh salat untuk orang kafir di negeri Habsyi?” Maka turunlah ayat ini.

Tidaklah semua Ahli Kitab itu menyimpang dari ajaran Allah, berkhianat, mengingkari kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, tetapi ada sebagian dari mereka seperti an-Najasyi, Abdullah bin Salam dan lain-lain, mempunyai sejarah gemilang dalam hidupnya.

Mereka benar-benar beriman kepada Allah, percaya kepada Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah saw, begitu pula kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada nabi-nabi, mereka taat dan rendah diri kepada Allah, tidak menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, maksudnya tidak menyembunyikan apa yang mereka ketahui tentang kedatangan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul.

Mereka adalah Ahli Kitab yang baik dan lurus, baik ia Yahudi maupun ia Nasrani. Mereka akan memperoleh pahala di sisi Tuhan sebagaimana yang telah dijanjikan dengan firman-Nya:

اُولٰۤىِٕكَ يُؤْتَوْنَ اَجْرَهُمْ مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوْ

Mereka itu diberi pahala dua kali (karena beriman kepada Taurat dan Alquran) disebabkan kesabaran mereka, …. (al-Qasas/28:54)

Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya karena segala sesuatunya diketahui-Nya dengan jelas, baik pahala yang akan diberikan-Nya maupun orang yang berhak menerimanya.

Ayat 200

Setelah membicarakan berbagai macam hikmah dan hukum sejak awal surah ini, maka untuk menjaga dan memantapkan pelaksanaan hal-hal tersebut, surah ini (Ali ‘Imran) ditutup dengan anjuran agar orang beriman, sabar dan tabah melakukan segala macam perintah Allah, mengatasi semua gangguan dan cobaan, menghindari segala larangan-Nya, terutama bersabar dan tabah menghadapi lawan-lawan dan musuh agama. Jangan sampai musuh-musuh agama itu lebih sabar dan tabah dari kita sehingga kemenangan berada di pihak mereka.

Hendaklah orang mukmin selalu bersiap siaga dengan segala macam cara dan upaya, berjihad, menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan mengurangi kewibawaan dan kemurnian serta keagungan agama Islam. Dan sebagai sari patinya orang mukmin dianjurkan agar benar-benar bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa di mana saja mereka berada, karena dengan bekal takwa itulah segala sesuatu dapat dilaksanakan dengan baik, diberkahi, dan diridai oleh Allah swt.

Demikianlah, barang siapa di antara orang-orang yang beriman melaksanakan 4 macam anjuran tersebut, pasti akan mendapat kemenangan dan kebahagiaan, di dunia dan di akhirat.

(Tafsir Kemenag)