BerandaTafsir TematikKata Ḍarb dalam Al-Qur’an Tidak Selalu Berarti Memukul, Ini 15 Maknanya

Kata Ḍarb dalam Al-Qur’an Tidak Selalu Berarti Memukul, Ini 15 Maknanya

Bahasa Arab yang dipakai al-Qur’an itu unik. Beberapa kosakatanya memiliki beragam bentuk derivasi dan makna-makna yang tak terduga. Misalnya kata ḍarb yang oleh pembelajar pemula biasanya hanya diartikan dengan “memukul”, padahal ia bisa berarti hingga belasan makna. Dalam menentukan makna yang tepat untuk kata tersebut, mufassir harus memerhatikan dengan jeli konteks ayatnya.

Lafal ḍaraba merupakan bentuk kata kerja lampau (fi’il maḍi) yang berasal dari masdar ḍarb (pemukulan) (Kamus Al-Munawir, hlm 815). Fathullah Akṡam mengartikan ḍaraba sebagai perbuatan menimpakan sesuatu kepada sesuatu yang lain, menggunakan perantara yang sudah dikenal seperti tangan, kaki, atau tongkat dan sesamanya (Hukm Ta’dīb az-Zaujah bi aḍ-ḍarb fi al-Fiqh al-Muqārin, hlm. 1131).

Makna Kata Ḍarb dan Derivasinya dalam al-Qur’an

Khusus dalam al-Qur’an, kata ḍarb dan derivasinya memiliki makna yang sangat beragam. Setidaknya terdapat 19 bentuk kata ḍarb dan turunannya, yang terserak di 58 tempat dalam 54 ayat al-Qur’an. (al-Mu’jām al-Mufahras li alfāz al-Qur’ān al-Karīm, hlm. 418-419).

Hudā Muhammad Ṣālih mencatat bahwa lafal ḍarb/ḍaraba dan derivasinya dalam al-Qur’an dapat memiliki setidaknya 15 macam petunjuk makna (dalālah) (Lafẓatu Ḍarbin min al-Isti’māl al-Lugawī ilā al-Isti’māl al-Qur’ānī, hlm. 456-463). Pertama, menunjukan makna mengajari tata krama atau pendidikan (ta’dīb) atau bentuk pengajaran. Makna ini bisa ditemukan dalam QS. An-Nisā’: 34.

Kedua, terdapat juga lafal ḍarb yang menunjukkan makna at-taudih wa at-tamsil (penjelasan dan perumpamaan). Lafal ḍarb/ḍaraba dan derivasinya kebanyakan memiliki makna semacam ini, yang terdapat pada setidaknya 31 tempat. Beberapa di antaranya seperti pada QS. Al-Baqarah: 26, QS. Ibrahim: 25, dan QS. An-Nahl: 74.

Ketiga, berikutnya kata ḍarb menunjukan makna as-safar wa al-ib’ad (bepergian dan menjauh). Ada sekitar enam ayat di mana lafal ḍarb/ḍaraba dan derivasinya menunjukan makna ‘pergi dan menjauh’. Di antaranya QS. Al-Baqarah: 273, QS. Ali Imran: 156, dan QS. An-Nisa’: 101.

Keempat, lafal ḍarb/ḍaraba dan derivasinya juga bisa bermakna al-qatl wa al-qath’ wa al-fashl (pembunuhan, pemotongan, dan pemutusan), seperti dalam QS. Al-Anfal: 12 dan QS. Muhammad: 4. Kelima, ia juga bisa bermakna al-ilzam wa al-ilshaq (kepastian dan ketentuan), seperti dalam QS. al-Baqarah: 61 dan QS. Ali Imran: 112.

Keenam, bermakna al-Idzlal wa al-Muhanah (pelecehan dan penghinaan), dalam dua tempat yaitu QS. Al-Anfal: 50 dan QS. Muhammad: 27. Ketujuh, bermakna al-infijar aw at-tafjir (pancaran atau semburan), seperti dalam QS. Al-Baqarah: 60 dan QS. Al-‘A’raf: 160.

Selanjutnya, makna kata ḍarb kedelapan ialah syaq wa al-insyiqaq at-thariq (membuka dan melebarkan jalan), seperti dalam QS. Thaha: 77 dan QS. Asy-Syu’ara: 63. Kesembilan, bermakna as-satr wa at-taghtiyah (penutup dan penghalang), yaitu dalam QS. An-Nur: 31. Kesepuluh, bermakna an-naum ats-tsaqil (tidur pulas) dalam QS. Al-Kahfi: 11.

Kesebelas, bermakna al-i’radl wa as-safh (palingan dan penolakan) dalam QS. Az-Zukhruf: 5. Keduabelas, bermakna al-hajzi wa al-man’i (pembatasan dan pencegahan) dalam QS. Al-Hadid: 13. Ketigabelas, bermakna at-tahtim aw at-taksir (perusakan atau penghancuran) dalam QS. As-Shafat: 93. Keempatbelas, bermakna al-mass aw ar-rifq (sentuhan dengan lembut) dalam QS. Shad: 44. Dan terakhir, kelimabelas, ia bermakna al-ihya bi wasithah (menghidupkan melalui perantara) dalam QS. al-Baqarah: 73.

Baca juga: Kuffar dalam Al-Quran Tidak Selalu Bermakna Orang-Orang Kafir, Lalu…

Penutup

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa lafal ḍarb/ḍaraba dan derivasinya dalam al-Qur’an menunjukan makna yang sangat beragam. Secara umum, makna lafal ḍarb/ḍaraba dan derivasinya dalam al-Qur’an terbagi pada dua macam, indrawi (hissiy) dan maknawi.

Tipe indrawi (hissiy) terdapat pada sebagian ayat yang menunjukan persentuhan (mulamasah) secara langsung atau pemukulan secara langsung, seperti pada kejadian pemukulan tongkat Nabi Musa pada sebuah batu, atau pemukulan terhadap istri Nabi Ayyub menggunakan seikat rumput, maupun pemukulan terhadap berhala menggunakan tangan kanan pada kejadian Nabi Ibrahim.

Sedangkan ḍaraba (dan derivasinya) dengan tipe maknawi antara lain terdapat pada QS. Al-Baqarah [2]: 26, yang bermakna ‘membuat’ perumpamaan. Pada QS. Al-Baqarah [2]: 61 yang bermakna ‘ditimpakanlah’ kehinaan dan nista. Begitu juga pada QS. Az-Zukhruf [43]: 5 yang bermakna ‘berhenti’ menurunkan al-Qur’an. Wallahu a’lam.

Baca juga: Kesalingan dan Kesetaraan Relasi Suami-Istri dalam Maqashid Al-Quran

Misbahul Huda
Misbahul Huda
PP Bustanul Ulum Brebes, Dosen STAI Al Hikmah 2, Minat Kajian Studi Islam
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

0
Alquran menyebutkan fenomena alam tidak hanya sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, tetapi juga sebagai pengingat akan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Salah satu elemen alam yang...