BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Qalam ayat 33-36

Tafsir Surah Al-Qalam ayat 33-36

Tafsir Surah Al-Qalam ayat 33-36 melanjutkan tafsir sebelumnya tentang kisah pemilik kebun yang tidak mengeluarkan hak atas orang fakir miskin dari hasil kebunnya. Ditegaskan dalam Tafsir Surah Al-Qalam ayat 33-36 bahwa malapetaka yang ditimpakan Allah kepada para pemilik kebun merupakan sebagai cobaan yang akhirnya mereka bertobat dan menyesali perbuatan yang dilarang oleh Allah.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Qalam ayat 19-32


Ayat 33

Demikianlah malapetaka yang ditimpakan Allah kepada para pemilik kebun itu sebagai cobaan bagi mereka. Cobaan itu sangat bermanfaat, sehingga mereka bertobat dan menyesali perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah. Mereka juga berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi, dan tetap taat kepada Allah serta tidak akan mengerjakan perbuatan-perbuatan terlarang lainnya. Karena mereka benar-benar bertobat, Allah mengabulkan doa-doa mereka dan memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Bagaimanakah halnya dengan orang-orang musyrik Mekah, apakah mereka akan tetap bersikap dan bertindak seperti yang telah mereka lakukan terhadap Nabi Muhammad dan kaum Muslimin? Jika mereka memperkenankan seruan Nabi Muhammad, niscaya Allah akan memberikan kepada mereka sebagaimana yang telah diberikan kepada para pemilik kebun itu. Sebaliknya jika mereka tetap pada pendirian mereka, mereka tidak saja akan memperoleh azab di dunia, tetapi juga akan menerima azab akhirat.

Sesungguhnya azab akhirat itu lebih keras dan lebih berat dari azab di dunia. Jika azab dunia hanya berupa kehilangan harta dan kesenangan saja, maka azab akhirat lebih dahsyat lagi dari itu, yaitu azab yang menimbulkan kesengsaraan dan malapetaka bagi jasmani dan rohani orang yang mengalaminya.

Ayat 34

Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mukmin yang melaksanakan perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-larangan-Nya, serta tunduk dan patuh kepada-Nya, akan ditempatkan di dalam surga yang penuh kenikmatan di akhirat. Hal ini sebagai balasan atas keimanan mereka kepada Allah dan amal saleh mereka ketika hidup di dunia.

Ayat 35

Menurut Muqatil, tatkala turun ayat ke-34 di atas, orang-orang kafir Mekah berkata kepada kaum Muslimin, “Sesungguhnya Allah telah melebihkan kami dari kamu dalam kehidupan dunia ini. Oleh karena itu, tidak boleh tidak, kami akan dilebihkan-Nya atas kamu di akhirat nanti, atau paling tidak, sama dengan kamu sekalian.” Maka Allah membantah pernyataan orang-orang kafir itu dengan ayat ini dengan mengatakan, “Apakah Kami akan menyalahi janji-janji Kami dengan menyamakan orang-orang yang berserah diri, tunduk, dan taat kepada Kami dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan dosa dan selalu ingkar kepada Kami?”;;Firman Allah:

لَا يَسْتَوِيْٓ اَصْحٰبُ النَّارِ وَاَصْحٰبُ الْجَنَّةِۗ  اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ   ٢٠ 

Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. (al-Hasyr/59: 20)

Dari perkataan orang-orang kafir ini dapat dipahami bahwa menurut mereka kehidupan di dunia ini sebagai gambaran kehidupan di akhirat nanti. Jika kepada seseorang dalam kehidupan dunia ini dianugerahi harta yang banyak, kekuasaan, pangkat, kesenangan, dan kemewahan, tentu di akhirat nanti mereka akan demikian pula. Sebaliknya jika kehidupan dunia seseorang mengalami kesengsaraan dan penderitaan, tentu di akhirat mereka juga akan sengsara dan menderita.

Anggapan orang-orang kafir yang demikian adalah anggapan yang keliru. Kehidupan di dunia adalah persiapan kehidupan di akhirat. Jika seseorang baik ibadah dan amalnya, sekalipun tidak dianugerahi harta yang banyak, kekuasaan, pangkat, dan sebagainya, maka ia tetap mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah. Sebaliknya, jika mereka ingkar dan mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa, sekalipun ia memperoleh harta yang banyak, pangkat, dan kekuasaan, maka di akhirat akan disediakan tempat yang penuh kesengsaraan dan kehinaan.

Ayat 36

Pada ayat Tafsir Surah Al-Luqman ayat 33-36 khususnya ini, Allah menyatakan keanehan jalan berpikir orang-orang kafir sehingga menetapkan yang demikian. Seakan-akan mereka tidak menggunakan pertimbangan yang benar, akal yang sehat, dan keputusan yang adil. Mungkinkah orang yang sesat sama dengan orang yang benar, orang yang takwa dengan orang yang berdosa, orang yang bertakwa kepada Allah dengan orang yang ingkar kepada-Nya, dan sebagainya. Cara berpikir seperti yang digunakan orang-orang kafir itu adalah cara berpikir yang salah dan dipengaruhi oleh setan yang selalu menyesatkan manusia.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Qalam ayat 37-40


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mus'ab bin Umair

Mus’ab bin Umair: Duta Alquran Pertama di Madinah

0
Sebelum Rasulullah saw. dan kaum muslimim hijrah ke Madinah, beliau telah menunjuk Mus'ab bin Umair sebagai duta atau utusan untuk pertama kali mendakwahkan Islam...