Dalam artikel Mengenal Lebih Jauh Tentang Tafsir Ilmi: Pengertian dan Perkembangannya, Alif Jabal Kurdi mengupas definisi tafsir ilmi secara padat. Ia mengutip dari berbagai sarjana dan ulama terkait definisi ini. Singkatnya, tafsir ilmi merupakan corak penafsiran Al-Qur’an yang menggunakan teori sains untuk menjelaskannya. Namun, tulisan ini, secara khusus akan membahas karya tafsir ilmi yang diterbitkan oleh Kemenag RI dengan judul Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains. Baca lebih lanjut Mengenal Lebih Jauh Tentang Tafsir Ilmi: Pengertian dan Perkembangannya
Mengutip dari salah satu paragraf dalam pengantar tafsir ilmi ini, disebutkan bahwa tafsir ilmi berupaya memahami ayat Al-Qur’an yang mengandung isyarat ilmiah dengan perspektif ilmu pengetahuan modern. Dalam pengantar, juga mengutip pendapat Husain Az-Dzahabi, bahwa tafsir ilmi berusaha menggali dimensi keilmuan dan menyingkap rahasia kemukjizatan.
Meski tafsir ilmi lebih mengedepankan isyarat ilmiah sains, namun para ulama yang menyusun tafsir ilmi ini dengan memperhatikan beberapa hal. (1) Memperhatikan kaidah kebahasaan. (2) Memperhatikan konteks ayat yang ditafsirkan. (3) Memperhatikan hasil-hasil penafsiran dari Rasulullah Saw, para sahabat, tabiiin, dan para mufasir. (4) Tidak menggunakan ayat-ayat yang mengandung isyarat ilmiah untuk menghukumi benar atau salah terhadap teori ilmiah. (5) Memperhatikan kemungkinan adanya makna lebih dari satu. (6) Memahami betul objek bahasan untuk mengetahi isyarat ilmiah. (7) Sebagian ulama menyarankan agar tidak menggunakan temuan ilmiah yang masih hipotesis, yang memungkinkan masih berubah.
Kaidah penyusunan tersebut dalam rangka tidak menjastifikasi kebenaran ilmiah dengan ayat Al-Qur’an, juga tidak memaksakan penafsiran ayat Al-Qur’an dengan temuan ilmu pengetahuan. Karena titik berangkat penulisan tafsir ilmi ini adalah kesadaran bahwa Al-Qur’an itu mutlak sementara ilmu pengetahuan relatif.
Profil Ringkas Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains
Tafsir ilmi Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains diterbitkan pada September 2010. Karya tafsir kolektif ini disusun atas kerjasama Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kemenag RI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sekarang, karya ini bisa dinikmati dengan gratis dan bisa diunduh melalui Pustaka Lajnah atau klik ini.
Karya Tafsir ini terdiri dari lima bab utama. Bab pertama merupakan kata pengantar yang menjelaskan pendahuluan umum terkait tumbuhan. Bab kedua berjudul “Tumbuhan dalam Bahasan Al-Qur’an”. Bab Ketiga berjudul “Proses dan Perikehidupan pada Tumbuhan”. Bab keempat berjudul “Perkembangan Pertanian dan Peradaban Manusia”. Terakhir bab kelima berjudul “Bioetika Terhadap Tumbuhan”.
Dalam artikel ini, penulis ingin menguraikan kandungan dari bab kedua sampai kelima. Pada bab kedua, disebutkan bahwa tumbuhan dalam Al-Qur’an merupakan perumpamaan untuk manusia agar mendapatkan pelajaran. Adapun ayat-ayat yang menyebutkan bahwa tumbuhan sebagai perumpamaan pelajaran seperti pada QS. Az-Zumar [39]:27, QS. Al-Ankabut [29]:43, QS. Ibrahim [14]:24-26 dan lain sebagainya. Misalnya saja QS. Az-Zumar [39]:27 yang berbunyi,
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِيْ هٰذَا الْقُرْاٰنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَۚ
Dan sungguh, telah Kami buatkan dalam Al-Qur’an ini segala macam perumpamaan bagi manusia agar mereka dapat pelajaran.
Kemudian contoh perumpamaan secara khusus ditunjukkan pada QS. Ibrahim [14]:24-26. Dalam penafsiran ini, disebutkan bahwa manusia mendapatkan banyak manfaat dari tumbuhan, keteduhan, hingga adanya buah dan bunga. Pepohonan yang hijau juga membuat kenyamanan hati manusia. Perumpamaan yang ada dalam tumbuhan tersebut menjadi pengingat agar ada juga pada diri manusia. Manusia yang beriman kepada Allah idealnya berinteraksi dengan masyarakat lain secara harmoni, memberikan rasa aman, dan kesejukan hidup bersama.
Baca juga: Kritik Aliran Sastrawi terhadap Aliran Ilmi dalam Bingkai Penafsiran Al-Quran Era Modern
Kemudian pada bab ketiga menunjukkan adanya proses dan perikehidupan pada tumbuhan. Maka di salah satu subbabnya dijelaskan pula siklus kehidupan tumbuhan dengan membahas QS. Al-An’am [6]:95 sebagai berikut:
اِنَّ اللّٰهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوٰىۗ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ۗذٰلِكُمُ اللّٰهُ فَاَنّٰى تُؤْفَكُوْنَ
Sungguh, Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?
Baca juga: Tafsir Ilmi Surah Al-Hijr Ayat 22 Tentang Penyerbukan Tumbuhan Melalui Angin
Dari ayat tersebut ditafsirkan bahwa penciptaan tumbuhan bukanlah suatu kebetulan, melainkan kuasa Allah. Kemudian penyebutan biji yang merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan. Dengan biji inilah tumbuhan dapat melestarikan keturunan sejenisnya dan dapat menyebar ke tempat lain.
Selain itu, disebutkan juga nama-nama tumbuhan yang ada dalam Al-Qur’an. Ragam tumbuhan itu seperti delima, zaitun, buah tin, kurma, anggur, jahe, kacang adas, bawang merah, bawang putih, mentimun, labu, sawi, produk tumbuhan (khamar, madu, kafur, manna), biji-bijian gandum dan jelai. Yang menarik dari tafsir ilmi ini, selain dijelaskan bagaiman tumbuhan tersebut, juga dilengkapi dengan gambar-gambarnya.
Teknologi dan etika pada tumbuhan
Pada bab keempat yang melingkupi perkembangan pertanian juga membahas ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagian ini lebih pada pengetahuan pendukung terhadap perkembangan pertanian di dunia. Terlebih penemuan satu teknologi baru dalam pertanian akan mendorong lahirnya tekonologi lain yang mendukung percepatan revolusi industri. Meski teknologi maju sedemikian rupa, etika manusia pada tumbuhan juga dikedepankan. Hal ini dilakukan untuk terus melestarikan alam-lingkungan sekaligus membuktikan bahwa manusia sebagai khalifah di bumi dapat berlaku dengan adil.
Wallahu a’lam