Setiap nabi dan rasul pasti diturunkan kepada suatu kaum tertentu. Dalam Al-Qur’an, penyebutan nama seorang Nabi biasanya diikuti dengan kaum yang menjadi objek dakwahnya, salah satunya adalah kaum Madyan yang menjadi sasaran diutusnya Nabi Syu‘aib. Tulisan akan menelusuri lebih jauh, siapa sebenarnya Madyan, dari asal usul penamaan, silsilah, hingga tempat di mana mereka berasal.
Berdasarkan penelusuran menggunakan kitab al-Mu‘jam al-Mufahras Li Alfāz Al-Qur’ān al-Karīm, terdapat 10 kali penyebutan kata Madyan yang tersebar di beberapa ayat Al-Qur’an, yaitu QS. al-A‘rāf [7]: 85, QS. al-Taubah [9]: 70, QS. Hūd [11]: 84 dan 95, QS. Taha [20]: 40, al-Hajj [22]: 44, al-Qasas [28]: 22, 23, dan 45, serta QS. al-‘Ankabūt [29]: 36 (al-Mu‘jam al-Mufahras Li Alfāz Al-Qur’ān al-Karīm/663).
Dalam Tafsir al-Mishbah disebutkan bahwa nama “Madyan” merupakan penamaan dari satu suku keturunan Madyan, yakni putra Nabi Ibrāhīm as. dari istirnya yang ketiga, Qathura. Secara silsilah, Madyan kemudian menikah dengan putri Nabi Lūt as., keturunan dari pasangan tersebut kemudian dikenal dengan suku Madyan. (al-Mishbah/4/201) Mereka adalah generasi kedua setelah nabi Ibrāhīm as., yaitu Madyan bin Madyan bin Ibrāhīm. Selain sebagai penamaan suku, kata Madyan juga digunakan untuk penamaan kota, sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Qasas [28]:23 (Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīm/771).
Baca Juga: Mukjizat-Mukjizat Nabi Muhammad saw. Ketika Hijrah ke Madinah
وَلَمَّا وَرَدَ مَاۤءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ اُمَّةً مِّنَ النَّاسِ يَسْقُوْنَ ەۖ وَوَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمُ امْرَاَتَيْنِ تَذُوْدٰنِۚ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۗقَالَتَا لَا نَسْقِيْ حَتّٰى يُصْدِرَ الرِّعَاۤءُ وَاَبُوْنَا شَيْخٌ كَبِيْرٌ
“Ketika sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya) dan dia menjumpai di belakang mereka ada dua orang perempuan sedang menghalau (ternaknya dari sumber air). Dia (Musa) berkata, “Apa maksudmu (berbuat begitu)?” Kedua (perempuan) itu menjawab, “Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami) sebelum para penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedangkan ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.”
Adapun Syekh Wahbah al-Zuhailī secara spesifik menyebutkan Madyan merupakan salah satu kabilah dari bangsa Arab. Mereka tinggal di Ma‘ān yang terletak di Timur Yordania dari jalur Hijaz (Tafsîr al-Munīr/4/658). Berkenan dengan tempat mereka berasal, M. Quraish Shihab mengemukakan dua pendapat ulama tentang hal tersebut. Pertama, lokasinya terletak di pantai Laut Merah sebelah tenggara gurun Sinai, yakni antara Hijaz, tepatnya Tabuk di Saudi Arabia dan Teluk Aqabah. Kedua, terletak di al-Aikah. Meski demikian, dua pendapat tersebut masih dapat dikompromikan, karena ada yang berpendapat bahwa al-Aikah adalah nama lain dari Tabuk. Jika meyakini demikian, maka tidak terlihat adanya pertentangan antara dua pendapat yang dikemukakan oleh M. Quraish Shihab (Tafsir al-Mishbah/4/201-202).
Ibn Kasir mengatakan bahwa nama lain suku Madyan adalah Ashab al-Aikah, sebagaimana yang disebutkan pada QS. al-Syu‘arā’ [26]: 176
كَذَّبَ اَصْحٰبُ لْـَٔيْكَةِ الْمُرْسَلِيْنَ ۖ
“Penduduk Aikah (Madyan) telah mendustakan para rasul.”
Baca Juga: Ketika Ahnaf bin Qays Melihat Dirinya Melalui Alquran
Sementara itu, Qatādah menganggap bahwa Madyan dan Ashab al-Aikah merupakan suku yang tersendiri dan tidak sama. Pandangan tersebut kemudian menyimpulkan bahwa Nabi Syu‘aib diutus kepada dua kaum, yakni kaum Madyan dan Ashab al-Aikah. Terdapat hadis yang memperkuat argumentasi ini, yakni:
إن قوم مدين وأصحاب الأيكة أمتان بعث الله إليهما شعيبا النبي، عليه السلام.
“Kaum Madyan dan Ashab al-Aikah adalah dua bangsa yang diutus Allah Swt. kepada Nabi Syu‘aib as.”
Namun menurut Ibn Kasīr, hadis tersebut gharīb, sehingga beliau tetap berpegang pada pendapat yang menyatakan bahwa Madyan dan Ashab al-Aikah merupakan satu umat yang sama, hanya terdapat perbedaan pada penamaannya saja (Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīm/1381).
Nabi Syu‘aib sendiri merupakan salah satu bagian dari suku Madyan, karena nasabnya bersambung ke Madyan putra Nabi Ibrāhīm hingga ke Nabi Ibrāhīm itu sendiri. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Syekh Muhammad Amīn al-Hararī, yakni Syu‘aib bin Suwaib bin Madyan bin Ibrāhīm al-Khalīl bin Tārikh bin Nāhūr bin Sārūgh bin Argū bin Fāligh bin ‘Ābir (Tafsīr Hadā’iq al-Rawh Wa al-Raihān/9/428).
Demikianlah penjelasan tentang kaum madyan dalam Al-Quran yang diambil dari berbagai keterangan kitab tafsir. Semoga bermanfaat.