Alquran tidak hanya tentang keyakinan, ibadah, etika, dan eskatologi. Akan tetapi, di dalamnya juga termuat kisah-kisah nabi terdahulu beserta kaumnya. Banyak pelajaran dan hikmah yang dapat dipetik dari kejadian dalam kisah-kisah tersebut. Artikel ini akan mengulas secara singkat kisah salah satu kaum terdahulu yang disebutkan dalam Alquran, yaitu penduduk Rass.
Penyebutan kata Rass dalam Alquran
Kata “Rass” disebutkan dua kali dalam Alquran, yaitu pada Q.S. Alfurqan [25]: 38 dan Q.S. Qâf [50]: 12 (al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’ân, hlm. 312). Penyebutannya disandingkan dengan kaum lain, seperti kaum Tsamud, ‘Ad, dan kaum Nabi Nûh, sebagaimana yang termaktub pada dua ayat berikut:
Q.S. Alfurqan [25]: 38:
وَعَادًا وَّثَمُوْدَا۟ وَاَصْحٰبَ الرَّسِّ وَقُرُوْنًاۢ بَيْنَ ذٰلِكَ كَثِيْرًا
(Kami telah membinasakan) kaum ‘Ad, Tsamud, penduduk Rass, dan banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu.
Q.S. Qâf [50]: 12:
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوْحٍ وَّاَصْحٰبُ الرَّسِّ وَثَمُوْدُ
Sebelum mereka, kaum Nuh, penduduk Rass, dan (kaum) Tsamud telah mendustakan (rasul-rasul).
Kata “Rass” merupakan nama sesuatu yang dinisbatkan kepada suatu penduduk, kiranya itulah yang menjadi alasan mengapa penduduk Rass dituliskan dalam Alquran dengan istilah “Ashab al-Rass”. Dalam percakapan sehari-hari bangsa Arab, “Rass” merupakan istilah yang bermakna “sumur yang tidak dilapisi batu” (Tafsîr Hadâ’iq al-Rawh wa al-Raihân, jilid 20, hlm. 38-39).
Menurut Ibnu ‘Abbâs, Rass adalah nama sumur di Azerbaijan. ‘Ikrimah menjelaskan bahwa Rass merupakan sumur yang dipakai untuk menguburkan nabi yang diutus untuk masyarakat di sana (Tafsîr al-Qurân al-Azhîm, hlm. 1358).
Baca juga: Kisah Nabi Hud dan Kaum ‘Ad dalam Alquran
Identitas dan kisah penduduk Rass
Secara umum, Imâm al-Thabarî juga mengamini pendapat di atas, bahwa penggunaan kata Rass ditujukan untuk sesuatu yang digali, seperti sumur dan kuburan. Oleh karena itu, Imâm al-Thabarî meyakini bahwa penduduk Rass adalah Ashhâb al-Ukhdûd yang disebutkan dalam Q.S. Alburûj [85]: 4, karena ayat tersebut mengisahkan tentang suatu kaum dan galian (Tafsîr al-Thabarî, jilid 5, hlm. 471).
Sementara itu, Syekh Muḥammad Amîn al-Hararî menjelaskan bahwa penduduk Rass (Ashab al-Rass) adalah penduduk yang berada di sekitar sumur tersebut. Allah Swt. Mengutus Nabi Syu’aib kepada kaum tersebut karena mereka menyembah berhala (Tafsîr Hadâ’iq al-Rawh wa al-Raihân, jilid 20, hlm. 38-39).
Pakar sejarah sekaligus mufasir, Ibnu Katsîr mengutip beberapa penjelasan mengenai maksud dan asal usul penamaan Rass. Ibnu ‘Abbâs mengatakan bahwa Rass adalah penduduk kaum Tsamûd. Ada juga yang mengartikannya sebagai satu dari desa Yamâmah yang bernama Falaj, sebagaimana yang dikatakan oleh Qatâdah (Tafsîr al-Qurân al-Azhîm, hlm. 1358).
Baca juga: Tafsir Surah Al-Mulk Ayat 16-18: Ragam Ancaman Allah serta Ibrah dari Umat Terdahulu
Dalam kitab Tafsir al-Mishbah (jilid 9, hlm. 477) juga disajikan beberapa pendapat mengenai kata Rass. Ada yang menyatakan mereka adalah penduduk Antokiyah. Kebanyakan ulama memperkirakan mereka adalah kaum Nabi Syu’aib a.s. Di dalam Alquran, kaum Nabi Syu’aib a.s. terkadang disebut sebagai penduduk Aykah (Antokiyah) yang berarti tempat yang dipenuhi pepohonan yang rindang, terkadang juga disebut dengan penduduk Rass.
Riwayat lain mengatakan bahwa Rass adalah kaum dari Nabi Hanzhalah bin Shafwan a.s. Atas kedurhakaan mereka, Allah Swt. mengirimkan kepada mereka seekor burung besar berleher panjang yang menyambar anak-anak penduduk Rass. Mereka lalu memanggil Hanzhalah bin Shafwan a.s. dan meminta pertolongannya. Selepas itu, burung tersebut kemudian mati disambar petir sehingga tidak ada lagi kerusakan akibatnya. Setelah kejadian itu, masyarakat Rass kemudian membunuh Hanzhalah bin Shafwan a.s. Atas perbuatan tersebut, mereka kemudian benar-benar dibinasakan (Tafsîr Hadâ’iq al-Rawh wa al-Raihân, jilid 20, hlm. 38-39).
Demikianlah ulasan singkat mengenai kisah penduduk Rass. Melalui sederet kejadian umat terdahulu yang dikisahkan dalam Alquran, umat Islam diharapkan dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari kisah-kisah mereka.
Baca juga: Tafsir Surat Yasin ayat 30-31: Hikmah dari Kisah Terdahulu