Menjadi perempuan single parent bukanlah hal yang mudah. Peran ganda dimana sebagai ibu tunggal yang mengasuh anak, mengurus rumah tangga, belum lagi juga beban menjadi kepala keluarga berkewajiban mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Yang lebih lebih sulit dari status single moms adalah menghadapi stereotip dari masyarakat umum yang masih cenderung negatif. Butuh mental ekstra untuk menghadapi stigma sosial ini. Hal tersebut bahkan dapat mengakibatkan beban psikologis berupa frustrasi, putus asa, cemas, dan bisa jadi mengarah pada gangguan depresi apabila tidak dikelola dengan baik malah bisa memperburuk kondisi seorang ibu tunggal.
Merupakan realitas psiko-sosial bahwa tantangan yang dihadapi oleh single mom berlipat-lipat lebih berat dari pada ibu normal pada umumnya yang memiliki pasangan. Kisah dalam al-Quran mengakomodir keadaan riil yang dialami ibu tunggal sebagai perjuangan keras dalam kesulitan dan penderitaan. Penggambaran tersebut sangat dekat dengan kenyataan Ibu tunggal pada zaman sekarang. Walaupun figur single mother dalam al-Quran merupakan wanita-wanita luar biasa yang bahkan merupakan ibu dari seorang Nabi, namun persoalan dan masalah yang mereka hadapi merefleksikan esensi apa yang juga dialami oleh ibu tunggal masa kini.
Kisah Ibu Tunggal yang Diabadikan dalam Al-Quran
Berbicara mengenai ibu tunggal, kita pasti akan teringat dengan sosok wanita suci nan mulia yaitu Maryam binti Imran yang dikisahkan dalam al-Quran. Dan kemuliaan itu dimulai dari ibundanya yang shalihah, yaitu Hannah binti Faqud, istri Imran. Kilasan betapa mulianya mendidik anak terdapat pada kisah yang terekam dalam QS. Ali Imran ayat 35-37, betapa mendidik anak memiliki nilai yang tinggi dan luar biasa.
Baca Juga: Seni Rekonsiliasi Konflik Ala Nabi Muhammad
Dalam keadaan Hannah yang riang gembira menunggu kelahiran seorang anak yang sudah lama dicita-citakannya, ternyata perasaan itu berganti dengan sedih dan pilu, karena suaminya Imran berpulang ke rahmatullah, menemui Tuhannya sebelum dapat melihat bayi mungil yang telah ditunggu-tunggunya puluhan tahun. Tinggallah Hanna seorang diri, namun ia tidak lepas mendoakan anak bayinya yang bernama Maryam itu kepada Tuhan, agar dijagaNya dan dilindungi dari segala noda dan cela, agar amal dan pekerti anak itu nanti sesuai dengan nama yang diberikannya, Maryam yang artinya pengabdi Tuhan. Dia doakan pula, agar Maryam dan keturunannya diperlindungi Allah dari godaan-godaan setan yang laknat. Hal ini mengajarkan kita bahwa menjadi single Parent, harus memiliki kedekatan yang luar biasa kepada Allah dengan sepenuhnya menghamba pada Allah, pun tidak pernah lepas untuk mendoakan kebaikan anak turunnya.
Merujuk penerangan dalam Tafsir as-Sa’di, alangkah tabah dan kesatrianya hati yang dimiliki Janda Imran ini. Dia baru saja kehilangan suami, anaknya yang hanya seorang yang dinantikan berpuluh tahun lamanya itu, diserahkannya pula untuk memenuhi nazarnya, karena taat akan janji dan nazar yang sudah diucapkannya ke hadirat Allah. Sebagai orang tua kita diberi contoh bahwa ketulusan dan keikhlasan yang sempurna dan keridhaan hati dalam menerima ketentuan Allah membuahkan hasil, Allah mengabulkan nazar Hannah, sehingga apa yang dimohonkan dikabulkan oleh Allah secara bertahap dari waktu ke waku. Quraish Shihab menjelaskan bahwa Allah menghadirkan seorang pengasuh dan pendidik terbaik, yaitu Nabi Zakaria yang juga seorang pengabdi untuk Bait al-Maqdis.
Hingga tumbuhlah Maryam menjadi sosok yang sangat tekun beribadah, suatu waktu hadir Jibril dan mengabarkan amanah dari Allah bahwa ia akan mengandung bayi mulia yang akan mengantarkan risalahNya kepada umat. Kisah itu termaktub dalam QS. Maryam ayat 19-21. Bisri Musthafa dalam Tafsir al-Ibriz menerangkan pada saat itu Maryam mengalami dilema yang luar biasa, kaumnya mencacinya sebagai seorang pezina, ia menanggung malu yang luar biasa karena keluarganya juga termasuk keluarga Imran yang sangat beriman dan menjaga agama dengan sebaiknya. Keadaan sulit dan menghimpit mengharuskannya untuk pergi menjauh dari keluarga dan kampungnya, dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh (QS. Maryam: 22).
Maryam sendirian dalam penderitaan, kesakitan, dan kekhawatiran. Quraish Shihab menggambarkan keadaannya saat akan melahirkan, Maryam terbayang kemungkinan sikap ingkar orang-orang disekitar terhadap kelahiran anaknya kelak. Ia pun berharap cepat meninggal dunia supaya kejadian ini tidak lagi berarti dan cepat dilupakan. Dalam sakitnya melahirkan seorang diri, dia meratap “Wahai, betapa baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” (QS. Maryam: 23). Keadaan Maryam demikian sedih dan ucapannya menggambarkan kecemasan yang mendalam.
Ibrah yang Dapat Dipetik dari Sosok Ibu yang Istimewa
Al-Quran mengisahkan dua sosok ibu tunggal ini sebagai wanita tangguh yang beriman dan percaya kepada Tuhannya. Mereka menjalani perjuangan itu dengan ikhlas, disertai ketaatan dan keimanan kepada Allah. Hannah, dalam duka ia menahan siksaan batin tetapi dengan ketabahan dan keteguhan hatinya, pada akhirnya hal itu mengantarkan pada kebahagiaan, dijadikanNya binti Imran itu menjadi wanita suci, mulia, terjaga kehormatannya dan taat mengabdi kepada Tuhan sesuai harapan Ibundanya.
Begitupula kisah ketika Maryam kembali kepada masyarakatnya yang heran dan terkejut atas kelahiran puteranya. Tudingan dari orang-orang di sekitarnya, mereka tidak percaya bahkan mendustakan kisah yang menyebutkan bahwa bayi yang dikandungnya adalah anugerah dari Allah tanpa melalui seorang laki-laki. Namun, ia tidak melarikan diri atau bersembunyi, Maryam menghadapinya dengan keyakinan pada pertolongan Allah.
Baca Juga: Membangun Resiliensi Diri dengan Sabar dan Salat
Hannah dan Maryam memiliki keberanian besar dalam perjuangannya. Keduanya mempunyai karakter kuat dan hebat dalam menghadapi ujian berat yang Allah berikan. Kita tentu melihat kedua ibu tunggal ini sebagai sosok yang berani, tangguh, tabah, percaya diri, dan teguh dalam berkomitmen.
Beberapa potong kisah ibu tunggal inspiratif, yang dimuat di dalam al-Quran ini menyuguhkan susunan dan relasi sebuah plot yang indah, sehingga mampu menggerakkan kesadaran dan memancarkan motivasi serta harapan untuk menjalani hari-hari dengan kualitas spiritual yang lebih baik, di tengah berbagai tantangan khususnya yang dihadapi oleh seorang single mother. Bahwa meraih dan mempertahankan keseimbangan dirinya melalui sumber-sumber spiritual itu penting, salah satunya dengan mentadabburi kisah-kisah ini dan meneladani figur yang memerankan episode kehidupan yang serupa dengannya, yakni para ibu tunggal yang diabadikan di dalam kitab al-Quran. Wallahu a’lam.