BerandaKisah Al QuranKisah Kedurhakaan Bani Israel Kepada Nabi Musa dalam Pembebasan Palestina

Kisah Kedurhakaan Bani Israel Kepada Nabi Musa dalam Pembebasan Palestina

Genosida yang belakangan terjadi di wilayah Palestina menyita perhatian khalayak dunia, baik muslim maupun nonmuslim. Peristiwa ini merupakan sejarah kelam yang ke sekian kalinya terjadi di tanah yang dimuliakan tersebut (wilayah Palestina). Aktor utama di balik pembantaian tersebut adalah Zionis Israel, sebuah gerakan politik yang didirikan oleh seorang wartawan Yahudi bernama Theodor Herzl.

Zionis Israel merupakan gerakan nasionalis Yahudi yang bertujuan untuk menjadikan sebuah negara Yahudi eksklusif di wilayah Palestina. Mereka menyerukan kepada bangsa Yahudi untuk bermigrasi ke wilayah Palestina dengan tujuan kembali kepada tanah nenek moyang mereka, yakni Bani Israel, sebuah bangsa yang pada mulanya dimuliakan, tetapi kemudian terpuruk karena kedurhakaan kepada Allah Swt.

Bani Israel adalah salah satu bangsa yang paling sering disebutkan oleh Allah Swt. dalam Alquran. Kata “Bani Israel” Setidaknya telah dimuat secara eksplisit sebanyak 41 kali, dan 2 kali disebutkan dengan kata Israel saja. Bani Israel paling banyak disebut dalam lima surah, yakni al-Baqarah ayat 40-122, al-A’raf ayat 103-170, Taha ayat 9-79, al-Qasas ayat 2-46, dan al-Syu’ara ayat 10-86 (Mu’jam Mufahras fi Alfazh Al-Qur’an).

Baca juga: Penolakan atas Timnas Israel dan Refleksi Surah Al-Maidah Ayat 2 dan 8

Secara singkat, Bani Israel adalah persekutuan suku-suku berbahasa Semit pada zaman besi (the iron age) dari kawasan Timur dekat kuno yang menghuni wilayah Kanaan (wilayah Palestina) yang memiliki sistem kekuasaan kesukuan dan monarki. Naskah-naskah kitab suci–termasuk Alquran–menyebut mereka sebagai keturunan Nabi Ya’qub a.s. dari Nabi Ishaq a.s. dari Nabi Ibrahim a.s. (History of Banu Israel).

Kendati Bani Israel sering disebut dalam Alquran, tetapi bukan kesan positiflah yang dominan dirasakan dari penyebutan tersebut, melainkan nuansa kedurhakaan dan ketidaktaatan kepada Allah Swt. Hal ini ditandai dengan banyaknya narasi kritik dari Alquran terhadap sifat dan sikap sebagian orang Bani Israel yang sering mempertanyakan dan menentang perintah Tuhan.

Baca juga: Menelusuri Aspek Historis Firaun dalam Alquran

Jika ditelusuri dalam Alquran secara saksama, maka dapat ditemukan banyak ayat yang menjelaskan tentang kriminalitas dan kedurhakaan Bani Israel. Di antara mereka ada yang melakukan perbuatan syirik dengan menyembah berhala, ada yang mengubah catatan kitab suci, dan yang paling durhaka ada yang membunuh para nabi (The Children of Israel in the Quran).

Salah satu contoh kedurhakaan Bani Israel kepada Allah Swt. adalah peristiwa penyembahan Bani Israel terhadap patung anak sapi. Kejadian ini terjadi saat Nabi Musa a.s. melakukan perjalanan 40 hari untuk bermunajat kepada Allah Swt. dan tidak lama berselang setelah mereka diselamatkan oleh Allah dari kejaran bala tentara Firaun. Akibat kedurhakaan Bani Israel tersebut, mereka dilabeli oleh Allah sebagai orang-orang yang zalim (Tafsir al-Tsa’labi: 195).

Kisah Kedurhakaan Bani Israel dalam Pembebasan Palestina

Setelah terbebas dari cengkeraman kekejaman kekuasaan Firaun, Bani Israel memasuki tahap baru kehidupan sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Dalam fase ini, Allah Swt. memanggil Nabi Musa a.s. untuk menerima kitab Taurat sebagai panduan kehidupan Bani Israel. Akan tetapi, pada waktu itu mereka belum memiliki wilayah khusus-tetap untuk tinggal.

Pada fase baru ini Bani Israel mengalami berbagai kesulitan, baik pangan maupun tempat tinggal. Namun, mereka selalu dibantu oleh Allah Swt. melalui mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa a.s. di tengah masa sulit tersebut. Allah mendatangkan berbagai kenikmatan bagi mereka, termasuk makanan dan minuman. Akan tetapi bukan rasa syukur yang timbul, melainkan kedurhakaan Bani Israel terhadap perintah Tuhan.

Kedurhakaan Bani Israel kembali terulang manakala Allah Swt. memerintahkan mereka untuk melakukan pembebasan Palestina dari orang-orang kafir dan menjadikan wilayah Palestina sebagai tempat tinggal. Bani Israel menolak perintah tersebut karena takut berperang. Bahkan, mereka mengumpat kepada Nabi Musa a.s. dan menyuruhnya untuk berperang sendiri bersama Tuhan (Qashash al-Anbiya: 523).

Baca juga: Dialog Interpretatif Muslim-Kristen atas Yesus dan Maria dalam Alquran dan Al-Kitab

Kedurhakaan Bani Israel ini terekam dalam Q.S. al-Maidah ayat 21 dan 22 yang berbunyi:

يٰقَوْمِ ادْخُلُوا الْاَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِيْ كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّ فِيْهَا قَوْمًا جَبَّارِيْنَۖ وَاِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَا حَتّٰى يَخْرُجُوْا مِنْهَاۚ فَاِنْ يَّخْرُجُوْا مِنْهَا فَاِنَّا دٰخِلُوْنَ

“Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.” Mereka berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk.” (Q.S. Al-Maidah: 21-22).

Ibnu Katsir menuturkan, Q.S. Al-Maidah ayat 21 bercerita tentang perintah Allah melalui Nabi Musa kepada Bani Israel untuk berjihad melakukan pembebasan Palestina dari tangan orang-orang kafir. Hal ini dilakukan karena dahulu wilayah Palestina merupakan tanah milik Nabi Ya’kub dan karena di wilayah Palestina terdapat Baitul Maqdis, salah satu tempat suci bagi nabi terdahulu (Tafsir Alquran al-Azhim [3]: 73).

Kemudian–menurut Ibnu Katsir–pada Q.S. Al-Maidah ayat 22 disebutkan tanggapan dari Bani Israel. Mereka enggan untuk berperang atau berjihad di jalan Allah dalam pembebasan Palestina. Penyebab keengganan mereka berdasarkan riwayat setidaknya ada dua, yakni 1) takut dengan perlawanan orang-orang kafir; dan 2) para pemuka Bani Israel telah mendapatkan suap dari musuh yang seharusnya mereka lawan (Tafsir Alquran al-Azhim [3]: 75).

Baca juga: Siapakah yang Disebut Ahl al-Kitab dalam Alquran itu?

Penolakan terhadap perintah Allah ini merupakan kedurhakaan Bani Israel yang begitu terang-terangan, karena mereka menyuruh Nabi Musa untuk berperang sendiri. Alasan penolakan mereka juga mengada-ada, padahal Allah Swt. telah menjamin kemenangan bagi mereka pada waktu itu. Al-Alusi menyebut, pada Q.S. Al-Maidah ayat 21 Allah telah menegaskan kepastian kemenangan Bani Israel merebut wilayah Palestina jika mereka mau berjihad (Tafsir al-Alusi [3]: 258).

Dampak dari penolakan dan kedurhakaan Bani Israel tersebut, Allah Swt. kemudian menghukum mereka dengan larangan memasuki wilayah Palestina selama 40 tahun. Akibatnya, Bani Israel terluntang-lantung siang dan malam tanpa arah tujuan yang pasti di Padang Tieh, satu padang yang terletak di wilayah Palestina, hingga mereka semua meninggal dunia kecuali keturunan Yudha’ dan Kaalib (Qashash al-Anbiya: 527).

Kisah kedurhakaan Bani Israel yang banyak disebutkan dalam Alquran seyogianya menjadi pelajaran bagi umat Islam, bahwa jika manusia telah diberikan berbagai nikmat kehidupan, maka sudah sepantasnya mereka menaati perintah Allah Swt dalam segala kondisi. Sebaliknya, jika manusia melakukan dosa atau pembangkangan, maka sudah dipastikan mereka akan menghadapi siksa sebagaimana yang telah didapatkan oleh Bani Israel. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...