Syakban Adalah Bulannya Rasulullah Saw.

Syakban Adalah Bulannya Rasulullah Saw.

Di antara bulan-bulan yang ada dalam kalender hijriyah, ada makna dan keberkahan dari setiap masing-masing bulannya, termasuk bulan Syakban. Bulan Syakban merupakan bulan yang agung yang dicintai Rasulullah saw. Pada bulan Syakban, Allah swt. membuka pintu-pintu kebaikan dan menurunkan berkah-Nya. (Gus Arifin, StepbyStep Puasa Ramadhan, 54)

Kata Syakban dalam bahasa arab yaitu syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Maksudnya adalah seperti kiasan yang ditujukan kepada umat muslim untuk melangkah atau menapak ke bulan yang mulia setelahnya, yaitu bulan Ramadhan.

Syakban di ambil dari kata sya’aba yang artinya merekah. Dikatakan demikian karena bulan ini di apit oleh dua bulan yang mulia yaitu bulan Rajab dan bulan Ramadan. (Dwi Aprinita Lestari, Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban Dalam Kitab Fadhail al-Awqaat Karya Imam Baihaqi, 7)

Baca Juga: Mengapa Dianjurkan Berpuasa di Bulan Syakban?

Biasanya bulan Syakban di gunakan oleh umat Islam untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadan dengan beberapa amalan-amalan yang di anjurkan. Maka, bulan Syakban juga bisa dijadikan sebagai bulan latihan atau pembinaan untuk mempersiapkan diri supaya menjadi orang yang sukses beramal di bulan Ramadhan nanti.

Bulan Syakban dikatakan sebagai bulannya Rasulullah saw. sesuai dengan hadis  yang diriwayatkan dari Hasan, bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, “Bulan Rajab merupakan bulannya Allah dan bulan Syakban adalah bulanku (Rasulullah), dan bulan Ramadan adalah bulannya umatku (Nabi Muhammad)”

Ada beberapa amalan yang biasa di lakukan umat Islam sehingga mendapatkan banyak keutamaan. Salah satunya seperti puasa. Ulama menyebutkan bahwa bulan Syakban adalah salah satu waktu yang pas untuk melaksanakan puasa sunah sebagai pemanasan sebelum melakukan puasa yang wajib di bulan Ramadan. Dalam sebuah hadis, Sayyidah Aisyah ra. berkata:

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّه

“Belum pernah Nabi saw. berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Syakban sebulan penuh.” (H.R. Al Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Malam Nisfu Syakban dan Penetapan Takdir

Dalam Riwayat lain juga di sebutkan:

فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

“Dan saya tidak pernah melihat Nabi saw. berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Syakban.” (H.R. Al Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadis di atas, Rasulullah saw. melaksanakan puasa di bulan Syakban hampir satu bulan penuh. Nabi saw. juga menganjurkan kepada umatnya untuk berpuasa pada bulan ini. Tetapi puasa yang sering di lakukan oleh umatnya biasanya di kenal dengan puasa nishfu Syakban. Puasa nishfu Syakban biasanya di lakukan pada pertengahan bulan Syakban. (M.Syukron Maksum, Kedahsyatan Puasa, 101)

Sebagai umat Nabi saw. sudah tentu pasti meniru apa yang beliau lakukan, sehingga banyak dari umatnya yang melakukan puasa pada bulan tersebut karena berharap kemanfaatannya. Namun,  Nabi melarang untuk mendahului puasa Ramadan sebelum masuk pada bulannya. Artinya bahwa puasa di setengah akhir bulan Syakban tidak di sukai oleh Rasulullah kecuali bagi orang-orang yang sudah terbiasa melaksanakan puasa sunnah senin dan kamis. (Abduh Zulfidar Akaha, 165 Kebiasaan Nabi saw.,192)

Hikmah dari puasa di bulan Syakban selain untuk persiapan menyambut bulan Ramadan, ada hikmah yang lain yaitu karena pada bulan ini amal perbuatan manusia di angkat. Sesuai dengan hadits.

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Aku (Usamah) berkata, Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa sebulan penuh sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Beliau bersabda: Itu adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang di lupakan orang. Sya’ban adalah bulan di angkatnya amal perbuatan kepada Tuhan semesta alam. Jadi aku ingin agar ketika amalku di angkat, aku dalam keadaan puasa.” (H.R. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Selain dari puasa, amalan-amalan yang bisa di lakukan pada bulan Syakban di antaranya adalah berdoa di malam nishfu Syakban, membaca surah yasin di malam nishfu Syakban, berzikir, bersedekah, salat sunah, memperbanyak doa, memperbanyak salawat dan masih banyak lagi amalan yang dianjurkan pada bulan ini.

Baca Juga: Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 56: Perintah Bershalawat Kepada Nabi Muhammad Saw

Berkaitan dengan Syakban bulannya Rasulullah saw., M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah (11/319) menjelaskan tentang pengagungan Rasulullah saw. dengan bersalawat kepadanya. Ayat tersebut juga turun bertepatan pada bulan Syakban sehingga menguatkan bahwa bulan Syakban merupakan bulannya Nabi. Maka di anjurkan untuk memperbanyak salawat di bulan ini.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 “Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya bersalawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman bersalawatlah kepada Nabi serta berikan salam kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab [33]:56)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa bulan Syakban memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa yang tidak kalah istimewa dengan bulan sebelumnya. Bulan ini termasuk bulan yang banyak disukai untuk melakukan puasa sunah sebagaimana yang di lakukan oleh Rasulullah saw. yang melakukan puasa sunah terbanyak pada bulan ini. Maka pada bulan ini umat muslim banyak menggunakan kesempatan untuk beramal, melakukan ibadah untuk memperkuat keimanan.

Wallahu a’lam.

*Artikel ini hasil kerja sama tafsiralquran.id dan Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir, UIN Sunan Ampel Surabaya