BerandaTafsir TematikTafsir Surah Al-Ahzab Ayat 56: Perintah Bershalawat Kepada Nabi Muhammad Saw

Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 56: Perintah Bershalawat Kepada Nabi Muhammad Saw

Ketenaran Nabi Muhammad Saw tidak hanya tersebar di bumi, tapi juga di langit dan alam semesta. Ia adalah makhluk yang paling mulia dari sekian banyak makhluk Allah Swt. Ketika nabi Adam as diciptakan, nama Muhammad Saw sudah terukir di pilar-pilar surga bersanding dengan nama Allah Swt Sang Maha pencipta. Bahkan Allah Swt dan para malaikat bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw.

Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 56

Allah Swt berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 56)

Menurut Quraish Shihab ayat dan perintah Allah di atas sungguh unik. Karena tidak ada satu perintah pun dari Allah Swt kepada manusia yang Dia nyatakan bahwa diri-Nya telah melakukan hal tersebut kecuali bershalawat kepada nabi Muhammad Saw. Ini secara tegas menunjukkan bahwa kedudukan beliau sangat tinggi di sisi-Nya dan begitu besar cinta-Nya pada beliau.

Pada ayat ini Allah Swt seakan-akan berfirman, “Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung lagi Maha Kuasa dan demikian pula malaikat-malaikat-Nya yang merupakan makhluk-makhluk suci, sangat cinta dan kagum kepada nabi Muhammad Saw. Karena itu Allah beserta para malaikat bershalawat untuk Nabi, yakni Allah melimpahkan rahmat dan aneka anugerah dan malaikat bermohon kiranya dipertinggi lagi derajat dan dicurahkan maghfirah atasnya.”

Baca Juga: Inilah Potret Perayaan Maulid Nabi dalam Al-Quran

Secara lantang Allah juga seakan menyatakan, “Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu semua untuknya, yakni mohonlah kepada Allah agar shalawat lebih dicurahkan lagi kepada beliau, dan di samping itu hai orang-orang beriman hindarkanlah dari beliau segala aib dan kekurangan serta sebut-sebutlah keistimewaan dan jasa beliau dan bersalamlah yakni ucapkanlah salam penghormatan kepada beliau yang sempurna serta penuhi tuntunan beliau.”

Perintah Allah kepada orang-orang beriman ini–setelah sebelumnya menyatakan diri-Nya dan para malaikat bershalawat–adalah untuk menggambarkan bahwa penghuni langit dari para malaikat mengagungkan Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, hendaknya kaum muslimin yang merupakan penghuni bumi mengagungkan beliau pula sebagaimana mestinya (Tafsir Al-Misbah [11]: 316).

Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang bukan saja dituntut untuk tidak merendahkan Nabi Muhammad Saw, tetapi lebih dari itu, ia di dituntut untuk mengagungkan beliau dan mengakui jasa-jasanya, karena kalau kita tidak mampu mengakui dan memberi penghormatan kepada para tokoh yang berjasa atas izin Allah Swt, maka kepada siapa lagi penghormatan itu kita berikan?

Karena jasa dan pengorbanan rasul, serta atas dasar pemberian hak penghormatan itulah sehingga pada ayat ini Allah Swt menyatakan bahwa Dia mencurahkan rahmat dan para malaikat memohonkan maghfirah untuk beliau serta menganjurkan umat Islam untuk menyampaikan shalawat dan salam sejahtera kepada Nabi Muhammad dan segenap keluarga beliau (Tafsir Al-Misbah [11]: 317).

Kata shallu dalam ayat ini terambil dari kata shalah yang bermakna menyebut-nyebut yang baik serta ucapan-ucapan yang mengundang kebajikan, dan tentu saja doa dan curahan rahmat merupakan sebagian maknanya. Sedang kata sallimu terambil dari kata salam yang terdiri dari tiga huruf Sin, lam dan Mim. Makna dasar dari kata yang terangkai dari huruf-huruf ini adalah luput dari kekurangan, kerusakan dan aib.

Ulama-ulama membahas hukum melaksanakan perintah Ilahi ini. Mereka menyatakan bahwa semakin banyak shalawat semakin baik. Dalam konteks ini Nabi Saw bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku satu shalawat, malaikat terus-menerus bershalawat kepadanya selama orang itu bershalawat kepadaku. Maka silahkanlah memilih, persedikit atau perbanyaklah” (HR. Ahmad dan Ibn Majah melalui ‘Amir Ibn Rabi’ah).

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 21: Nabi Muhammad Saw Adalah Suri Tauladan Bagi Manusia

Di sisi lain, berdoa dan memohon keselamatan dan kesejahteraan kepada nabi Muhammad Saw juga bertujuan sebagai pengajaran agar kita pandai berterima kasih kepada yang telah berjasa mengantar kita menuju ke pintu gerbang kebahagiaan dunia dan akhirat, sekaligus ia merupakan peringatan buat setiap orang agar tidak mengandalkan amal kebajikan yang telah dilakukannya. Karena seseorang tidak bisa masuk surga kecuali berkat rahmat Allah Swt.

Dari penjelasan di atas, setidaknya ada tiga hal yang dapat disimpulkan, yaitu: Pertama, kedudukan rasul sangat tinggi dan cinta Allah Swt kepada rasul amatlah besar. Tidak ada seorangpun yang mengetahui seberapa besar cinta dan karunia-Nya kepada beliau. Kita hanya mengetahui bahwa Allah Yang Maha Agung bershalawat atas dirinya.

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 28-29: Didikan Allah Swt Kepada Istri-Istri Nabi

Kedua, para malaikat sebagai pelayan-pelayan Tuhan yang senantiasa taat, tunduk dan patuh kepada-Nya turut serta bershalawat (mendoakan) kebaikan nabi Muhammad Saw meskipun beliau adalah makhluk terbaik yang pernah Allah Swt ciptakan dan memiliki budi yang luhur. Hal ini mengajarkan kita bahwa seorang nabi yang ma’sum tetap perlu didoakan, apalagi kita yang memiliki banyak dosa.

Ketiga, Allah Swt memerintahkan umat Islam untuk bershalawat kepada nabi Muhammad Saw. Bahkan diri-Nya dan malaikat-malaikat-Nya juga bershalawat kepada baginda. Perintah bershlawat memang tidak bersifat wajib, akan tetapi perintah ini merupakan salah satu perintah yang harus diprioritaskan karena adanya penekanan dari Allah Swt. Allahumaj’alna minal muhibbin ilaihi. Aamiin.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...