Doa Nabi Yusuf dalam Surah Yusuf Ayat 33

Doa Nabi Yusuf dalam Surah Yusuf Ayat 33
Ilustrasi berdoa.

Doa Nabi Yusuf yang dibahas berikut ini masih dalam rangkaian narasi kisah Nabi Yusuf dalam Alquran. Setelah berita penolakan Nabi Yusuf atas ajakan istri raja Mesir untuk berbuat maksiat menjadi viral, dan si istri tersebut menjadi bahan perbincangan di kalangan perempuan, si istri kemudian mengundang para perempuan tersebut untuk melihat langsung paras tampan Nabi Yusuf agar mereka bisa merasakan seperti yang si istri rasakan.

Ketika si istri raja mengancam untuk memenjarakan Nabi Yusuf, kemudian dinarasikan doa berikut ini,

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

(Yusuf) berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika Engkau tidak menghindarkan tipu daya mereka dariku, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (Q.S. Yusuf [12]: 33).

Baca juga: Tafsir Surah Yusuf Ayat 19-20: Kesabaran Nabi Yusuf Saat Jadi Korban Human Trafficking

Setidaknya ada tiga hal yang bisa diambil sebagai poin penting dalam penafsiran al-Qurtubi. Pertama, keinginan yang diucapkan dalam berdoa, maka hal itu pula yang sangat mungkin akan terjadi. Untuk itu, berhati-hatilah dalam berdoa. Dijelaskan oleh al-Qurtubi bahwa ketika Nabi Yusuf memilih berdoa agar dimasukkan ke penjara, Allah memberi wahyu “Yusuf! Dengan kamu berkata bahwa penjara lebih baik bagimu, kamu (berarti) telah memenjarakan dirimu sendiri. Seandainya kamu berdoa meminta kesehatan, maka Aku akan menyehatkanmu (sesuai permintaanmu)”. Jika melihat dari penafsiran ini, untuk konteks doa Nabi Yusuf, Allah akan mengabulkan doa sesuai dengan yang diminta (bagaimanapun caranya).

Poin pertama ini juga dijelaskan dalam Tafsir al-Baidhawi meski dengan redaksi yang tidak persis sama.

Kedua, berdasarkan petunjuk dari doa Nabi Yusuf, diambil pelajaran bahwa seseorang tidak akan bisa mencegah dirinya dari perbuatan maksiat kecuali atas pertolongan Allah, bahkan untuk setingkat seorang nabi.

Baca juga: Teladan Kisah Nabi Yusuf: Meminta Jabatan Boleh Asal Mampu Mendatangkan Kebaikan

Ketiga, ketika seseorang tidak berhasil menghindar dari perbuatan maksiat, dan ternyata tetap mengerjakannya, hal itu tidak lain karena kesalahan dan kebodohannya. Dengan kata lain, bukan karena Allah tidak membantunya untuk menghindarinya. Konsekuensi dari perbuatan maksiat itu pun akan ditanggung pelakunya.

Sementara itu, Ibn Katsir menafsirkan ayat ini dengan menukil hadis tentang tujuh golongan yang dinaungi Allah di hari kiamat.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ: “سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ،  وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ، إِذَا خَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُودَ إِلَيْهِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَافْتَرَقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقُ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا أَنْفَقَتْ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ جَمَالٍ وَمَنْصِبٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ”

Rasulullah saw. bersabda, “Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah pada hari kiamat, pada saat tiada naungan kecuali naungan-Nya: (1) pemimpin yang adil, (2) pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, (3) orang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya (6) seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu dia meneteskan air matanya (7) laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.”

Baca juga: Doa Nabi Muhammad saw. dalam Alquran

Golongan ketujuh yang disebut dalam hadis tampak sangat berkaitan dengan konteks narasi kisah Nabi Yusuf dalam Alquran. Dan hadis ini tentu berlaku untuk siapapun, tidak hanya pada Nabi Yusuf.

Berdasar doa Nabi Yusuf ini, diketahui bahwa sekelas Nabi Yusuf saja, yakni seorang Nabi yang dijamin penjagaannya oleh Allah dari perbuatan maksiat (‘ishmah) mengakui bahwa dia tidak punya daya dan upaya untuk melawan kemaksiatan kecuali dengan pertolongan Allah, apa lagi orang yang biasa-biasa saja.

Wallah a’lam.