BerandaTafsir TematikTafsir KebangsaanKeserasian Nilai-Nilai Pancasila dengan Alquran

Keserasian Nilai-Nilai Pancasila dengan Alquran

Pancasila sebagai hasil kristalisasi dari gagasan brillian para pejuang kemerdekaan dari berbagai kalangan telah menjadi suatu identitas yang melekat pada jati diri bangsa Indonesia. Segala keputusan yang diambil oleh pemegang kebijakan di pemerintahan harus selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

Menariknya, nilai-nilai Pancasila tersebut memiliki keserasian dengan nilai-nilai yang terkandung di beberapa ayat Alquran. Jika mengingat kembali proses penentuan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia maka akan diketahui bahwa para tokoh agama Islam, salah satunya adalah KH. Hasyim Asy’ari juga terlibat dalam penentuannya. Dalam sebuah keterangan, disampaikan bahwa kiyai asal Jombang, Jawa Timur ini turut mentashih rumusan Pancasila.

Bisa jadi hal inilah yang membuat nilai-nilai dalam sila Pancasila tidak bertentangan, bahkan sejalan dengan ajaran dan nilai-nilai di beberapa ayat dalam Alquran. Beberapa kutipan ayat dan tafsir yang disinggung dalam tulisan ini kurang lebih mempunyai kandungan dan maksud yang sama dengan Pancasila.

Baca Juga: Surat Al-Hujurat Ayat 13: Dalil Sila Kedua Pancasila

Sila Pertama: Ketuhanan yang Maha Esa

Gema “Ketuhanan yang Maha Esa”, merupakan nilai yang paling fundamental di atas segalanya. Hal ini menjadi sebuah prinsip hidup, yakni mengabdi dan menyembah hanya kepada Tuhan yang Esa. Dalam Islam kita mengenal konsep Tauhid, yaitu mengesakan Allah Swt. Sila pertama ini sejalan dengan ajaran yang terkandung dalam Alquran, surah al-Ikhlas [112]:1-4.

Quraish Shihab menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa tujuan utama kehadiran Alquran adalah memperkenalkan Allah dan mengajak manusia untuk mengesakan-Nya serta patuh kepada-Nya.

Surah al-Ikhlas ini memperkenalkan Allah dengan memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyampaikan sekaligus menjawab pertanyaan orang-orang tentang Tuhan yang beliau sembah. (Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jilid 15, 607.)

Indonesia dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa ingin menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beragama, yang berketuhanan Yang Maha Esa.

Sila ke-2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Salah satu ayat Alquran yang dinilai selaras dengan kandungan sila ke-2 dari Pancasila adalah surah an-Nahl [16]: 90. Keselarasan yang paling jelas terlihat pada ayat ini adalah sama-sama menyinggung tentang keadilan.

Dalam tafsirnya, Buya Hamka menjelaskan bahwa adil adalah salah satu perintah Allah yang harus dilakukan sepanjang waktu sebagai tanda ketaatan kepada Allah. Hamka memaknai adil dengan menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar, serta memberikan hak kepada siapapun yang berhak menerimanya dan jangan sampai berlaku zalim dan aniaya.

Pada ayat 90 tersebut, kata adil bersanding dengan perintah ihsan (kebaikan) atau yang sangat erat kaitannya dengan keberadaban. Dalam hal ini Hamka menjelaskan bahwa ihsan memiliki dua maksud, yaitu menjunjung mutu dari amal yang dilakukan oleh seseorang sehingga mampu memperteguh kadar keimanan, dan ihsan terhadap sesama mahluk. (Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5, 3951.)

Baca Juga: Tafsir Surat Ali Imran Ayat 103: Dalil Sila Ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia

Sila ke-3: Persatuan Indonesia

Inti dari sila ke-3 adalah menjunjung tinggi prinsip persatuan, utamanya persatuan dalam berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia terdiri dari banyak dan beragam ras, suku bangsa, budaya bahkan agama, namun semua itu tidak akan pernah tercipta kehidupan yang harmonis tanpa kekuatan persatuan.

Poin persatuan di atas banyak perbedaan ini disinggung oleh Alquran dalam surah al-Hujurat ayat 13. Pada ayat ini manusia dipandu untuk menjadi manusia yang bijak dan toleran. Di ayat ini pula manusia diingatkan kembali bahwa mausia itu tidak sama.

Manusia terdiri dari dari jenis laki-laki dan perempuan; suku yang berbeda-beda; bangsa yang bermacam-macam dan lainnya. Namun demikian, tujuan dari asal yang beragam ini satu, yakni untuk saling mengenal. Dengan begitu manusia akan mampu untuk saling membangun peradaban bersama atas dasar kesatuan dan persatuan.

Sila ke-4: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Berdasarkan sila ini, bangsa Indonesia telah memilih dan menentukan bahwa musyawarah adalah jalan yang harus ditempuh ketika hendak memutuskan sesuatu, baik dalam skala kecil maupun besar.

Islam juga mengajarkan tentang musyawarah. Tuntunan itu juga disampaikan dalam Alquran, antara lain di surah asy-Syura [42] ayat 38.

Salah satu poin tentang musyawarah dalam ayat tersebut yang diterangkan dalam kitab Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir yaitu hendaknya merundingkan urusan tanpa terburu-buru; tidak mementingkan pandapat masing-masing dalam setiap masalah.

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 8: Dalil Sila Kelima Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila ke-5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila ini menjadi bukti autentik bahwa ibu pertiwi kita menjunjung tinggi prinsip keadilan bagi seluruh lapisan rakyatnya. Tidak peduli konglomerat, ataupun rakyat jelata yang melarat. Semuanya berhak untuk menerima keadilan atas dasar komitmen kenegaraan.

Banyak ayat Alquran yang mengyinggung tentang keadilan, salah satunya adalah Alquran, surah an-Nisa’ ayat 135.

Inilah dasar keselarasan “keadilan” antara pacasila dan Alquran, yaitu perintah untuk berbuat adil itu adalah keharusan yang tersyari’atkan. Meskipun “Tidak ada keadilan sejati di dunia ini”, namun hal itu tidak berarti menafikan usaha untuk berbuat adil.

Hamka menjelaskan apa yang telah dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud, bahwa ketika beliau mendengar atau membaca ayat-ayat yang dimulai dengan menggunakan seruan yang ditujukan kepada orang-orang beriman (sebagaimana surah an-Nisa’ ayat 135), perhatian Abdullah bin Mas’ud semakin terpusat, sebab ayat-ayat yang demikian adalah ayat penghargaan dan penghormatan tertinggi kepada umat yang percaya kepada Allah.

Selain bermakna adil, Hamka juga memahami istilah al-Qist dalam ayat tersebut dengan jalan tengah atau dengan kata lain tidak berat sebelah. (Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 2, 1466).

Beberapa kutipan ayat yang dianggap mempunyai argumentasi keserasian dengan kandungan nilai-nilai Pancasila di atas, bisa dijadikan sebagai salah satu bukti bahwa memang tidak ada yang bertentangan antara nilai-nilai Pancasila dengan Alquran. Wallah a’lam.

Aisyatul Ummah
Aisyatul Ummah
Murobbiyah di Ma’had Al-Izzah, Batu
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Antara Impian dan Keluarga: Refleksi Qur’ani Film “Home Sweet Loan”

Antara Impian dan Keluarga: Refleksi Qur’ani Film “Home Sweet Loan”

0
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, dilema antara mengejar impian pribadi dan memenuhi harapan keluarga sering kali menjadi perbincangan. Film “Home Sweet Loan” menggambarkan...