BerandaTafsir TematikPerbedaan Lafaz Syukur dan Hamd: Rahasia di Balik Kalimat Alhamdulillah

Perbedaan Lafaz Syukur dan Hamd: Rahasia di Balik Kalimat Alhamdulillah

Ketika seseorang mendapatkan kabar baik, menemukan sesuatu yang hilang, atau mendapatkan nikmat berupa sehat, rezeki dan semacamnnya, ia akan spontan mengucap alhamdulillah. Ungkapan ini begitu lekat dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt atas nikmat yang diterima secara pribadi. Tetapi, tanpa pernah disadari bahwa ternyata ketika seseorang mengucap alhamdulillah bukan hanya bentuk syukur atas nikmat yang didapatkannya, melainkan juga bentuk syukur atas nikmat orang lain.

Baca Juga: Doa Nabi Sulaiman as. Agar Senantiasa Bersyukur 

Pengertian Syukur

Syukur merupakan ungkapan pujian kepada Dzat yang telah memberikan nikmat sebagai bentuk pengakuan atas segala kebaikan-Nya. Dalam ajaran Islam, syukur mencakup tiga dimensi, yakni hati, lisan, dan perbuatan. Bersyukur dengan hati berarti meniatkan segala nikmat untuk kebaikan sesama. Bersyukur dengan lisan diwujudkan dengan memuji Allah dan mengucapkan hamdalah. Sedangkan bersyukur dengan perbuatan berarti menggunakan nikmat tersebut untuk hal yang baik dan bermanfaat. (Ubaid, Sabar dan Syukur, 2012, hlm. 171)

Syukur dengan lisan merupakan hal yang paling mudah dilakukan, dimana seseorang bersyukur dengan mengucap alhamdulillah. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat dan sangat mudah dilakukan jika yang mendapatkan nikmat adalah diri sendiri. Namun, bagaimana jika yang mendapatkan nikmat adalah orang lain, apakah akan sama mudahnya dengan bersyukur atas nikmat yang didapatkan diri sendiri?

Dalam hal ini, yang patut dipertanyakan juga adalah mengapa yang digunakan sebagai bentuk bersyukur adalah kalimat alhamdulillah, mengapa menggunakan lafaz al-hamdu, bukan lafaz al-syukru saja, padahal tujuannya sama-sama untuk bersyukur?

Baca Juga: Puasa sebagai Cerminan Rasa Syukur

Perbedaan al-Hamdu dan al-Syukru

Dalam Tafsir Mafatihul Ghaib karya Imam ar-Razi dijelaskan mengenai perbedaan antara kedua lafaz tersebut pada penafsiran Q.S Al-Fatihah ayat kedua, sebagai berikut:

وأَما الفَرْقُ بَيْنَ الحَمْدِ وَبَيْنَ الشُّكْرِ فَهُو أَنَّ الحَمْدَ يَعُمُ ما إذا وصَلَ ذَلِكَ الإِنْعَامُ إِلَيْكَ أَوْ إِلَى غَيْرِكَ، وَأَمَّا الشُّكْرُ فهو مُخْتَصُّ بِالإِنْعَامِ الواصِلِ إِلَيْكَ.

Adapun perbedaan antara hamd (pujian) dan syukur (rasa syukur) adalah bahwa hamd mencakup pujian atas nikmat, baik yang diterima oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Sedangkan syukur hanya khusus untuk nikmat yang langsung diterima oleh diri sendiri. (ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, jilid 1, hlm. 223)

Dari uraian di atas, terlihat bahwa Imam ar-Razi memberikan penjelasan mengenai penafsiran Q.S Al-Fatihah dengan menyertakan perbedaan antara lafaz hamd, dan syukur. Imam ar-Razi menyebutkan bahwasanya keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Menurutnya, lafaz al-hamdu memiliki makna pujian atas nikmat yang didapatkan sendiri maupun yang didapatkan oleh orang lain, sedangkan lafaz al-syukru merupakan pujian yang dikhususkan pada nikmat yang didapatkan oleh diri sendiri saja.

Itulah mengapa kalimat alhamdulillah menggunakan lafaz al-hamdu bukan lafaz al-syukru, karena lafaz al-hamdu memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan lafaz al-syukru. Oleh karena itu, kalimat alhamdulillah digunakan sebagai bentuk syukur secara lisan, dimana ketika seseorang mengucapkannya atas nikmat yang didapatkan secara pribadi, maka secara tidak langsung ia juga telah bersyukur atas nikmat yang didapatkan oleh orang lain.

Baca Juga: Nabi Nuh dan Gelar ‘Hamba yang Bersyukur’

Penutup

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa saat seseorang mengucapkan alhamdulillah ia tidak hanya bersyukur atas nikmat yang diterimanya sendiri, tetapi juga mengakui dan memuji segala nikmat yang Allah Swt limpahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Ungkapan ini juga mencerminkan kesadaran bahwa setiap anugerah yang diberikan-Nya, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, adalah bagian dari kemuliaan dan kebesaran-Nya yang patut untuk disyukuri.

Wallahu A’lam.

- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penafsiran Oemar Bakry tentang Makhluk Hidup di Luar Angkasa

Penafsiran Oemar Bakry tentang Makhluk Hidup di Luar Angkasa

0
Apakah Alquran memberikan petunjuk tentang keberadaan makhluk hidup di luar angkasa? Pertanyaan ini mungkin terdengar seperti bagian dari fiksi ilmiah, tetapi seorang mufasir Nusantara,...