Fakta Penafsiran Ayat Seribu Dinar

0
74
Fakta Penafsiran Ayat Seribu Dinar
Sumber: pixabay.com

Ayat seribu dinar merupakan potongan dari salah satu surah yang terdapat dalam Alquran, yakni surah At-Talaq ayat 2-3. Ayat ini dipercaya oleh masyarakat memiliki keistimewaan bagi siapa yang membacanya akan mendapatkan kemudahan dan kelimpahan rezeki. Hal ini juga merupakan salah satu dari fenomena living Qur’an (pengamalan Alquran dalam kehidupan sehari-hari) yang marak terjadi di masyarakat, khususnya para pejuang nafkah.

Pertanyaannya adalah, apakah ayat tersebut benar-benar memiliki keistimewaan seperti yang masyarakat percaya? Apakah kepercayaan masyarakat tersebut selaras dengan penafsirannya? Maka dari itu, dalam artikel ini setidaknya akan diulas penjelasan mengenai tafsir ayat tersebut.

Penafsiran Ayat Seribu Dinar (Surah at-Talaq Ayat 2-3)

 (وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ)

Siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.

Ibnu Katsir dalam menafsirkan bagian akhir Q.S. al-Thalaq: 2 ini mengatakan bahwa siapa saja yang bertakwa kepada Allah dengan dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, maka orang tersebut akan diberikan jalan keluar oleh Allah Swt. Maksud dari jalan keluar di sini adalah akan dipermudah segala urusannya di dunia maupun di akhirat. Seperti diberinya kemudahan jalan keluar ketika menghadapi permasalahan dan kesulitan menghadapi sakaratul maut.

Dalam penafsiran ayat pertama yang terdapat dalam ayat seribu dinar, tidak ditemukan perintah untuk mengamalkan ayat ini agar rezekinya menjadi lancar. Akan tetapi ketika bertakwa kepada Allah, dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya lah yang membuat seseorang mendapatkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

(وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ)

Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.

Berdasarkan lanjutan ayat di atas, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa orang yang bertakwa akan diberi rezeki dari arah yang tidak pernah terbesit di hatinya; dari arah yang tidak pernah diharapkan olehnya dan tidak pernah diketahui atau disangka-sangka olehnya.

Baca juga: Living Quran; Melihat Kembali Relasi Alquran dengan Pembacanya

Bisa diketahui, bahwa ketika sang mufasir menafsirkan ayat ini, sangat menekankan perintah untuk senantiasa bertakwa. Dengan bertakwa, maka manusia akan mendapatkan rezeki yang sesuai dengan janji Allah pada ayat ini.

Menurut Quraish Shihab, rezeki yang dimaksud di sini bukan hanya berupa materi saja. Rezeki yang Allah karuniakan kepada orang yang bertakwa bisa berupa kebahagiaan dan ketenagan hati. Menurutnya, justru kebahagiaan dan ketenagan hati merupakan suatu kekayaan yang tidak ada habisnya.

Contoh dari hal tersebut adalah ketika seseorang merasa tentram hati dan pikirannya dengan keadaan ekonomi yang biasa-biasa saja. Dibandingkan dengan seseorang yang kaya akan hartanya, tetapi hati dan pikirannya selalu merasa gelisah dan sedih.

(وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ)

Dan siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.

Dalam penafsiran ayat selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan bahwa dengan seseorang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan cukupkan kebutuhannya. Kemudian ketika ingin meminta sesuatu, hendaklah dia berdoa langsung kepada Allah. Begitu juga ketika ingin meminta pertolongan kepada Allah, hendaknya ia meminta langsung kepada-Nya.

(اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ)

Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya.

Hasbi Ash-Shiddieqy menafsirkan ayat tersebut, bahwa setiap sesuatu yang terjadi pada hamba adalah sesuai dengan hukum, ketentuan, dan kadar masing-masing. Maka hendaknya seseorang tidak bersedih ketika belum mendapatkan hal yang diinginkannya.  Karena semua telah diatur oleh Allah ketika waktunya telah tiba dan sesuai kadar yang ditentukan oleh-Nya.

Baca juga: Enam Tips Memperlancar Rezeki Menurut Alquran

Pengamalan ayat seribu dinar ini menunjukkan bagaimana ayat ini hidup dengan diyakini, dibaca, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan kemudahan dalam meraih rezeki dari Allah Swt.

Lebih dari sekedar “menghidupkan” ayat ini adalah dengan menjadikan ketakwaan sebagai pondasi utama untuk menjalani kehidupan. Keyakinan akan janji Allah dalam ayat ini memotivasi umat Islam untuk terus berusaha dan optimis, sambil berserah diri kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, dan diiringi oleh takwa dan tawakal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini