Nabi Nuh As adalah nabi ketiga yang wajib dipercayai oleh umat Islam setelah nabi Adam dan Idris. Secara silsilah beliau merupakan keturunan kesembilan dari nabi Adam melalui jalur nabi Syits. Menurut Ibnu Jarir, silsilah lengkapnya adalah Nuh bin Lamik bin Mutawasysyilakh bin Khanukh (nabi Idris) bin Yazid bin Malayil bin Qanin bin Anusy bin Syits (Qashash al-Anbiya [1]: 115).
Nama nabi Nuh berasal dari bahasa Syria yang berarti bersyukur. Hal ini senada dengan gelar abdussyakur yang Allah berikan padanya. Artinya nabi Nuh adalah seorang hamba yang pandai bersyukur sebagaimana tertuang dalam QS. al-Isra’: 3, (Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh. Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.”
Dalam sejarah agama-agama samawi, nabi Nuh as terkenal dengan kisah pembuatan bahtera dan banjir besar yang terjadi pada zamannya. Dalam pandangan umat Islam, hal tersebut merupakan azab yang Allah Swt berikan kepada kaum Nuh akibat pembangkangan yang mereka lakukan. Mereka tidak hanya menolak dakwah nabi Nuh, tetapi juga mengolok-olok bahkan sampai menyakiti beliau.
Baca Juga: Tafsir Surat As-Shaffat Ayat 78-81: Terima Kasih Allah kepada Nabi Nuh
Kisah-kisah di atas dapat ditemukan pada beberapa tempat dalam Al-Qur’an al-Karim, yaitu surah al-A’raf, surah Yunus, surah Hud, surah al-Anbiya’, surah al-Mukminun, surah asy-Syu’ara, surah al-Ankabut, surah ash-Shaffat, dan surah al-Qamar. Bahkan Allah menurunkan satu surah penuh berkaitan dengan kisah nabi Nuh, yakni surah Nuh (Kisah Para Nabi dan Rasul: 97).
Dakwah Nabi Nuh dan Azab Allah Terhadap Kaumnya
Nabi Nuh diutus oleh Allah Swt untuk menyeru ajaran tauhid kepada bani Rasim yang menyembah berhala berupa patung-patung (kawasan sekitar sungai Eufrat dan Tigris). Pada masa pengutusan nabi Nuh ini, terdapat seorang raja yang zalim bernama Darmasyil. Dikatakan bahwa ia adalah manusia pertama yang membuat dan meminum arak. Ia juga merupakan manusia pertama yang melakukan judi dan membuat pakaian berhias emas.
Darmasyil dan rakyatnya adalah para penyembah berhala. Diceritakan bahwa pada saat itu terdapat 5 berhala utama, yakni Wadd, Suwa’, Yaghus, Ya’qut dan Nashr. Menurut Ibnu Jarir, berhala-berhala ini pada mulanya ada patung penghormatan terhadap lima orang saleh keturunan nabi Adam. Namun seiring waktu dan adanya distorsi agama serta rayuan Iblis, generasi selanjutnya menganggap patung tersebut sebagai Tuhan dan menyembah mereka hingga sampai pada masa nabi Nuh as.
Ketika nabi Nuh diutus kepada mereka, beliau menyeru agar manusia mengesakan peribadatan hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, terutama dengan patung-patung, berhala dan thagut yang mereka sembah pada waktu itu. Menurut Ibnu Katsir, pengutusan Nuh ini adalah rahmat bagi manusia dan dikatakan bahwa beliau adalah Rasul pertama yang diutus kepada penghuni bumi (Kisah Para Nabi dan Rasul: 98).
Nabi Nuh kemudian berdakwah kepada kaumnya kurang lebih selama 950 tahun. Ia menyeru mereka kepada Allah siang dan malam dengan berbagai macam bentuk dakwah, baik secara sembunyi maupun terang-terangan, terkadang dalam bentuk ajakan (targhib) dan terkadang dalam bentuk ancaman (tarhib). Namun semua usahanya tersebut tidak berhasil membawa keimanan bagi mereka.
Mayoritas bani Rasim tetap berada dalam kekufuran. Mereka tidak mau menerima ajakan nabi Nuh dan merendahkan orang-orang yang telah mengikutinya serta mengancam akan mengusir dan merajam mereka. Bahkan bani Rasim menuduh nabi Nuh sebagai orang yang sesat, Pemuka-pemuka kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.” Dia (Nuh) menjawab, “Wahai kaumku! Aku tidak sesat; tetapi aku ini seorang Rasul dari Tuhan seluruh alam (QS. al-A’raf [7]: 61-60).
Meskipun dakwahnya senantiasa ditolak dan ditentang, nabi Nuh tidak pernah putus asa dan selalu mengajak mereka kepada Allah Swt. Saking kuatnya penolakan bani Rasim terhadap dakwah nabi Nuh, diceritakan bahwa setiap ayah akan memberi wasiat kepada anaknya agar tidak mengikuti ajaran nabi Nuh selama-lamanya. Akhirnya, timbul kebencian turun-temurun kepada nabi Nuh. Oleh karenanya Allah menyebutkan, “…dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur.” (QS. Nuh [71]: 27)
Puncak keingkaran bani Rasim adalah ketika mereka menantang Allah Swt, Mereka berkata, “Wahai Nuh! Sungguh, engkau telah berbantah dengan kami, dan engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang engkau ancamkan, jika kamu termasuk orang yang benar.” Dia (Nuh) menjawab, “Hanya Allah yang akan mendatangkan azab kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu tidak akan dapat melepaskan diri. (QS. Hud [11]: 32-33)
Kemudian Allah mewahyukan kepada nabi Nuh bahwa “…Ketahuilah tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar beriman (saja), karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat. Allah juga memerintahkan nabi Nuh untuk membuat kapal, “Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS. Hud [11]: 36-37)
Baca Juga: Kisah Dua Anak Nabi Adam: Kedengkian Qabil Terhadap Habil Yang Membawa Petaka
Mulailah nabi Nuh membuat bahtera di bawah bimbingan Allah. Pada saat yang bersamaan, bani Rasim mengejeknya sebagai orang gila, karena tidak mungkin akan terjadi banjir sedangkan saat itu sedang musim panas yang kering. Menurut mereka janji Allah hanyalah ancaman palsu belaka. Nabi Nuh menjawab, “…Jika kamu mengejek kami, maka kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). (QS. Hud [11]: 38)
Pada hari yang dijanjikan, nabi Nuh mengajak seluruh manusia memasuki kapal dan membawa hewan-hewan secara berpasang-pasangan agar tidak punah. Namun, hanya pengikut setia berjumlah 80 orang yang mau mengikuti seruan beliau. Lalu datanglah hujan yang sangat deras dan terjadi air bah yang begitu dahsyat. Dalam sekejap seluruh bani Rasim tenggelam termasuk anak dan istri nabi Nuh yang membangkang. Wallahu a’lam.