Setelah memahami tentang sejarah awal mula penulisan mushaf dan klasifikasinya. Maka, pada kesempatan kali ini penulis ingin melengkapi artikel sebelumnya dengan pembahasan terkait produk-produk mushaf pra-utsmani yang ditulis oleh beberapa sahabat Nabi. Dalam hal ini, penulis mengawali pembahasan tersebut dengan kajian singkat terkait mushaf Ubay ibn Ka’ab.
Biografi Ubay ibn Ka’ab
Sahabat yang memiliki nama lengkap Ubay ibn Ka’ab al-Anshariy al-Mu’awiy al-Madaniy al-Badriy ini dilahirkan dari seorang ayah yang bernama Ka’ab ibn Qais, dan Ibu yang bernama Shuhailah bint al-Aswad. Jika ditelusuri lebih jauh, maka silsilah nasab ayah maupun ibunya sama-sama bermuara pada satu titik nasab yang sama yaitu ‘Umar ibn Malik ibn al-Najjar. Keluarga Ubay sendiri berasal dari suku Khazraj.
Selain nama tersebut, beliau juga memiliki kunyah (nama panggilan) dengan nama Abu al-Mundzir dan Abu al-Thufail. Sahabat Ubay ibn Ka’ab ini termasuk orang yang masuk Islam pada periode yang cukup awal. Beliau juga turut serta membantu Nabi dalam beberapa pertempuran besar, seperti perang Badr, dan perang Uhud.
Tidak diketahui secara pasti kapan Ubay ibn Ka’ab mulai mengumpulkan salinan-salinan wahyu ke dalam mushafnya. Namun, bisa dipastikan bahwa awal mula Ubay menulis wahyu adalah ketika Nabi telah berhijrah ke Madinah. Karena pada saat itu, Nabi mulai menunjuk beberapa sahabat untuk menjadi penulis wahyu, dan salah satu sahabat yang ditunjuk tersebut adalah Ubay ibn Ka’ab.
Baca Juga: Mengenal Mushaf Pra-Utsmani (1): Sejarah Awal Mula Penulisan Mushaf dan Klasifikasinya
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Ubay ibn Ka’ab termasuk penulis wahyu yang sangat dipercaya oleh Nabi. Hal ini disebabkan karena Nabi lebih mendahulukan mendiktekan wahyu kepada Ubay dari pada kepada Zaid ibn Tsabit. Kepercayaan tersebut menjadikan Ubay ibn Ka’ab sebagai sahabat yang ahli dalam hal-hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek qira’ah, asbab al-nuzul, tafsir, dan makki-madani.
Keahlihan tersebut dapat dibuktikan dalam sebuah riwayat yang menceritakan bahwa suatu ketika Ibnu Abbas bertanya kepada Ubay terkait jumlah surah yang diturunkan di Madinah. Maka, Ubay pun menjawab bahwa jumlah surah madaniyah terdapat sebanyak 27 surah, sedangkan sisanya adalah surah makkiyah.
Kepakaranya dalam bidang Al-Qur’an tersebut, mengakibatkan ia mendapatkan berbagai julukan, seperti Sayyid al-Qurra’ (pemimpin para pembaca/penghafal Al-Qur’an), Aqra’ al-Ummah dan Sayyid al-Muslimin. Selain itu, beliau juga diberi otoritas oleh Nabi untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada umat Islam saat itu. Sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn ‘Amr, dalam sebuah sabda Nabi, yaitu:
اسْتَقْرِئُوْا القُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ: مِنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِيْ حُذَيْفَةَ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ
“Carilah bacaan Al-Qur’an dari empat orang: Abdullah ibn Mas’ud, Salim maula Abu Hudzaifah, Ubay ibn Ka’ab dan Mu’adz ibn Jabal” (H.R. Bukhari no. 3806)
Terkait tahun kematianya, sulit untuk memastikan kapan beliau wafat. Hal ini dikarenakan terdapat ragam riwayat sumber literatur Islam klasik yang menyebutkan bahwa Ubay ibn Ka’ab wafat pada 19 H, 20 H,dan 22 H. Intinya menurut Schwally, sahabat Ubay sudah wafat sebelum dibentuknya komite pengumpulan Al-Qur’an masa khilafah Utsman ibn ‘Affan. Sehingga jika menggunakan pendapat ini, dapat dipastikan bahwa Ubay ibn Ka’ab tidak ikut berkontribusi dalam proses kodifikasi teks Al-Qur’an yang kemudian menghasilkan mushaf utsmani.
Baca Juga: Abu Aswad Ad-Du’ali dan Kisah Pemberian Tanda Baca dalam Mushaf Al-Quran
Struktur Sistematika Mushaf Ubay ibn Ka’ab
Dalam kitab al-Itqan fi Ulum al-Qur’an karya Jalaluddin al-Suyuthi, beliau menyebutkan bahwa jumlah surah pada mushaf Ubay ibn Ka’ab terdapat sebanyak 116 surah. Namun karena terdapat penggabungan surah, antara surah [105] dengan [106] atau surah [93] dengan [94], maka totalnya menjadi 115 surah. Walaupun demikian, dalam proses perincianya, al-Suyuthi tidak memasukkan delapan surah yaitu surah [74], [25], [32], [35], [68], [76], [85], dan [111]. Skema perincian tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
No. | Nama Surah | No. | Nama Surah | No. | Nama Surah |
1 | al-Fatihah | 37 | al-Fath | 73 | al-Alaq |
2 | al-Baqarah | 38 | al-Qital* | 74 | al-Hujurat |
3 | al-Nisa’ | 39 | al-Dzihar* | 75 | al-Munafiqun |
4 | Ali ‘Imran | 40 | al-Mulk | 76 | al-Jumu’ah |
5 | al-An’am | 41 | al-Sajdah | 77 | al-Tahrim |
6 | al-A’raf | 42 | Inna Arsalna Nuh | 78 | al-Fajr |
7 | al-Ma’idah | 43 | al-Ahqaf | 79 | al-Balad |
8 | Yunus | 44 | Qaf | 80 | al-Lail |
9 | al-Anfal | 45 | al-Rahman | 81 | al-Infithar |
10 | al-Taubah | 46 | al-Waqi’ah | 82 | al-Syams |
11 | Hud | 47 | al-Jin | 83 | al-Thariq |
12 | Maryam | 48 | al-Najm | 84 | al-A’la |
13 | al-Syu’ara | 49 | al-Ma’arij | 85 | al-Ghasyiyah |
14 | al-Hajj | 50 | al-Muzzammil | 86 | al-Shaff |
15 | al-Kahfi | 51 | al-Muddatstsir | 87 | al-Bayyinah |
16 | al-Nahl | 52 | al-Qamar | 88 | al-Dhuha |
17 | al-Ahzab | 53 | al-Dukhan | 89 | al-Insyirah |
18 | al-Isra’ | 54 | Luqman | 90 | al-Qari’ah |
19 | al-Zumar | 55 | al-Jatsiyah | 91 | al-Takatsur |
20 | Thaha | 56 | al-Thur | 92 | al-’Ashr |
21 | al-Anbiya’ | 57 | al-Dzariyat | 93 | al-Khal’** |
22 | al-Nur | 58 | Nun | 94 | al-Hafd** |
23 | al-Mu’minun | 59 | al-Haqqah | 95 | al-Humazah |
24 | Saba’ | 60 | al-Hasyr | 96 | al-Zalzalah |
25 | al-Ankabut | 61 | al-Mumtahanah | 97 | al-’Adiyat |
26 | al-Mu’min | 62 | al-Mursalat | 98 | al-Fil |
27 | al-Ra’d | 63 | al-Naba’ | 99 | al-Quraisy |
28 | al-Qashash | 64 | al-Qiyamah | 100 | al-Ma’un |
29 | al-Naml | 65 | al-Takwir | 101 | al-Kautsar |
30 | al-Shaffat | 66 | al-Thalaq | 102 | al-Qadr |
31 | Shad | 67 | al-Nazi’at | 103 | al-Kafirun |
32 | Yasin | 68 | al-Taghabun | 104 | al-Nashr |
33 | al-Hijr | 69 | ‘Abasa | 105 | al-Lahab |
34 | al-Syura | 70 | al-Muthaffifin | 106 | al-Ikhlas |
35 | al-Rum | 71 | al-Insyiqaq | 107 | al-Falaq |
36 | al-Hadid | 72 | al-Tin | 108 | al-Nas |
Dalam tabel tersebut terdapat dua surah yang bertanda (*), dalam mushaf utsmani dua surah tersebut adalah surah Muhammad dan surah al-Mujadilah. Sedangkan, dua surah yang bertanda (**), merupakan dua surah tambahan dalam mushaf Ubay ibn Ka’ab, yaitu surah al-Hafd dan surah al-Khal’. Khaulah ‘Abid Khalf al-Dulaimiy dalam karyanya yang berjudul Qira’ah Ubay ibn Ka’ab Dirasah Nahwiyyah wa Lughawiyyah, menjelaskan redaksi dua surah tambahan tersebut yaitu, pertama, surah al-Hafd yang didalamnya tertulis:
اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ, نَخْشَى عَذَابَكَ وَنَرْجُوْ رَحْمَتَكَ إِنَّ عَذَابَكَ بِالكُفَّارِ مُحِيْقٌ
Sedangkan, yang dimaksud dengan surah tambahan kedua, yaitu surah al-Khal’ adalah sebuah do’a yang memilki redaksi sebagaimana berikut:
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَنُثْنِي عَلَيْكَ الخَيْرَ وَلَا نَكْفُرُكَ وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنخلع وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ
Dalam salinan mushaf Ubay ibn Ka’ab ditemukan perbedaan ortografis dengan mushaf yang dikenal saat ini. Misalnya kata للرجال (li al-rijali) dalam mushaf saat ini ditulis dengan huruf alif, teteapi di mushaf Ubay ditulis dengan huruf ya. Sehingga berubah menjadi للرجيل (li al-rijaili). Selain itu, terdapat juga bacaan yang berbeda dalam mushaf Ubay ibn Ka’ab dengan bacaan resmi dalam mushaf resmi utsmani, baik dari segi vokalisasi, kerangka konsonantal, penambahan atau pengurangan terhadap kata dan ayat, serta masih banyak lainya.
Baca Juga: Sejarah Jual-Beli Mushaf Al-Quran di Era Awal Islam
Mushaf Ubay ibn Ka’ab ini termasuk mushaf pra-utsmani yang cukup berpengaruh luas dalam masyarakat Arab saat itu, khususnya di daerah Syiria. Namun, pada saat proses standardisasi teks Al-Qur’an pada masa Utsman, mushaf Ubay termasuk mushaf yang dibakar guna mewujudkan unifikasi mushaf. Walaupun demikian, riwayat qira’ah dari Ubay ibn Ka’ab tetap berkembang dan digunakan hingga saat ini. Hal ini dikarenakan tujuh sanad qira’at yang berkembang saat ini, semuanya bermuara pada sanad Ubay ibn Ka’ab. Wallahu A’lam