Pada zaman nabi Musa as, ada seorang saudagar kaya bernama Qarun. Menurut beberapa riwayat ia adalah salah satu kerabat nabi Musa. Tak hanya memiliki banyak harta, Qarun juga termasuk orang yang berilmu. Bahkan dikatakan bahwa dirinya adalah ahli kitab Taurat selain nabi Musa dan Harun. Namun kisah Qarun dalam Al-Quran berakhir tragis, karena ia beserta seluruh hartanya tersebut ditenggelamkan oleh Allah swt akibat kesombongan.
Semasa hidup, Qarun dikenal sebagai sosok yang multi-talenta. Ia dijuluki dengan sebutan “Munawir” karena kemerduan suaranya dalam membaca kitab Taurat. Selain itu, Qarun juga adalah laki-laki yang lihat dalam berbisnis dan mengetahui berbagai trik untuk memperlancar usahanya. Berkat itu, ia menjadi seorang saudagar sukses dan dikenal sebagai orang paling kaya pada zaman nabi Musa.
Jauh sebelum kekayaan Qarun melimpah ruah, sebenarnya ia hanyalah seorang lelaki miskin yang tidak mampu menafkahi keluarganya. Bosan dengan keadaan tersebut, lalu Qarun meminta nabi Musa untuk mendoakannya agar Allah swt memberikan harta benda yang banyak. Nabi Musa menyetujuinya tanpa ragu karena dia tahu bahwa Qarun adalah seorang yang sangat saleh dan pengikut ajaran Ibrahim yang sangat baik.
Baca Juga: Ibrah Kisah Nabi Daud: dari Taubat hingga Manajemen Ibadah
Allah pun mengabulkan doa nabi Musa. Akhirnya, Qarun kemudian memiliki ribuan gudang harta yang penuh berisikan emas dan perak. Dikisahkan bahwa setiap keluar rumah ia selalu berpakaian mewah didampingi oleh 600 orang pelayan terdiri atas 300 laki-laki dan 300 lagi pelayan perempuan. Bukan hanya itu, ia juga dikelilingi oleh 4.000 pengawal dan diiringi 4.000 binatang ternak yang sehat, plus 60 ekor unta yang membawa kunci-kunci gudang kekayaannya.
Kisah Qarun Dalam Al-Quran: Azab Allah Swt Terhadap Orang Sombong
Kisah Qarun dalam Al-Quran dapat ditemukan pada surah al-Qashash [28] ayat 67-83. Secara umum, kelompok ayat ini bercerita tentang kekayaan Qarun yang begitu besar, kemudian ia sombong dan tidak mau bersedekah kepada orang yang membutuhkan, karena menurutnya semua itu adalah hasil jerih payahnya. Akibat dari perbuatan sombong itu, Allah swt lalu membinasakan Qarun beserta seluruh harta bendanya.
Pada mulanya, Qarun meminta doa kepada nabi Musa agar menjadi kaya dengan tujuan untuk lebih taat beribadah dan membantu sesama. Namun lambat laun, ia melupakan tujuan tersebut dan malah ingkar terhadap segala nikmat yang telah Allah swt berikan. Menurutnya, semua harta adalah buah dari kerja kerasnya, bukan anugerah Allah swt.
Firman Allah swt, “Dia (Karun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.” (QS. al-Qashash [28]: 78).
Kedurhakaan Qarun kian menjadi-jadi manakala ia menghamburkan hartanya untuk kepentingan duniawi semata. Ia banyak mempergunakan hartanya dalam kesesatan, kezaliman, dan permusuhan, sehingga membuatnya menjadi orang yang sombong, mabuk dan terlena dengan itu semua. Ia juga mendurhakai Allah dan memilih untuk menyembah Sobek, dewa berkepala buaya serta dewa-dewa lainnya.
Tak hanya durhaka pada Allah, dia pun kemudian mengkhianati nabi Musa. Al-Quran menyejajarkan pengkhianatan Qarun dengan penolakan Firaun, Ramses II, atas ajaran tauhid yang dibawa Musa. Ini disebut dalam surah al-Ankabut ayat 39:
وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ
”Dan (juga) Qarun, Fir‘aun dan Haman. Sungguh, telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa) keterangan-keterangan yang nyata. Tetapi mereka berlaku sombong di bumi, dan mereka orang-orang yang tidak luput (dari azab Allah).”
Suatu hari, nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk mengerjakan Zakat. Nabi Musa lalu mengutus salah seorang pengikutnya untuk mengambil zakat dari Qarun. Begitu sampai, Qarun langsung marah dan tidak mau memberikan sedikit pun dari kekayaannya. Karena menurut Qarun, kekayaannya itu adalah hasil kerja keras dan usaha sendiri, tidak ada kaitan dengan siapa pun, tidak ada kaitan dengan Allah, atau dewa mana pun. (Qashash al-Anbiya: 602)
Qarun sangat tidak suka dinasihati dan diminta untuk berzakat oleh nabi Musa. Karena itu, ia berusaha merusak dan menghancurkan citra nabi Musa. Suatu ketika, ia pernah menyewa seorang perempuan untuk menuduh nabi Musa telah melakukan hal yang tidak senonoh. Mendengar hal itu, nabi Musa sangat sedih dan terpukul, beliau lalu shalat dua rakaat dan meluruskan segala tuduhan termasuk mengingatkan si perempuan.
Kedurhakaan Qarun mencapai puncaknya ketika ia merasa lebih baik dan lebih terhormat dari seluruh manusia, termasuk nabi Musa as. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak membutuhkan nasihat kebenaran dari siapapun. Bahkan, ia tidak merasa butuh dengan apa pun, termasuk ampunan dan ancaman Allah swt. Baginya, seluruh harta miliknya sudah cukup untuk melakukan segala hal (Qashash al-Anbiya: 605).
Akibat kesombongan Qarun tersebut, ia kemudian diazab oleh Allah swt dengan cara ditenggelamkan ke dalam perut bumi beserta seluruh harta yang selama ini dibanggakannya. Firman Allah swt, “Maka Kami benamkan dia (Karun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.” (QS. al-Qashash [28]: 81).
Baca Juga: Surat Asy-Syuara Ayat 65 – 68: Kisah Kehancuran Firaun dan Tentaranya
Kisah Qarun dalam Al-Quran ditutup dengan peringatan dari Allah swt kepada seluruh manusia, bahwa bumi tidak diperuntukkan bagi orang-orang yang dipenuhi kesombongan dan keangkuhan. Firman-Nya, “Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Qashash [28]: 83).
Dari kisah Qarun dalam Al-Quran di atas, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil, diantaranya: 1) kita harus senantiasa bersyukur atas karunia Allah swt, baik yang dirasakan secara langsung maupun tidak; 2) segala pencapaian kita di dunia merupakan bagian dari rezeki Allah meskipun kita merasa mengusahakannya; 3) Jangan lupa berbagi dengan sesama atas segala nikmat; 4) manusia tidak sepatutnya bersikap sombong. Wallahu a’lam.