BerandaKisah Al QuranAgar Doa Cepat Terkabul? Makanlah Yang Halal

Agar Doa Cepat Terkabul? Makanlah Yang Halal

Salah satu amalan terkabulnya doa adalah memakan makanan yang halal. Sebab makanan halal baik dzat maupun cara memperolehnya mendatangkan keberkahan dan menjadi sebab terkabulnya doa. Perintah untuk memakan makanan yang halal telah disebutkan dalam firman-Nya Q.S. al-Baqarah [2]: 168

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S. al-Baqarah [2]: 168).

Ayat ini sering dipergunakan para mubaligh dan mufasir dalam menerangkan perintah untuk memakan makanan yang halal yakni halâlan thayyiban. Halâl dalam pengertian ini mencakup cara memperoleh makanan serta kandungan dari makanan tersebut. Salah satu makanan yang masuk dalam kategori tidak halal untuk dimakan adalah daging hewan yang disembelih dengan tidak mengucapkan bismillâh, seperti dalam firman Allah swt.

وَلَا تَأْكُلُوْا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ وَاِنَّهٗ لَفِسْقٌۗ وَاِنَّ الشَّيٰطِيْنَ لَيُوْحُوْنَ اِلٰٓى اَوْلِيَاۤىِٕهِمْ لِيُجَادِلُوْكُمْ ۚوَاِنْ اَطَعْتُمُوْهُمْ اِنَّكُمْ لَمُشْرِكُوْنَ ࣖ

Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik. (Q.S. al-An’am [6]: 121)

Di sisi lain, thayyiban menjadi syarat yang menyertai setelah makanan tersebut halâl. Diantara makanan yang disifati thayyiban adalah tidak berlebih lebihan saat mengkonsumsinya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt dalam Alquran

وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ

Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. al-A’raf [7]: 31)

Dampak dari makanan yang berlebih-lebihan ini dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabda beliau

إِيَّا كُمْ وَالْبِطْنَةَ فِيْ الطَّعَامِ وَ الشَّرَابِ, فَإِنَّهَا مَفْسَدَةٌ لِلْجِسْمِ تُوْرِثُ السَّقَمَ عَنِ الصَّلَاةِ, وَعَلَيْكُمْ بِالْقَصْدِ فِيْهِمَا فَإِنَّهُ أَصْلِحُ لِلْجَسَدِ وَأَبْعَدُ مِنَ السَّرَفِ. (رواه البخاري)

Janganlah sekali-kali kalian makan dan minum terlalu kenyang, karena sesungguhnya hal tersebut dapat merusak tubuh, dan dapat menyebabkan malas mengerjakan shalat, dan pertengahanlah kalian dalam kedua hal tersebut (makan dan minum), karena sesungguhnya hal ini lebih baik bagi tubuh, dan menjauhkan diri dari berlebih-lebihan (israf). (HR. Bukhari)

Kutipan dalil Al-Qur’an dan hadits di atas kiranya sudah cukup mewakili untuk kita pahami bersama seperti apa karakteristik makanan yang dianjurkan Allah swt dan Rasul-Nya untuk dikonsumsi oleh manusia. Ditambah lagi banyak penjelasan dokter maupun ilmu mendis biologi yang secara gamblang memaparkan kebenaran dari dalil tersebut.

Namun bagaimana halnya dengan doa? Apa rahasia yang menjadi penyebab sehingga makanan yang dikategorikan Al-Qur’an sebagai halâlan thayyiban bisa menjadi salah satu faktor terkabulnya doa seseorang?

Al-Harail, seorang ulama besar (w.1232 M) berpendapat bahwa jenis makanan dan minuman dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan dan sifat-sifat mental pemakannya. Pendapatnya beliau ini didasarkan pada analisis kata rijs yang disebutkan dalam Al-Quran (QS. Al-An’am: 145) sebagai alasan untuk mengharamkan makanan tertentu, seperti keharaman minuman keras.

Kata rijs menurutnya mengandung arti “keburukan budi pekerti serta kebobrokan moral”, sehingga manakala Allah swt menyebut jenis makanan tertentu dan menilainya sebagai rijs, maka hal itu berarti bahwa makanan tersebut dapat menimbulkan keburukan budi pekerti.

Pendapat al-Harail ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh seorang ulama kontemporer, yakni Syaikh Taqi Falsafi dalam bukunya yang berjudul Child between Heredity and education. Dalam buku tersebut ia mengutip penjelasan Alexis Carrel yang mengatakan bahwa penelitian membuktikan, pengaruh senyawa kimiawi yang ditimbulkan dari mengkonsumsi minuman keras menjadi langkah awal seseorang melakukan tindakan kejahatan.

Hasan Syafi’i, dalam kitabnya al-Arba’ûn as-shahiyyaťa min al-hâdits an-nabawiyyah menjelaskan bahwa makanan yang baik yang diperoleh dari rezeki yang diridhai Allah berpengaruh pada kondisi batin dan dzahir seorang muslim. Dan kondisi inilah yang menjadi sebab terkabulnya doa. Hal itu berarti, saat makanan yang dikonsumsi oleh seseorang tidak baik (haram), maka kondisi batinnya akan tidak baik pula sehingga berpengaruh pada doa yang dia panjatkan. (Baca juga: Tafsir Surah An Nahl Ayat 97: Tips Meraih Hidup Bahagia)

Seperti penjelasan dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (Sunan no.3257) di mana Rasulullah menceritakan  “..ada seorang laki-laki yang melakukan perjalanan. Ditengah perjalanan dia kemudian mengangkat tangan sambil menengadah ke langit, lalu berkata ya rabb, ya rabb, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, maka bagaimana do’anya di kabulkan dalam kondisi yang seperti itu?”

Dari cerita diatas, dapat kita simpulkan bahwa makanan yang dikonsumsi oleh seseorang akan berdampak pada kondisi batin dan dzahirnya. Bila makanannya buruk, maka kondisi batinnya juga akan buruk, hatinya lalai, sehingga do’anya tertolak. Sedangkan dengan mengkonsumsi makanan yang bersifat halâlan thayyiban akan memberikan efek kondisi batin yang baik, sehingga inilah yang menyebabkan do’a seseorang terkabulkan. (Baca juga: Tafsir Surat An-Nahl ayat 15-16: Nikmat Allah Bagi Penduduk Bumi)

Akhirnya kita sangat dianjurkan untuk memperhatikan makanan seperti dalam firman-Nya

فَلْيَنْظُرِالْاِنٍسَانُ اِلٰى طَعَامِهٖ

“maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”

Maka perhatikanlah makanan yang kita makan, usahakan selalu berada pada kriteria halâlan thayyiban (halal lagi baik atau bergizi) agar kondisi batin kita tetap bersih dan terjaga dari segala bentuk kemaksiatan, sehingga segala do’a yang kita panjatkan dapat diterima oleh Allah Swt. Aamiin.

Harfin
Harfin
Mahasiswa Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto, aktif di CRIS Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....