BerandaKhazanah Al-QuranAl Qur’an Maghribi, Mushaf Unik yang Huruf Qaf-nya Bertitik Satu

Al Qur’an Maghribi, Mushaf Unik yang Huruf Qaf-nya Bertitik Satu

Bagi muslim Indonesia, tentu sangat familiar dengan mushaf Al Qur’an dengan khat naskhi seperti yang kita baca sehari-hari. Mushaf Al Qur’an yang sering kita baca ini masuk kategori mushaf Al Masyriqiyyah, yang mana biasa digunakan oleh negara-negara muslim dari wilayah Mesir ke timur. Sementara di wilayah yang mencakup negara-negara muslim dari Libya ke barat tidak menggunakan khat naskhi, mereka menggunakan khat maghribi yang juga menjadi nama mushaf tersebut.

Perbedaan berdasarkan letak geografis ini memang membuat khazanah mushaf semakin variatif. Salah satu keunikan Al Qur’an maghribi atau yang membedakan dengan mushaf masyriqi adalah penulisan khatnya. Tentu sangat jelas, ketika melihat huruf qaf yang hanya bertitik satu, dan huruf fa’ titiknya di bawah huruf.


Baca juga: Benarkah Warna Merah Lafadz Walyatalattaf sebagai Tanda Tetesan Darah Usman bin Affan?


Namun, membicarakan Al Qur’an maghribi tanpa melihat tampilannya sangatlah tidak lengkap. Berikut contoh tampilannya,

Dari gambar di atas, tampak fa’ pada penulisan Al fatihah menggunakan titik satu yang bukan diletakkan di atas, namun di bawah. Kemudian dalam kata al-mustaqim juga terlihat penulisan qaf-nya hanya bertitik satu, bukan bertitik dua layaknya penulisan yang sering kita temui. Penulisan huruf nun di akhir kalimat pun tidak disertai dengan titik.

Bagi kalangan yang mendalami ilmu khat, tentu hal seperti ini sangatlah lumrah. Namun berbeda dengan orang awam, keragaman seperti ini harus juga dijelaskan. Supaya tidak terjadi kegagapan dan menganggap suatu kemasygulan atau kesalahan. Apalagi mushaf maghribi tidak hanya berbeda jenis khatnya, namun juga qiraatnya.

Perihal khat atau kaligrafi, sebenarnya dua klasifikasi masyriqi dan maghribi ini lahir dari satu rahim yang sama, yakni khat kufi lama. Namun seiring berjalannya waktu, muslim bagian barat jazirah Arab seperti di kawasan Afrika utara, yaitu Mesir, Libiya, Tunisia, al-Jazair, dan Maroko lebih mengembangkan khat jenis maghribi ini.


Baca juga: Apakah Terjemahan Al-Quran Dapat Disebut Karya Tafsir? Inilah Pemetaan Levelisasi Mufasir Menurut Para Ahli


Sementara di wilayah timur jazirah Arab lebih memilih khat yang merujuk kaidah al-mansubah, yang mana dipelopori oleh Ibnu Muqlah. Maka di wilayah timur, berkembang khat naskhi, tsulus, riq’ah, dan farisi. Adapun penulisan mushaf masyriqi menggunakan khat naskhi karena dianggap paling mudah untuk dibaca oleh semua kalangan.

Spesifikasi Al Qur’an Maghribi

Adalah keniscayaan jika terdapat keunikan dalam mushaf Maghribi. Tentu, keunikan ini terjadi lantaran kita belum terbiasa melihatnya. Secara tartib mushaf (urutan surat), mushaf maghribi sama persis dengan mushaf masyriqi. Begitupun dengan rasm, Maghribi juga mengikuti kaidah rasm Usmani. Rasm mushaf maghribi ini secara umum mengacu pada kitab al-Muqni’ karya Abu ‘Amr ad-Dani (w. 444 H/1052 M.).

Rasm tersebut juga yang membedakan dengan mushaf lainnya, misalnya mushaf Madinah. Mushaf ini justru menggabungkan dua rujukan yang dikenal dengan syaikhani, baik riwayat Abu ‘Amr ad-Dani (w. 444 H.) melalui kitab Al-Muqni’ fi Ma’rifati Marsum Masahif Ahl al-Amsar. Maupun riwayat Abu Dawud Sulaiman bin Najah (w. 496 H.) dalam Mukhtasar at-Tabyin li Hija’ at-Tanzil.


Baca juga: Pesan Kinasih Shalawat Fadhailul Qur’an, Syair Anggitan Kyai Ahsin Sakho Muhammad


Adapun qiraat yang dijadikan rujukan mushaf Maghribi adalah qiraat Imam Nafi’ (w. 169 H/ 785-6 M), baik riwayat Qalun (w. 220 H/835-6 M) maupun Warasy (w. 197 H/ 813-4 M). hanya saja gambar di artikel ini merujuk pada riwayat Warasy. Kemudian, salah satu contoh yang kentara untuk melihat qiraat ini adalah yu’minuuna. Di mushaf yang sering kita baca dengan qiraah Ashim riwayat Hafs tertulis يؤمنون (dengan hamzah). Namun di mushaf maghribi ini tertulis يومنون (tanpa ada hamzahnya).

Selain itu, jumlah ayatnya pun berbeda dengan mushaf yang sering kita pakai. Total ayat mushaf maghribi secara umum berjumlah 6214 ayat. Hal ini dikarenakan perwaqafan yang kadang berbeda.

Tentu, keragaman seperti ini semakin lebih menyadari adanya ragam budaya di tiap-tiap wilayah muslim dunia. Semoga bermanfaat

Wallahu a’lam[]

Zainal Abidin
Zainal Abidin
Mahasiswa Magister Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal-Universitas PTIQ, Jakarta. Juga Aktif di kajian Islam Nusantara Center dan Forum Lingkar Pena. Minat pada kajian manuskrip mushaf al-Quran.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU