BerandaTafsir Al QuranAlasan Mengapa Surat Al-Ikhlas Sebanding Sepertiga Al-Quran Menurut Imam Ghazali

Alasan Mengapa Surat Al-Ikhlas Sebanding Sepertiga Al-Quran Menurut Imam Ghazali

Surat Al-Ikhlas merupakan salah satu surah yang populer. Kepopuleran ini bukan hanya karena ayatnya pendek sehingga setiap muslim hafal luar kepala. Namun juga karena surat ini memiliki keistimewaan yang luar biasa. Keistimewaan ini dalam hadis sahih disebutkan, surat Al-Ikhlas sebanding sepertiga Al-Quran.

عن أبي سعيد الخدري : «أن رجلا سمع رجلا يقرأ قُلْ : هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ يرددها ، فلما أصبح ، جاء إلى النبي صلّى اللَّه عليه وسلّم ، فذكر ذلك له ، وكأن الرجل يتقالّها ، فقال النبي صلّى اللَّه عليه وسلّم : والذي نفسي بيده ، إنها لتعدل ثلث القرآن». أخرج البخاري وأبو داود والنسائي

Dari Abu Said Al-Khudri, bahwasannya ada seorang laki-laki membaca Qulhuwa Allahu ahad yang ia ulang-ulang terus. Lalu ketika pagi hari, ia datang kepada Nabi Muhammad Saw. dan menceritakan hal itu kepada beliau. Dan orang itu seakan sedikit masih membacanya. Lalu Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan Nya. Sesungguhnya surah ini menyamai dengan sepertiga Al-Qur’an.” (HR. Al-Bukhari, Abu Daud, dan An-Nasa’i).

Dari hadis ini kemudian banyak sekali pemahaman bahwa cukuplah membaca tiga kali surah Al-Ikhlas untuk mengkhatamkan Al-Quran. Tentu pemahaman seperti ini salah kaprah. Untuk mengkhatamkan Al-Quran ya perlu membaca seluruh surat Al-Quran. Namun, nampaknya kita perlu mengetahui maksud dari sepertiga Al-Qur’an itu apa.

Baca juga: Sering Membaca Surat Al-Mulk? Berikut ini Lima Keutamaannya

Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Jawahir Al-Qur’an, kitab suci Al-Qur’an itu memiliki tiga pokok kandungan yakni mengenal Allah (ma’rifatullah), pengetahuan tentang akhirat, dan mengetahui jalan yang lurus (Shiratal mustaqim). Dari tiga kandungan ini, surat Al-Ikhlas membahas tentang ke-Esa-an Allah dan ketauhidan untuk mengenal Allah. Surat Al-Ikhlas juga menafikan segala bentuk kesyirikan dan penyerupaan dengan makhluk. Surat ini menyifati Allah dengan sifat Al-Shamad, yang mana seluruh makhluk bergantung dan butuh kepada Allah.

 قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ ١ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ ٢ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ ٣ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

Inilah yang kemudian perlu dipahami umat muslim. Bahwa sepertiga Al-Quran itu bukanlah hitungan matematis, yang mana jika membaca tiga kali surat Al-Ikhlas seakan-akan khatam membaca Al-Quran. Maksud dari sepertiga Al-Qur’an ini justru karena kandungannya, karena hakikat dari Al-Ikhlas sangat dalam dan melingkupi esensi ketauhidan. Dan jika kita membaca tiga kali surah Al-Ikhlas bukankah hanya membaca satu kandungan saja. Sedangkan masih ada dua kandungan pokok lagi yakni pengetahuan tentang akhirat, dan mengetahui jalan yang lurus (Shiratal mustaqim).

Adapun pendeknya ayat surat Al-Ikhlas juga tidak menjadi tolak ukur kandungan Al-Qur’an. Mungkin secara umum, kita akan berpandangan bahwa banyaknya ayat berarti juga banyak kandungannya. Pandangan ini bertolak belakang dengan hakikat Al-Qur’an.

Baca juga; Syah Waliyullah Al-Dahlawi: Tokoh Pencetus Asbabun Nuzul Makro

Imam Al-Ghazali pun menegaskan bahwa kuantitas ayat tidak menentukan kualitasnya. Sehingga meskipun ayatnya sedikit seperti Al-Ikhlas, sangat memungkinkan untuk memiliki kandungan yang mendalam.

Imam Al-Ghazali menyebut, “Karena minimnya pengetahuan hakikat Al-Qur’an dan hanya berpandangan secara zahir terhadap kata-kata Al-Quran. Jadilah engkau (mayoritas muslim) mengira bahwa banyaknya kandungan ditentukan oleh panjangnya ayat. Begitupun sebaliknya hal itu persis dengan orang yang mengutamakan banyaknya dirham daripada berlian yang berharga, akibat hanya melihat banyaknya dirham.”

Keistimewaan surat Al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga Al-Quran karena berisi tentang ma’rifatullah, dan kandungan untuk mengenal Allah ini layaknya berlian yang berharga. Terakhir, perihal keistimewaan surat Al-Ikhlas ini diibaratkan oleh Imam Al-Ghazali layaknya wakaf saat ibadah haji.

Baca juga; Jangan Menghina dan Pilih Kasih Terhadap Non Muslim! Ini dalil Larangannya

Dalam hadis menyebut, Ibadah haji adalah wukuf. Ini artinya, bagian terpenting dalam ibadah haji adalah wukuf, sementara amalan lainnya mengikuti. Tanpa melaksanakan wukuf, tentu seluruh amalan dalam haji runtuh. Begitu juga dengan pemahaman orang terhadap kandungan Al-Quran, tanpa memahami kandungan Surat Al-Ikhlas maka pemahamannya tidak akan sempurna.

Wallahu a’lam []

Zainal Abidin
Zainal Abidin
Mahasiswa Magister Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal-Universitas PTIQ, Jakarta. Juga Aktif di kajian Islam Nusantara Center dan Forum Lingkar Pena. Minat pada kajian manuskrip mushaf al-Quran.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...