BerandaKhazanah Al-QuranTradisi Al-QuranAsal Muasal Amalan Baca Surah Alkausar Tujuh Kali saat Sahur

Asal Muasal Amalan Baca Surah Alkausar Tujuh Kali saat Sahur

Salah satu bentuk living Qur’an yang dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim ketika bulan Ramadan, khususnya masyarakat Banjar, ialah membaca surah Alkausar tujuh kali saat sahur. Amalan ini berasal dari perkataan KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul).

Dikutip dari kanal laduni.id, Guru Sekumpul mengatakan bahwa apabila kita tidak ingin merasa kehausan saat berpuasa, maka setelah selesai makan sahur hendaklah kita mengambil segelas air putih. Kita baca surah Alkausar sebanyak tujuh kali, lalu kita tiupkan pada segelas air tersebut dan kita minum airnya.

Pertanyaannya kemudian adalah dari mana pemahaman fadilah surah Alkausar itu berasal? Untuk menjawabnya, pertama-tama kita telaah terlebih dahulu penafsiran ulama terhadap surah Alkausar.

Tafsir Surah Alkausar

Ayat pertama surah Alkausar berbunyi:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kausar.

Ibnu Katsir dalam Tafsīr al-Qur`ān al-‘Aẓīm menyebutkan riwayat Imam Ahmad dari Anas bin Malik, Rasulullah saw. bersabda bahwa Alkausar adalah sungai di surga yang diberikan Allah kepada beliau. Pada sungai tersebut terdapat banyak kebaikan dan umat beliau berjalan hilir mudik ke sungai tersebut.

Dalam Tafsir al-Jalalayn juga disebutkan bahwa Alkausar merupakan sebuah sungai di surga dan telaga milik Nabi Muhammad saw. yang kelak akan menjadi tempat minum bagi umat beliau. Selain bermakna sungai di surga, Alkausar juga bisa bermakna kebaikan yang banyak, misalkan nikmat kenabian, Alquran, syafaat, dan lain sebagainya.

Lalu ayat berikutnya berbunyi:

Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Maksud ayat ini ialah, sebagaimana Allah telah memberi kepada kita kebaikan serta nikat yang sangat banyak, baik di dunia maupun di akhirat—di antara nikmat tersebut ialah nikmat sungai al-Kaustar yang telah disebutkan pada ayat sebelumnya—, maka sudah sepatutnya kita beribadah hanya kepada Allah Swt. semata. Kita juga hendaknya ikhlas dalam melaksanakan salat, baik salat wajib maupun salat sunah, serta berkurban hanya untuk Allah Swt. dengan menyebut nama-Nya (Ibn Katsir, Tafsīr al-Qur`ān al-‘Aẓīm).

Surah Alkausar kemudian diakhiri dengan ayat berikut:

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

Maksud ayat ini ialah, orang-orang yang membenci Nabi Muhammad saw. dan apa yang dibawa oleh beliau berupa petunjuk dan kebenaran, mereka adalah orang-orang yang terputus dari semua kebaikan (Tafsir al-Jalalayn).

Selanjutnya, kita hubungkan pemahaman Guru Sekumpul dengan tafsir surah Alkausar di atas menggunakan sudut pandang living Qur’an yang dikembangkan Ahmad Rafiq sebagai berikut.

Baca juga: Surat Alkausar: Asbabun Nuzul dan Riwayat Kematian Putra Nabi Muhammad saw.

Bentuk Data Alquran dan Interpretasi Masyarakat

Rafiq dalam artikelnya berjudul Living Qur’an: Its Texts and Practices in the Functions of the Scripture, menyebutkan bahwa Alquran sebagai kitab suci memiliki fungsi informatif dan fungsi performatif. Rafiq mengutip pendapat Sam D. Gill yang membagi fungsi kitab suci menjadi dua dimensi, yaitu data dan interpretasi. Dimensi data bisa berupa bentuk teks Alquran, baik lisan (oral) maupun tulisan (written), serta data dalam bentuk praktik masyarakat.

Adapun dimensi interpretasi ialah interpretasi terhadap data, baik data yang berupa teks maupun praktik. Dalam dimensi ini, interpretasi terhadap data Alquran dapat bersifat informatif maupun performatif. Dua sifat ini menghasilkan fungsi ganda Alquran (fungsi informatif dan fungsi performatif) sebagai kiab suci.

Dalam kasus living Qur’an di atas, Guru Sekumpul mendapatkan amalan membaca surah Alkausar tujuh kali saat sahur dari guru beliau, KH. Syarwani Abdan (Guru Bangil). Guru Sekumpul mengatakan bahwa di antara fadilahnya ialah kita tidak akan merasa haus ketika berpuasa, karena meminum air yang telah dibacakan surah Alkausar tujuh kali sama seperti meminum air dari telaga Kausar.

Apabila kita cermati, maka kita akan menemukan data dalam kasus tersebut adalah data dalam bentuk teks, yaitu Guru Sekumpul dan masyarakat yang membaca surah Alkausar tujuh kali pada segelas air putih. Mereka melihat salah satu makna dari lafal Alkausar adalah salah satu nama telaga atau sungai yang ada di surga yang disediakan untk Nabi Muhammad saw. dan umatnya. Pemaknaan ini bisa kita temukan pada kitab-kitab tafsir, seperti Tafsir al-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Jalalain, Tafsir Al-Azhar, dan kitab tafsir lainnya.

Adapun bentuk interpretasi yang dilakukan oleh Guru Sekumpul dan masyarakat muslim terhadap surah ini (surah Alkausar) ialah interpretasi performatif. Makna lafal “al-Kausar” sebagai telaga Kausar yang ada di surga mendorong masyarakat untuk membaca surah ini sebelum minum air putih ketika selesai makan sahur, dan mereka meyakini bahwa jika mereka meminum air tersebut maka sama seperti meminum air dari telaga Kautsar, sehingga akan terhindar dari rasa haus selama menjalankan ibadah puasa.

Berdasarkan bentuk interpretasi performatif masyarakat terhadap makna lafal Alkausar di atas, maka menghasilkan praktik/amalan dalam bentuk bacaan dan tindakan, yaitu bacaan surah Alkausar yang ditiupkan pada segelas air minum. Amalan ini biasanya dilakukan oleh masyarakat secara perorangan dan dilakukan setelah selesai makan sahur.

Apabila kita melihat isi kandungan surah Alkausar secara keseluruhan berdasarkan tafsir dari surah ini, kita tidak menemukan hubungan signifikan antara surah ini dengan ibadah puasa. Namun, dengan melihat makna lafal Alkausar sebagai salah satu telaga air yang ada di surga, maka kita bisa menemukan hubungan antara rasa haus saat berpuasa dengan air yang salah satu fungsinya ialah sebagai penghilang rasa haus.

Wallāhu a’lam bi al-shawāb []

Baca juga: Living Quran; Melihat Kembali Relasi Alquran dengan Pembacanya

M. Rais Nasruddin
M. Rais Nasruddin
Mahasiswa Program Magister UIN Sunan Kalijaga, Prodi Ilmu al-Qur`an dan Tafsir
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...