BerandaTafsir TematikBeberapa Makna 'Kufr' dalam Alquran

Beberapa Makna ‘Kufr’ dalam Alquran

Sesungguhnya apa makna kufr? Kira-kira demikianlah pertanyaan umat beragama. Belakangan ini, term kafir mencuat kembali, terlebih di tahun politik. Harus diakui, term kafir memang terdapat secara eksplisit dalam Alquran dan sah adanya. Akan tetapi, jika diperhatikan secara serius, term kafir tidak dapat terlepas dari konteks ruang dan waktu. Artinya, kata kafir pun yang acapkali dipolitisir untuk mengafirkan seseorang tidak boleh digunakan secara serampangan karena dapat berakibat secara teologis dan psikologis kepada seseorang.

Oleh karena itu, artikel ini mengulas beberapa makna kufr dalam Alquran baik secara semantik/ tata bahasa maupun istilah/ pendapat para ulama. Begini penjelasannya.

Kata kufr dan turunannya terulang ratusan kali dalam al Quran, Abu Hilal al-Askary, sebagaimana dikutip Afifuddin Dimyathi, pakar tafsir Alquran dan bahasa Arab, mengatakan bahwa secara bahasa al-kufr bermakna menutupi, orang Arab bisa mengatakan, “al-lailu kafirun” (الليل كافِر), artinya malam adalah kafir, karena malam menutupi segala sesuatu dengan kegelapannya.

Sama seperti halnya kalimat “mendung menutupi bintang” (كَفَر الغمامُ النجومَ). Begitupun, orang yang menanam, kata Afifuddin Dimyathi atau Gus Awis, bisa disebut juga kafir, karena menyembunyikan/menutup benih di dalam tanah. Apalagi seseorang yang jelas-jelas tidak bersyukur atau mengkufuri atas nikmat yang Allah diberikan, itu lebih jelas lagi disebut kufur nikmat, karena menutupi kenikmatan yang telah diberikan kepadanya.

Baca Juga: Kuffar dalam Al-Quran Tidak Selalu Bermakna Orang-Orang Kafir, Lalu…

Menurut Afifuddin Dimyathi atau kerap disapa Gus Awis, dalam ilmu Al-Wujuh wa al-Nadhair fi Alquran, di antara beberapa makna dari kata kufr atau kafir dalam Alquran, di antaranya adalah,

Lawan dari Keimanan

Makna ini nampak dalam firman Allah Q.S. At-Taghabun [64]: 2,

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَّمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌۗ

Dialah yang menciptakan kamu, lalu di antara kamu ada yang kafir dan ada yang mukmi. (Q.S. At-Taghabun [64]: 2)

Atau dalam firman Allah berikut,

فَمَن شَاء فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاء فَلْيَكْفُرْ

Barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir. (Q.S. Al-Kahfi [18]: 29)

Lawan dari Ketakwaan

Makna ini bisa dilihat dalam firman Allah Q.S. Az-Zumar [39]: 71-73,

وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا (الزمر ٧١)

Orang-orang kafir digiring ke neraka jahannam secara berombongan. (Q. S. Az-Zumar [39]: 71)

Kemudian diikuti oleh firman Allah berikutnya,

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا (الزمر ٧٣)

Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan. (Q.S. Az-Zumar [39]: 73).

Kekafiran dalam makna kedua ini bukan termasuk kafir akidah, akan tetapi lebih dekat dengan makna pelanggaran/ kejahatan (الإجرام). Hal ini dikuatkan dengan ayat-ayat yang senada seperti,

يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِيْنَ اِلَى الرَّحْمٰنِ وَفْدًا وَنَسُوْقُ الْمُجْرِمِيْنَ اِلٰى جَهَنَّمَ وِرْدًا ۘ

(Ingatlah) suatu hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa (menghadap) kepada (Allah) Yang Maha Pengasih bagaikan rombongan yang terhormat dan Kami akan menggiring para pendurhaka ke (neraka) Jahanam dalam keadaan dahaga. (Q.S. Maryam [19]: 85-86)

Baca Juga: Konsep Kafir dalam Al-Qur’an Perspektif Farid Esack

Lawan dari Syukur/ Ingkar Kenikmatan

Makna ini bisa dilihat dalam ayat berikut,

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (Q.S. Ibrahim [14]: 7)

Juga dalam firman Allah,

وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan barang siapa bersyukur, sesungguhnya ia bersyukur kepada dirinya sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji. (Q.S. Luqman [31]: 12)

Dalam ayat yang lain,

اِنَّا هَدَيْنٰهُ السَّبِيْلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا كَفُوْرًا

Sesungguhnya Kami telah menunjukkan kepadanya jalan (yang lurus); ada yang bersyukur dan ada pula yang sangat kufur. (Q.S. Al-Insan [76]: 3)

Kafir dalam makna ini bukan termasuk kafir akidah. Akan tetapi, menurut penafsiran Quraish Shihab, adalah mereka yang enggan menjemput hidayah Allah dan tidak menggunakan kenikmatan tersebut sesuai yang diridhai Allah swt.

Lawan dari amal shalih

Yaitu berbuat kerusakan (mafsadat). Hal ini bisa kita lihat dalam firman Allah Q.S. Ar-Rum [30]: 44,

مَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهٗۚ وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِاَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُوْنَۙ

Siapa yang kufur, maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekufurannya. Siapa yang mengerjakan kebajikan, maka mereka menyiapkan untuk diri mereka sendiri (tempat yang menyenangkan). (Q.S. Ar-Rum [30]: 44)

Kafara dalam ayat ini bukan bermakna kufr akidah, melainkan berbuat kerusakan, karena lawan dari amal shalih merusak (الفساد) sebagaimana dalam ayat berikut:

اَمْ نَجْعَلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَالْمُفْسِدِيْنَ فِى الْاَرْضِ

Apakah (pantas) Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan beramal saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? (Q.S. Shad [38]: 28)

Baca Juga: Haruskah Selalu Bersikap Kasar dan Keras Terhadap Orang Kafir dan Munafik? Tafsir Surah At-Taubah Ayat 73

Bebas atau tidak ada keterkaitan

Makna ini bisa dilihat dalam firman Allah berikut; Q.S. Al-Mumtahanah [60]: 4, Q.S. Al-Ankabut [29]: 25), dan Q.S. Ibrahim [14]: 22).

Sebagai penutup, makna kufr atau kafara, seperti yang dipaparkan Quraish Shihab, memiliki dua pengertian; secara etimologis atau semantik dan terminologis atau secara istilah. Secara etimologi, istilah kafir berasal dari kata kafara, yang berarti menutup. Sedangkan secara istilah, Al-Qur’an menggunakan kata tersebut untuk berbagai makna yang masing-masing dapat dipahami sesuai dengan kalimat dan konteksnya.

Dalam hal ini, menurut Shihab, kata kafir sekurangnya terdapat tiga pemaknaan. Pertama, Yang mengingkari keesaan Allah dan kerasulan Muhammad saw., seperti pada QS. Saba’ [34]: 3. Kedua, Yang tidak mensyukuri nikmat Allah, seperti pada QS. Ibrahim [14]: 7. Dan ketiga, Tidak mengamalkan tuntunan Ilahi walau mempercayainya, seperti QS. al-Baqarah [2]: 85.

Apakah kata kafir hanya berhenti pada ketiga pemaknaan tersebut? Tentu saja tidak. Shihab menjelaskan masih ada arti lain dari kata kufr, namun dapat disimpulkan bahwa secara umum kata itu menunjuk kepada sekian banyak sikap yang bertentangan dengan tujuan kehadiran/tuntunan agama. Sementara ulama merumuskan bahwa semua kata kufr dalam berbagai bentuknya yang terdapat dalam ayat-ayat yang turun sebelum Nabi saw. berhijrah, semuanya bermakna orang-orang musyrik atau sikap-sikap mereka yang tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad atau meninggalkan ajaran-ajaran pokok Islam.

Kesimpulannya, makna kufr dalam Alquran bermacam-macam. Ia bisa berarti kufr dalam akidah, berbuat pelanggaran, mengingkari kenikmatan Allah, berbuat kerusakan dan pengingkaran keterkaitan/hubungan. Pemaknaan ini bisa diamati melalui konteks ayat dan kaitannya dengan ayat yang lain. Wallahu a’lam.

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...