BerandaKhazanah Al-QuranMushaf Al-QuranBelajar dari Islah Gusmian, Peneliti Khazanah Al-Qur’an dan Manuskrip Nusantara

Belajar dari Islah Gusmian, Peneliti Khazanah Al-Qur’an dan Manuskrip Nusantara

Nama Islah Gusmian tentu tidak asing lagi bagi para pengkaji tafsir di Indonesia. Kiprahnya mencatat jejak khazanah Al-Qur’an dan tafsir Nusantara berhasil membius para sarjana untuk menggali mutiara terpendam. Melalui penelitian dengan metodologi dan kerangka yang matang, ia berhasil mengangkat khazanah lokal menjadi menarik di mata nasional, bahkan internasional. Dalam artikel ini, kita berkenalan dengan sosok inspiratif itu.

Islah Gusmian lahir di Pati pada tanggal 22 Mei 1973. Ia tumbuh remaja di desa Bulumanis Lor, salah satu desa yang berdekatan dengan kampung santri Kajen. Di Kajen inilah ia mulai fokus belajar keagamaan di tingkat Tsanawiyah dan Aliyah, tepatnya di Madrasah Salafiyah. Usai lulus, ia melanjutkan studinya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dari strata satu hingga doktoral. Saat ini Ia  aktif sebagai dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dan didaulat sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah di IAIN Surakarta.

Perjalanan intelektual Islah Gusmian nampaknya membentuk karakter pribadi maupun karya-karyanya. Pada tahun 2006 ia pernah dinobatkan sebagai peneliti terbaik pertama, Dosen PTAIN se-Indonesia oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Depag RI. Prestasi ini tak datang tiba-tiba, karena saat masih mahasiswa, ia sudah aktif menulis opini dan resensi buku di media massa. Tak heran, jika penerbit Mizan memilihnya sebagai peresensi buku terbaik pada tahun 1998.

Baca juga: Tafsir Surah Yusuf Ayat 8: Awal Kedengkian Saudara-Saudara Nabi Yusuf

Dari Karya ke Karya Lainnya  

Jika melihat daftar bukunya yang sudah diterbitkan, nampaknya kita akan melihat betapa aktifnya ia menulis karya. Pada tahun 2003 ia menerbitkan tesisnya dengan judul Khazanah Tafsir Indonesia: dari Hermeneutika ke Ideologi”. Usai terbit, buku ini termasuk dalam buku rujukan utama di kampus yang mengajarkan kajian tafsir Indonesia, bahkan hingga kini. Penelitiannya ini mengungkap bagaimana karya-karya tafsir Al-Qur’an tahun 1990 sampai 2000 itu diproduksi dan implikasi apa yang berdampak di tengah masyarakat.

Kemudian di tahun 2019 lalu, hasil disertasinya resmi diluncurkan dengan judul “Tafsir Al-Qur’an & Kekuasaan di Indonesia: Peneguhan, Kontestasi, dan Pertarungan Wacana”.  Dalam penelitian doktoralnya itu, Gusmian ingin menunjukkan isu-isu sosial politik di era Orde Baru yang diperbincangkan dalam tafsir Al-Qur’an secara terbuka. Ia juga menampilkan bagaimana tafsir Al-Qur’an menjadi arena peneguhan kontestasi, dan pertarungan wacana atas praktik politik kekuasaan.

Kedua karyanya itu, merupakan contoh dari berbagai karyanya yang berbasis penelitian panjang. Namun Islah Gusmian tidaklah penulis ilmiah biasa. Ia tak membatasi karya-karyanya, dan beberapa kali menulis buku islami populer. Di antara karya-karya populer itu seperti Al-Qur’an Surat Cinta Sang Kekasih (2005), Cinta Tak Segampang Pesan Pizza (2005), Surat Cinta dari Tuhan (2005), Spirit of Loving (2006), Surat Cinta Al-Ghazali, Nasihat-Nasihat Pencerah Hati (2006), dan Dua Agama Satu Kehidupan (2012).

Baca juga: Mushaf Al-Quran Pojok Menara Kudus sebagai Simbol Lokalitas

Contoh-contoh karya di atas tentu belum lengkap dan bisa jadi akan bertambah banyak. Proses kreatifnya yang terus berkembang, membuat ia keluar dari zona nyaman. Ia mengepakkan sayapnya menembus ruang-ruang masa silam. Maka, tak hanya literatur populer yang ia terbitkan. Kini ia justru dikenal sebagai pegiat manuskrip keagamaan dan pesantren.

Pegiat Manuskrip Keagamaan Nusantara

Tokoh yang selalu menyampaikan ceramah dengan sentuhan humor ini semakin kuat bersinggungan dengan naskah pada tahun 2008. Saat itu ia menjabat Ketua Program Studi Tafsir Hadis STAIN Surakarta, dan berhasil mendirikan Pusat Kajian Naskah dan Khazanah Islam Nusantara, melaui pusat kajian inilah ia semakin eksis melahirkan karya berbasis manuskrip.

Misalnya, ia menulis tentang tokoh kenamaan dari Kajen, yaitu Syekh Ahmad Mutamakkin. Persinggungannya selama menjadi santri di Kajen, nampaknya membuat ia ingin lebih mengenal tokoh sufi yang dikenal dari Serat Cebolek itu. Maka lahirlah artikel ilmiah dengan judul Pemikiran Tasawuf Syekh Ahmad Mutamakkin: Kajian Hermeneutik atas Naskah ‘Arsy Al-Muwahhidin (2013).

Pergumulannya dengan berbagai manuskrip membuat ia dekat dengan beragam naskah, baik tafsir, mushaf Al-Qur’an, tasawuf, hingga naskah kebencanaan. Di antara karyanya yang berbasis naskah Al-Qur’an itu seperti Karakteristik Naskah Terjemahan Al-Qur’an Pegon Koleksi Perpustakaan Masjid Agung Surakarta (2012) dan Karakteristik Mushaf Al-Qur’an Kuno Koleksi Pesantren al-Mansur, Popongan, Klaten, Jawa Tengah (2014).

Sementara contoh karyanya yang berbasis naskah kebencanaan yaitu Gempa Bumi dalam Pandangan-Dunia Orang Jawa: Studi atas Dua Manuskrip Primbon Jawa Abad ke-19 M (2019). Baru-baru ini, ia juga menerbitkan buku Mitigasi Bencana & Kearifan Manusia Jawa: Kajian atas Naskah Lindhu (2021). Karya teranyar ini nampaknya sangat tepat dengan kondisi sekarang, karena masyarakat harus membangun kesadaran untuk menjaga alam berbasis kearifan lokal.

Baca juga: Pengaruh Jawa dalam Tradisi Penyalinan Mushaf di Lombok

Mengutip dari keterangan di buku terbitannya, Islah Gusmian saat ini tidak hanya aktif melakukan penelitian. Ia juga mengisi berbagai ceramah ilmiah dan mengumpulkan naskah keagamaan Nusantara. Sosok yang kini sudah memubilkasikan 95 karya ini (data tari Google Cendikia) juga aktif memperkenalkan kajian manuskrip keagamaan dengan pendekatan interdisipliner.

Dilihat dari prestasi yang ia dapatkan sejak mahasiswa hingga kini daftar publikasinya begitu tinggi, ia sangat layak disebut sebagai cendekiawan teladan. Konsistensi dalam menulis, dan ketekunan dalam meluaskan pemikiran merupakan langkah kongkret yang patut untuk ditularkan.

Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam[]

Zainal Abidin
Zainal Abidin
Mahasiswa Magister Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal-Universitas PTIQ, Jakarta. Juga Aktif di kajian Islam Nusantara Center dan Forum Lingkar Pena. Minat pada kajian manuskrip mushaf al-Quran.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...