Salah satu istilah non-Muslim yang terdapat dalam al-Quran adalah Ahli Kitab. Istilah ini merujuk pada umat Yahudi dan Nasrani sebagai sesama rumpun agama Ibrahim (Abrahamic religion) sebagaimana Islam. Sedikitnya ada 25 kali pengulangan kata Ahli Kitab dalam al-Quran sebagaimana diulas dalam Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Quran karya Fuad Abd al-Baqi.
Dari 25 ayat tersebut, banyak ayat yang bernada negatif mengenai Ahli Kitab. Misalnya saja dikatakan oleh al-Quran bahwa Ahli Kitab senantiasa menginginkan agar Nabi Muhammad dan para sahabat keluar dari ajaran Islam, menghentikan dakwah dan menjadi bagian dari golongan mereka. Salah satu ayat yang berbicara tentang hal tersebut terdapat dalam Q.S al-Baqarah [2]: 109:
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapangdadalah, sampai Allah swt memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah swt Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Baca Juga: Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 120: Benarkah Yahudi dan Nasrani Tidak Rela Terhadap Islam?
Selain Q.S al-Baqarah [2]: 109 di atas, masih banyak lagi ayat-ayat al-Quran terkait dengan buruknya perilaku Ahli Kitab. Seperti halnya mereka tidak senang terhadap kebaikan yang ada pada Nabi Muhammad (Q.S al-Baqarah [2]: 105), klaim atas Nabi Ibrahim as yang termasuk golongan mereka (Ali Imran [3]: 65) dan mereka ingin menyesatkan umat Islam (Ali Imran [3]: 69).
Melihat ayat-ayat tersebut jelas bahwa Ahli Kitab memiliki iktikad yang tidak baik terhadap Islam. Jika al-Quran yang berbicara seperti itu, maka umat Islam wajib meyakini akan kebenaran al-Quran. Wacana seperti inilah yang sering digaungkan oleh sebagian saudara kita untuk menguatkan eksklusifisme umat Islam.
Lalu bagaimana dengan kondisi umat Islam dewasa ini? Seperti di Indonesia dengan masyarakat yang plural dan majemuk, terlebih dengan Muslim yang berada di Eropa dan Amerika yang menjadi kelompok minoritas. Apakah umat Islam diperintahkan untuk bersikap curiga terhadap Yahudi dan Kristen dan menjaga jarak interaksi kepada mereka?
Bukankah sudah banyak upaya dialog antar umat beragama yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia lewat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan forum-forum sejenis? Upaya dialog juga dilakukan oleh organisasi tingkat internasional seperti United Nation Alliance of Civilizations and International Dialogue Center (UNAOC) besutan PBB. Apakah dengan adanya forum dan dialog semacam ini umat Islam tetap wajib mengikuti bunyi ayat al-Quran dengan meyakini bahwa Kristen dan Yahudi tetap menghendaki semua umat Muslim murtad dan menjadi golongan mereka?
Jika benar demikian, sungguh naif sekali. Sia-sia belaka dialog-dialog yang banyak diselenggarakan itu, tetapi tetap hati umat Islam wajib menyimpan rasa benci dan curiga terhadap Ahli Kitab itu.
Ternyata ayat al-Quran tentang Ahli Kitab tidak berhenti pada ayat-ayat yang bernada negatif saja. Jika kita meneruskan membaca al-Quran dengan sungguh-sungguh, maka akan didapati banyak pula ayat al-Quran yang berbicara positif terhadap Ahli Kitab.
Contohnya adalah terdapat dalam Q.S Ali Imran [3]: 113-114
لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ () يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِين
“Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang juur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud. Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf dn mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang shalih.”
Dalam ayat lain disebutkan bahwa Ahli Kitab termasuk golongan yang mendapatkan pahala di sisi Allah swt, yakni tercantum dalam Q.S Ali Imran [3]: 199:
وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ لَا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَاب
“Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah swt, dan kepada apa yang diturunkan kepadamu, dan yang diturunkan kepada mereka, karena mereka berendah hati kepada Allh dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
Melihat dua ayat ini yang berbeda dengan ayat-ayat yang lain, lantas dapatkah diartikan sebagai inkonsistensi al-Quran dalam menyikapi Ahli Kitab? Tentu saja tidak.
Baca Juga: Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 114: Ancaman Bagi Mereka yang Merusak Rumah Ibadah
Secara sederhana ayat-ayat dalam al-Quran memang melihat Ahli Kitab tidak hanya dalam sisi yang homogen. Begitu pun pada kenyataannya, kita tidak bisa menggeneralisir semua Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) mempunyai niat buruk terhadap umat Islam. Tetapi memang tidak bisa dipungkiri pula bahwa sebagian dari mereka memang ada yang bersikap negatif terhadap umat Islam seperti menuduh biang teroris dan lain sebagainya.
Oleh karenanya, yang terpenting adalah proses dialog antara agama sebagaimana telah diupayakan berbagai pihak. Melalui dialog, akan ditemukan titik persamaan antar agama yakni sama-sama bertujuan untuk menyebar perdamaian di muka bumi.
Terlebih dalam konteks global seperti sekarang ini, pertemuan berbagai agama tidak bisa dielakkan lagi. Jika umat Islam masih bersikap curiga terhadap umat agama lain dan tidak terbuka, maka Islam akan semakin tertinggal. Di era keterbukaan ini, sudah sepatutnya umat Islam juga membuka diri terhadap identitas agama lain. Lalu berlomba-lomba bekerja sama membangun peradaban yang lebih baik lagi. Wallahu A’lam.