BerandaUlumul QuranBenarkah Bahasa Semit Sebagai Akar Sejarah Bahasa Arab yang Digunakan Al-Qur'an ?

Benarkah Bahasa Semit Sebagai Akar Sejarah Bahasa Arab yang Digunakan Al-Qur’an ?

Seorang sastrawan Mesir, Amin al-Khuli dalam sebuah pengantarnya pernah menyatakan bahwa Al-Quran merupakan kitab al-Arabiyyah al-Akbar (kitab berbahasa Arab paling fenomenal) (lihat, Aisyah bint Abdurrahman, al-Tafsir al-Bayani li al-Quran al-Karim). Paling tidak, pernyataan Amin al-Khuli ini terdukung oleh beberapa temuan terkait keilmuan bahasa Arab, seperti : kitab I’rab Al-Quran, Ma’ani Al-Quran dan lain-lain. Namun, dalam kajian kontemporer, pada al- Mustasyriqun wa al-Quran al-Karim, karya Muhammad Amin menyatakan bahwa temuan Amin al-Khuli dan beberapa ayat Al-Quran yang secara gamblang menyatakan bahwa Al-Quran merupakan kitab suci yang berbahasa Arab, mulai ditemukan antitesisa dari beberapa sarjana Barat yang belajar tentang bahasa Arab. Yaitu terkait bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an, ditemukan akar sejarah bahasa Arab yaitu bahasa Semit.

Pakar sejarah dari Jerman yang bernama August Ludwig von Schlozer. Sebagaimana dikutip oleh Abdul Jalil Abdurrahim, bahwa Schlozer mengatakan bahwa bahasa Semit merupakan bahasa induk dari berbagai bahasa, seperti : Akkadia, Kan’aniyyah, Aramiyyah, Arabiyyah dan beberapa bahasa manusia yang tinggal di bagian Barat Asia dan sebagian yang lain berada di Afrika (lihat, Abdul Jalil Abdul Rahim, Lughah al-Quran al-Karim, 1981).

Selain apa yang ditemukan oleh Schlozer, Jurji Zaydan, seorang sastrawan asal Lebanon juga menyampaikan hal yang senada dengan penemuan tersebut. Dalam kitabnya yang berjudul  Tarikh al-Lughah al-Arabiyyah, Zaydan mengatakan bahwa konon, bahasa Arab, Ibrani dan Suryani merupakan satu bahasa. Akan tetapi, semenjak terpecahnya kesukuan bangsa Semit, bahasa tersebut   pun menjadi beraneka ragam. Sehingga, hari ini dapat kita kenali bahasa Arab, Ibrani dan Suryani (lihat, Jurji Zaydan, Tarikh al-Lughah al-Arabiyyah, 1904). Dua argumen diatas semakin menguatkan temuan yang menyatakan bahwa asal (induk) dari bahasa Arab adalah bahasa Samiyyah (Semit).

Baca juga: Tafsir Surah Hud ayat 118-119: Rahmat Allah itu Berupa Kemampuan Bersikap Toleran

Sejarah Bangsa Semit dan Kaitannya dengan Bahasa Arab

Dalam Pandangan Schlozer, Samiyyah (Semit), sebagaimana diketahui merupakan sebuah istilah yang dinisbatkan kepada Sam ibn Nuh yang merupakan saudara dari Ham dan Yafits. Artinya, semua anak cucu Nuh dan generasi seterusnya yang itu merupakan keturunan Nuh melalui jalur Sam, maka bahasa mereka akan mengikut kepada bahasa Semit. Ternyata, pendapat ini dikritik Abdul Jalil, dan dinilai sebagai pandangan yang tanpa berdasar pada teori ilmiah dan berorientasi kepada kepentingan politik. Alasannya adalah, karena ada anak cucu (keturunan) Sam ibn Nuh yang bernama Aylam dan Laid ini tidak menggunakan bahasa Semit (lihat, Abdul Jalil Abdul Rahim, Lughah al-Quran al-Karim, 1981).

Terkait tentang asal-usul bangsa Semit pun masih diperdebatkan oleh para ahli. Ada yang berpendapat bahwa asal-usul bangsa Semit adalah jazirah Arab. Bukti penguat dari pendapat ini adalah, bahwa keturunan Sam ibn Nuh tersebar luas di daerah jazirah Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa bangsa Semit berasal dari Afrika. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan yang menyatakan bahwa bahasa Semit (Samiyyah) mempunyai kemiripan dengan bahasa Hamiyyah yang terletak di kawasan Afrika (lihat, Jawwad Ali, Sejarah Arab Sebelum Islam, 2018).

Sedangkan, para peneliti bahasa Arab, menawarkan sebuah temuan yang menyimpulkan bahwa bahasa Arab mempunyai kemiripan dengan bahasa-bahasa daerah sekitarnya, seperti Aram, Kan’an, Ibrani dan lain-lain. Persisnya, pada tahun 1869 para peneliti tersebut membagi bahasa Semit ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah bagian Semit Utara yang meliputi, Ibrani, Aram, Assyria dan lain-lain. Sedangkan, untuk bahasa Semit bagian Selatan meliputi, Arab dan Abbysinia (lihat, Jawwad Ali, Sejarah Arab Sebelum Islam, 2018).

Baca juga: Tafsir Ahkam: Orang Sakit Diperbolehkan Tayamum Meski Menemukan Air

Al-Quran Kitab Suci Berbahasa Arab  

Dalam kajian keilmuan Ushul Fiqh, ada sebuah terminologi menarik ketika membahas tentang definisi Ushul. Para ahli ilmu Ushul Fiqh ini, seperti Syaikh Abdul Hamid Hakim dalam kitabnya yang berjudul al-Sullam menyatakan bahwa lafadz ushul merupakan bentuk jamak (plural) dari kata ashl yang bermakna asas (induk, asal, ujung) (lihat, Abdul Hamid Hakim, al-Sullam, t.t.). Melalui pendekatan ini, kiranya judul yang di ajukan oleh penulis diatas bisa dianalisa dengan lebih lanjut.

Sebagaimana disebutkan diatas, kata asal merupakan serapan dari bahasa Arab ashl mempunyai makna induk. Jadi, dari premis ini boleh disimpulkan bahwa asal (induk) dari bahasa Arab (yang menjadi bahasa Al-Quran) adalah bahasa Semit (non-Arab). Namun perlu diingat, sebab Al-Quran juga banyak menyatakan bahwa dirinya adalah kitab suci dengan menggunakan bahasa Arab sebagai medianya, seperti yang terdapat pada QS. Fusshilat : 3 yang berbunyi :

كِتٰبٌ فُصِّلَتْ اٰيٰتُهٗ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لِّقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَۙ

Artinya :

Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan sebagai bacaan dalam bahasa Arab untuk kaum yang mengetahui.

Ayat ini, menurut para mufassir, seperti Fakhruddin al-Razi (w.606 H), al-Baghawi (w. 516 H) dan al-Sam’ani (w. 489 H) merupakan ayat yang sudah jelas menyatakan bahwa Al-Quran merupakan kitab suci dengan menggunakan bahasa Arab sebagai medianya.

Baca juga: Dalil dan Keutamaan Berwudhu’ dalam Al-Qur’an dan Hadis

Dalam tafsirnya, Mafatih al-Ghayb ia menyatakan bahwa kitab ini (Al-Quran) merupakan kitab yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab. Kemudian pada tafsir Ma’alim al-Tanzil, al-Baghawi menyatakan bahwa Al-Quran diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab. Andaikan Al-Quran tidak diturunkan dengan bahasa Arab. Maka, mereka (masyarakat Makkah dan Madinah) tidak akan memahaminya. Pernyataan tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh al-Sam’ani. Dalam tafsirnya, yang berjudul Tafsir Al-Quran ia menyatakan bahwa Al-Quran merupakan kitab suci yang diturunkan dengan bahasa Arab (bi Lisan al-Arab).

Baik al-Razi, al-Baghawi, maupun al-Sam’ani. Mereka menyatakan hal yang sama, yakni menyampaikan bahwasanya Al-Quran merupakan kitab suci yang menggunakan bahasa Arab sebagai media dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Beberapa argumentasi diatas, sekaligus juga menjadi ta’kid (penguat) bahwasannya, Al-Quran tidak diturunkan dengan menggunakan bahasa Semit (Samiyyah), melainkan diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab. Wallahu a’lam[]

Rahmat Yusuf Aditama
Rahmat Yusuf Aditama
Santri Ponpes “Merah Putih” dan UIN Sunan Kalijaga Minat kajian : Sejarah Peradaban Islam, Tafsir, Tasawuf, Filsafat
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...