BerandaTafsir TematikBerikut Empat Macam Pujian Allah Untuk Rasulullah dalam Al-Qur’an

Berikut Empat Macam Pujian Allah Untuk Rasulullah dalam Al-Qur’an

Rabiul Awal adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad. Momen ini selalu dimeriahkan dengan perayaan maulid yang penuh suka cita. Seluruh umat di dunia memaksimalkan bulan ini untuk mengingat, mengenang dan meneladani nilai-nilai agung dalam diri Rasulullah. Untuk itu, satu dari cara kita mengenal kembali keagungan Rasulullah adalah dengan merujuk pada Al-Qur’an. Mengingat, Al-Qur’an adalah firman Allah, maka menarik untuk melihat bagaimana Allah memberikan pujian-Nya untuk Rasulullah dalam Al-Qur’an.

Melalui pujian, kita akan mengenal kemuliaan. Adapun melalui kemuliaan kita akan belajar meneladani dan mengamalkan dalam hidup. Yang menarik, pujian kepada Nabi bukan berasal dari manusia atau para makhluk-Nya. Melainkan, pujian itu bersumber dari kalam Allah di dalam Al-Qur’an. Berikut akan diulas bagaimana keistimewaan pujian Allah kepada Nabi Muhammad di dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Baca juga: Tafsir Surah an-Nisa’ Ayat 43: Menguak Makna Lamastum dalam Ulama Mazhab

Pujian Allah Untuk Nabi dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai kitab yang mulia menghimpun beberapa pujian Allah untuk Nabi Muhammad. Tentu, hal ini merupakan keistimewaan khusus bagi Rasulullah. Pasalnya, selain pujian itu berasal dari Allah, pujian itu hanya dialamatkan kepada Rasulullah, tidak selainnya.

Ada beberapa aspek yang Allah puji dalam diri Rasulullah, bahkan ada yang didahului dengan sumpah. Ada pula yang menggunakan huruf taukid yang menunjukkan penekanan yang besar. Berikut ayat-ayat tersebut:

Allah Memuji Akal dan Lisan Nabi

Allah memuji akal, keistiqamahan dan lisan Rasulullah. Yaitu dalam rangkaian surat An-Najm ayat 1-4:

وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَىٰ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ

Artinya: “Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

Quraish Shihab dan Ibn Kathir memiliki penjelasan yang sejalan terkait ayat ini. Bahwa, sumpah yang terdapat pada permulaan surah ini menunjukkan kejujuran Rasulullah saw. mengenai kabar wahyu yang ia ucapkan dan ia sampaikan. Ia tidak sesat maupun salah dalam menyampaikan wahyu itu. Artinya, kejujuran lisan Rasulullah dipuji Allah, bahkan didahului dengan sumpah atas bintang. (Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Ibn Kathir)

Baca juga: Tafsir Surah Al-Taubah Ayat 122 : Perintah Memperdalam Ilmu Agama

Allah Memuji Dada dan Sebutan Nabi

Selain itu, Allah juga memuji dada Nabi dengan melapangkannya dan menjunjung tinggi sebutannya. Ini termuat dalam surat al-Insyirah ayat 1 dan ayat 4:

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

 وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ

Artinya: “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.”

Dalam tafsir fi Dhilalil Qur’an, Sayyid Quthb menerangkan bahwa ayat ini merupakan pujian dan karunia untuk Nabi. Bahwa bukankah Kami telah lapangkan dadamu untuk berdakwah? Lalu kami menjadikannya penenang untuk hatimu? Lalu kami terangi bagimu jalan hingga kau melihat akhir yang bahagia?

Selain itu, Ia juga menerangkan bahwa Allah menjunjung tinggi sebutan Nabi Muhammad. Mengangkatnya di bumi dan memuliakannya di seluruh alam semesta ini. Serta menyandingkannya dengan nama Allah dalam kalimat Tauhid: “Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Utusan Allah.” Serta, Allah memerintahkan untuk bersalawat dan menyebut namanya kepada orang beriman. Bahkan, Allah dan para malaikat pun senantiasa bersalawat kepada Rasulullah. (Tafsir Fi Dhilalil Qur’an)

Baca juga: Siapakah yang Disebut Ahl al-Kitab dalam Al-Quran itu?

Allah Memuji Kelembutan dan Akhlak Nabi

Terdapat dua ayat utama dalam hal pujian atas kelembutan dan akhlak Nabi. Pertama, surat at-Taubah ayat 128 dan yang kedua, surat Al-Qalam ayat 4. Berikut ayat dan penjelasannya.

قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Membaca ayat ini dengan seksama dan penuh penghayatan akan menyentuh hati terdalam. Karena, ayat ini begitu mengambarkan sosok Nabi Muhammad yang penuh cinta dan kasih, bahkan berat hati terhadap para umatnya yang tidak beriman.

Yang menarik, dalam Tafsir Al-Amthal, Makarim Syirazi menerangkan bahwa dalam ayat ini Nabi disifati dengan sifat ar-Ra’uf dan Ar-Rahīm. Yang mana, kedua sifat ini merupakan sifat yang dimiliki oleh Allah dalam asmā’ul husna-Nya. Artinya, sebegitu mulia dan agungnya Nabi, Allah seakan ingin mengabarkan bahwa Nabi Muhammad adalah manusia termulia yang di dalam diri-Nya termanifestasi nilai dan sifat Allah secara sempurna. (Tafsir Al-Amthal)

Adapun perihal akhlak, berikut ayatnya:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Ayat keempat dari surat Al-Qalam ini menjadi ayat paling indah dalam memuji akhlak Nabi Muhammad. Betapa tidak, akhlak Nabi dipuji dengan menggunakan penekanan yang banyak, serta disifati dengan sifat yang agung (Adzhīm).

Dalam Tafsir Al-Misbah dijelaskan, bahwa keluhuran budi pekerti Nabi bukan hanya dari adanya penekanan innaka, akan tetapi ada huruf lam taukid, serta penyifatan khuluq dengan sifat Adzhīm. Karena, boleh jadi yang kecil menyifati sesuatu dengan agung tidak agung di mata orang dewasa. Namun, yang menyifati dengan agung di sini adalah Allah yang maha Agung, tentu tidak bisa lagi dibayangkan bagaimana keagungan akhlak Nabi Muhammad. (Tafsir Al-Misbah)

Semoga, melalui penelusuran beragam ayat ini dapat menambah kecintaan kita kepada Rasulullah, khususnya di bulan kelahirannya ini. Tentu, momen ini adalah momen yang tepat untuk terus meneladani dan merayakan kelahiran manusia yang penuh cinta dan berakhlak mulia. Terakhir, kita semua berharap, bulan ini membawa keberkahan dan mengubah akhlak kita menjadi sejalan dengan Akhlak Nabi Muhammad.

Wallahu’alam bisahab.

Ahmed Zaranggi Ar Ridho
Ahmed Zaranggi Ar Ridho
Mahasiswa pascasarjana IAT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bisa disapa di @azzaranggi atau twitter @ar_zaranggi
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

0
Diksi warna pada frasa tinta warna tidak dimaksudkan untuk mencakup warna hitam. Hal tersebut karena kelaziman dari tinta yang digunakan untuk menulis-bahkan tidak hanya...