BerandaTafsir TematikInilah Alasan Dianjurkan Bertaawudz Sebelum Membaca Basmalah

Inilah Alasan Dianjurkan Bertaawudz Sebelum Membaca Basmalah

Doa adalah senjatanya orang mukmin. Orang mukmin diperintahkan untuk berdoa dalam kondisi apapun dengan berharap agar doanya terwujud. Artikel ini akan mengungkap alasan dianjurkan bertaawudz sebelum membaca basmalah.

Ta’awwudz adalah akronim dari a’udzu Billah Min as-Syaithan al-Rajim sebagai doa yang dianjurkan sebelum membaca Basmalah. Keduanya menjadi doa yang selalu dilantunkan dalam memulai segala hal salah satunya membaca al-Quran. Hal ini terungkap dalam surat an-Nahl (16):98) yang berbunyi:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Apabila kamu membaca Al Quran hendalah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk (QS. An-Nahl ayat 98)

Lantas, bagaimana asal-usul dari kalimat Ta’awwudz? Apa urgensinya terhadap orang mukmin? Mengapa bertaawudz sebelum membaca basmalah? Simak penjelasannya.

Kata  تعوذ (Ta’awwudz) terambil dari kata عاذ-يعوذ(‘adza-ya’udzu) yang dibentuk oleh ketiga huruf ‘ain, wauw, dan dzal yang mengandung makna dasar “perlindungan kepada sesuatu”. Makna ini pun berkembang sehingga diungkapkan dengan “segala sesuatu yang melekat atau menyertai sesuatu”. Jadi, disimpulkan bahwa makna ta’awwudz ialah berlindung agar terhindar dari sesuatu yang ditakuti  serta menuju kepada siapa yang diharapkan untuk melindungi.

Quraish Shihab dalam bukunya Kosakata Keagamaan mengungkapkan bahwa perlindungan yang dimaksud tidak terbatas pada bahaya mengancam saja. Ta’awwudz juga sebagai cara untuk menjaga perlindungan yang bersinambung sehingga selalu melekat dan menyertai yang memohon perlindungan.

(Baca Juga: Kepada Semua yang Ingin Mempelajari Al Quran )

Sejatinya, kalimat Ta’awwudz diucapkan dalam rangka berlindung kepada Allah Swt dari godaan setan. Itulah mengapa saat kita membaca al-Quran, kita diperintahkan untuk mengajukan permohonan kepada Allah agar terhindar dari godaan setan.

Surat al-Nahl(16):98 diatas telah jelas menjelaskan manfaat dari membaca Taawwudz ini. Quraish Shihab meneruskan bahwa Taawwudz ini berfungsi untuk menghilangkan rasa kecenderungan hati karena terpengaruh oleh setan, baik itu diri sendiri atau karena nafsunya. Biasanya, jika seseorang meluapkan amarah yang besar, disitulah setan sedang berusaha membisikkan hal-hal yang negatif ke telinga kita.

Hal Yang Dianjurkan Untuk  Ta’awwudz

Bertaawudz sebelum membaca basmalah atau hendak membaca al-Quran ternyata tidak harus. Para Ulama menganjurkan agar berta’awuz ketika menguap. Hal ini karena menguap berasal dari setan dan ia memiliki potensi untuk masuk ke tubuh kita saat menguap. Ini sesuai dengan hadis Nabi yang berbunyi:

التثائب من الشّيطان فإذا تثائب أحدكم فليردّه ما استطاع فإنّ أحدكم إذا قال ها ضحك الشّيطان

“Menguap itu dari setan. Maka jika seseorang dari kalian menguap hendaklah sedapat mungkin ditahannya karena bila seseorang dari kalian menguap dan mengeluarkan suara haa, setan akan tertawa.” (HR.Imam Bukhari dalam kitabnya al-Jami’ al-Shahih)

Quraish Shihab memaparkan bahwa jika memang para ulama menganjurkan , bukan berarti harus bertaawwuz saat itu juga. Ia hanya sekedar bertujuan untuk mengenyahkan kelesuan dan ajakan untuk tidur. Disamping itu, menguap dinilai sebagai sikap yang buruk.

Setan selalu terlibat dalam hal yang buruk sedikit atau banyaknya buruk itu. Maka, sebaiknya kita bertaawwuz karena ia adalah sesuatu yang baik. Tentunya, bertaawwuz hanya untuk Allah semata bukan selainNya. Tiada orang yang bisa memberi perlindungan tanpa izin Allah.

Lantas, jika sudah bertaawwudz, apakah setan enggan mengganggu kita?

Setan atas izin Allah bisa mengganggu dan menggoda manusia, namun Allah Swt juga menganugerahi manusia untuk berpotensi menampik/melawan gangguan setan. Munculah disini peran untuk memohon perlindungan Allah Swt. Quraish Shihab memberikan contoh dengan seseorang yang memiliki anjing yang menggonggong dan mencenderai. Jika kita  mengusir atau memberi pangan anjing tersebut, belum tentu akan mengenyahkan anjing itu. Caranya ialah dengan meminta kepada si pemilik anjing untuk mencegah peliharaannya agar tak mengganggu. Wallohu A’lam.

Rifa Tsamrotus Saadah
Rifa Tsamrotus Saadah
Aktif kajian islamic studies, alumni Uin Syarif Hidayatullah Jakarta dan pernah mengenyam kajian seputar Hadis di Darussunah International Institute For Hadith Sciences.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...