BerandaTafsir Al QuranKepada Semua yang Ingin Mempelajari Al Quran....

Kepada Semua yang Ingin Mempelajari Al Quran….

Saya tidak ingin berkata bahwa apa yang saya sampaikan ini nasihat dari saya, kita mestinya saling nasihat menasihati, tetapi juga apa yang saya sampaikan ini adalah nasihat dari para pakar, orang tua kita dalam konteks Alquran.
Kepada semua yang ingin mempelajari Alquran…

Pertama, hormatilah Alquran. Menghormatinya karena dia kalamullah, dia firman-firman Allah. Ketika membacanya kita dituntut untuk Nastanthiq al-Qur’an (minta Alquran yang berbicara). Ini berarti bahwa kita memohon agar Allah berbicara kepada kita. Seperti ungkapan ‘Kalau anda ingin berbicara dengan Allah, berdoalah. Siapa yang ingin Allah berbicara kepadanya, bacalah Alquran’. Jadi, hormati dia sebagai kalamullah.

Selanjutnya, hormati dia karena dia adalah Qur’an. Ada perbedaan pendapat ulama tentang asal kata Qur’an, pendapat yang populer mengatakan bahwa kata Qur’an adalah bentuk masdar dari kata قَرَأَ (membaca) yang diakhiri oleh alif dan nun, قُرْأنًا . Akhiran alif dan nun (dibaca –an) itu dalam bahasa Arab antara lain menunjukkan kesempurnaan. Demikian ini berarti Qur’an adalah bacaan yang sempurna. Sedemikian sempurnanya sehingga ia mudah dibaca, mudah dipahami bagi orang yang akan paham, mudah dipahami dan dapat dijangkau oleh semua orang, baik cerdik maupun biasa-biasa saja, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Qamar وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ (Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?)

Dia adalah bacaan sempurna, karena itu dia dibaca oleh anak kecil dan orang tua, orang yang mengerti artinya maupun tidak mengerti artinya. Bahkan mereka yang membaca tanpa mengerti artinya itu biasanya lebih baik bacaannya daripada yang mengerti artinya. Bacaan sempurna, karena bisa dihafal dengan begitu mudah, dari belakang ke depan, dari depan ke belakang, dan juga dihitung huruf-hurufnya.

Tidak ada bacaan yang sesempurna itu. Tidak ada satu bacaan yang diatur tata cara membacanya melalui satu ilmu khusus yaitu ilmu tajwid. Tidak ada satu bacaan yang ditafsirkan maknanya, dikemukakan kesan-kesan yang ditimbulkannya seperti al-Qur’an. Ini adalah bacaan sempurna, yang terpelihara, tidak hanya dalam bentuk tulisan, tetapi juga terpelihara dalam berbagai bentuk, termasuk hafalan dari para penghafal. Jadi, agungkan dia karena dia kalamullah dan karena dia Qur’an.

Karena dia kalamullah dan Qur’an, maka anggaplah dia turun kepada anda. Oleh karena itu, kalau ada kalimat pertanyaan maka jawablah, kalau ada kalimat yang mengandung permohonan, maka ikutlah bermohon, kalau memohon pada perlindungan, mohonlan perlindungan, hormatlah kepadanya, ada adab at-tilawah (adab membaca), dan sebagainya.

Kedua, Bersahabatlah dengan Alquran. Ketika membaca, ketika menafsirkan jangan menggerutu. Bersahabatlah, semakin bersahabat anda dengan Alquran, semakin banyak rahasianya yang akan disampaikan kepada anda, baik melalui pemikiran dan upaya anda maupun melalui pengilhaman Allah kepada anda. Seorang yang bersahabat dengan orang lain tidak akan segan menyampaikan rahasia-rahasianya. Dan kalau tidak bersahabat, ia tidak akan menyampaikan rahasianya. Jadi, kalau ingin memperoleh penafsiran yang baik dan benar, bersahabatlah!

Ketiga, Alquran adalah ma’dubatullah (hidangan Allah). Bermacam-macam hidangannya. Jangan bertengkar kalau ada seseorang yang mengambil kopi dan anda mengambil teh, selama itu terhidang. Hormati semua pendapat walaupun anda tidak sependapat dengan dia, selama dia mengambil dari hidangan ilahi.

Memang Alquran hammalatun lil wujuh, bisa melahirkan aneka pendapat yang kesemuanya bisa benar, karena itu jangan saling mempersalahkan walaupun anda berbeda penafsiran dengan orang lain selama penafsiran itu diambil dari teks-teks Alquran.

Oleh karena itu, hormati pendahulu. Boleh jadi anda berpikir bahwa pendapat mereka salah. Itu dari sisi tinjauan anda masa kini, tapi boleh jadi tinjauan masa lalu ketika para ulama itu hidup, pendapat atau penafsiran merekalah yang benar. Di sini ada uraian Abbas Mahmud Al Aqqad “memang seandainya mereka hidp di masa kita, boleh jadi mereka mengubah pendapatnya, karena ada perkembangan ilmu, adanya perbedaan budaya, tetapi kendati kita berbeda dengan mereka, mereka telah berjasa memberi tuntunan kepada masyarakatnya yang mengantar mereka melaksanakan tuntunan-tuntunan agama.” Jadi, hormatilah mereka.

Keempat, jangan menafsirkan Alquran dengan kira-kira, karena anda akan salah. Memang kita tidak bisa menafsirkan Alquran dan mengatakan bahwa penafsiran kita pasti benar. Ada yang pasti benar kalau argumentasi yang digunakan banyak yang mendukung. Seperti itu yang dikatakan Qat’iyy ad-dilalah (petunjuk kandungannya jelas), akan tetapi penafsiran pada umumnya masih dhanniy ad-dilalah (petunjuk tentang kandungannya masih belum jelas). Meskipun demikian, dhanniy di sini berbeda dengan kira-kira. Anda boleh menafsirkan Alquran, tetapi harus punya pijakan yang kuat walaupun belum sampai tingkat keyakinan. Tafsirkan Alquran berdasarkan dhan, bukan berdasarkan syak. Jangan malu berkata saya tidak tahu, karena orang yang lebih pandai dari saya dan anda, orang yang lebih pandai dari Imam Syafii dan Imam malik, lebih pandai dari At Tabari atau Ibnu Katsir tidak malu berkata saya tidak tahu. Sayyidina Umar RA. ketika membaca ayat وَفَاكِهَةً وَأَبًّا ia tidak tahu apa arti أَبًّا, maka ia berkata ‘sudah yang penting ini berbicara tentang anugerah Allah, saya tidak tahu, saya tidak akan menafsirkan.’

Kelima, kalau Alquran adalah ma’dubatullah, aneka makanan sudah tersedia di sana, maka jangan bawa makanan pribadi anda ke tengah hidangan Allah, akan tersinggung sang Tuan rumah. Maksudnya, jangan bawa ide anda untuk dibenarkan oleh Alquran, jangan paksakan ide anda dengan mengatas namakan Alquran, jangan mencari pembenaran dari Alquran terhadap ide-ide anda, tetapi carilah kebenaran itu melalui Alquran walau dengan mengorbankan pendapat anda, karena pendapat anda itu adalah pendapat yang belum didukung oleh firman-firman Allah.

(Pesan dan nasihat ini disampaikan oleh Prof. Quraish Shihab pada acara launching website tafsiralquran.id) Semoga kita istiqamah menjalankan pesan dan nasihat beliau. Amin

Prof. M. Quraish Shihab
Prof. M. Quraish Shihab
Pendiri Pusat Studi Qur'an, Maestro Tafsir Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...