Bismillāhirrahmānirrahīm.
Basmalah adalah kalimat populer yang sudah sangat dekat dengan kita sebagai Muslim. Setiap Muslim tentu menghapal dan sering melafalkannya. Namun, apakah ruh basmalah sudah melekat di dalam perilaku kita sehari-hari? Sebentar, memangnya apa sih ruh basmalah itu? Berikut uraiannya.
Ruh Basmalah
Nabi bersabda, “Setiap perbuatan yang tidak dimulai dengan ‘bismillāhirrahmānirrahīm’, maka ia terputus.” (HR, Abu Dawud No. 4840). Hadis ini mengisyaratkan, bahwa basmalah memiliki ruh keutamaan, sehingga dengannya segala perbuatan menjadi mulia dan tidak terputus dari rahmat Allah.
Baca Juga: Makna Ar-Rahman dan Ar-Rahim dalam Lafaz Basmalah
Dengan mencermati redaksi dan nama Allah di dalamnya, dengan mudah kita akan menangkap ruh dari basmalah. Pertama, redaksi basmalah diawali dengan huruf ba’ (dibaca bi) yang berarti dengan, mengandung satu kalimat yang tidak disebutkan, yaitu “memulai”.
Dengan demikian, bismillāh bermakna “Saya atau Kami memulai apa yang kami kerjakan dengan nama Allah.” Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab. “Tafsir al-Misbāh Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, (juz 1, hal 12)”.
Kemudian, yang kedua, mari kita cermati nama Allah dalam basmalah. Masyhur diketahui, Allah memiliki banyak sekali nama. Ada yang menyebutkan 99 dan dikenal dengan asmā’ al-husnā. Lalu, mengapa yang tampil hanya dua nama; ar-Rahmān dan ar-Rahīm saja, padahal Allah mempunyai segudang nama?
Boleh jadi, maknanya adalah Allah ingin dikenal hambanya dengan sebutan ar-Rahmān (Sang Pengasih) dan ar-Rahīm (Sang Penyayang) dibandingkan dengan nama-nama lainnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 110:
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-asmā’ al-husnā (nama-nama yang terbaik)”
Selain itu, kedua nama tersebut adalah yang paling dominan. Sehingga rahmat dan kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu, bahkan menjadi asas dari pengutusan Nabi Muhammad. Sebagaimana disebutkan dalam dua ayat berikut:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan Rahmat-Ku mencakup segala sesuatu.” (Q.S al-A’raf: 156.)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”. (Q:S al-Anbiya’ 107)
Rentetan penjelasan di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa ruh dari basmalah adalah cinta dan kasih. Selanjutnya, kita akan melihat apa makna dan implikasi dari cinta dan kasih dalam basmalah yang bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Cinta dan Kasih
Secara bahasa, ar-Rahmān dan ar-Rahīm berasal dari satu akar kata, yaitu rahmah. Akan tetapi, keduanya memiliki perbedaan. Dalam tafsirnya, Zamakhsyarī menjelaskan bahwa kata ar-Rahmān adalah bentuk mubālaghah yang mengandung arti memperbanyak. Sementara ar-Rahīm, berbentuk sifah musabbahah bilfi’il yang memberi arti tetap dan langgeng. Jadi, ar-Rahmān mencakup di dunia dan akhirat, sementara ar-Rahīm hanya di dunia. “Al-Kasyāf, (juz 1, hal 6)”.
Selain itu, Makārim Shirāzī juga menambahkan, bahwa ar-Rahmān menunjukan cinta Allah yang umum dan meluas; mencakup seluruh makhluk baik yang mukmin ataupun yang kafir. Adapun ar-Rahīm adalah cinta Allah yang khusus dan mendalam, hanya diperuntukkan bagi mereka yang beriman. “Al-amthal fī tafsīr kitābillah al-munzal, (juz 1, hal 30).
Dengan demikian, rasa cinta dan kasih adalah perpaduan yang indah dalam kalimat basmalah. Cinta mewakili kasih sayang yang meluas kepada siapapun, sementara Kasih mewakili kasih sayang yang mendalam.
Kesadaran Cinta Kasih
Sebelumnya dijelaskan, sebagaimana Allah senang disebut dengan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, maka terdapat pelajaran berharga dalam perintah untuk mengawali segala perbuatan dengan basmalah, yaitu pelajaran Cinta dan Kasih.
Dengan demikian, saat kita mengucap “Dengan menyebut nama Allah Sang Pengasih dan Penyayang”. Maka, selayaknya kesadaran cinta dan kasih juga merasuk ke dalam hati dan pikiran kita -bukan hanya manis di bibir-. Kemudian, kesadaran itu terpancar pada seluruh sikap dan perbuatan kita sehari-hari.
Baca Juga: Benarkah Basmalah Termasuk Ayat Al-Quran?
Hasilnya, kita akan berbuat atas dasar cinta dan kasih. Kemudian melahirkan sifat menghargai dan toleransi terhadap sesama manusia. Sebagai contoh: menghargai keyakinan orang lain yang berbeda dengan dirinya, memberi bantuan kepada seorang muslim atau non-muslim atau saling menghormati antar sesama manusia tanpa memandang suku, ras dan agama.
Inilah pelajaran penting yang bisa dipetik dari kalimat basmalah. Semoga, dengan menghayati kembali makna basmalah dapat menambah kesadaran cinta dan kasih dalam diri kita, kemudian pelan-pelan membimbing kita menjadi pribadi yang penuh cinta dan kasih terhadap seluruh ciptaan-Nya. Ilahi amin.
Wallahu ’alam bishowab.