BerandaBeritaFollow Up Pengembangan Website, CRIS bersama tafsiralquran.id Menggelar Webinar Tafsir Al-Quran di...

Follow Up Pengembangan Website, CRIS bersama tafsiralquran.id Menggelar Webinar Tafsir Al-Quran di Medsos

Minggu (20/9), tafsiralquran.id bersama CRIS Foundation menyelenggarakan Webinar dengan tema bedah buku Tafsir Al-Quran di Media Sosial. Acara ini merupakan follow up dari Sekolah Tafsir Al-Quran pada Jumat-Sabtu (11-12/9) sekaligus pengembangan website tafsiralquran.id, yang telah launching pada 29 Juli silam. Bedah buku ini juga bekerjasama dengan penerbit Bentang Pustaka.

Sebagaimana yang disampaikan Limmatus Sauda’, pimpinan redaksi tafsiralquran.id, acara ini mengundang Prof. Nadirsyah Hosen, dengan harapan bisa menjadi bagian dari kontribusi kecil tafsiralquran.id dalam menghidupkan tafsir Al-Quran di ruang digital.

Pada kesempatan ini, tokoh yang akrab disapa Gus Nadir menyampaikan kiat menghidupkan tafsir di media sosial. Berikut ini beberapa poinnya.

Bagaimana menghidupkan tafsir di Medsos?

Cepat merespons isu aktual

Dinamis menjadi salah satu karakter media sosial. Untuk merespons apa yang sedang trending, kita butuh kecepatan.  Seringkali muncul istilah baru yang viral di medsos yang harus kita ikuti. Maka, yang harus diperhatikan ialah bagaimana kita memanfaatkan isu yang aktual.

“Kita gunakan istilah yang viral untuk menyampaikan pesan kita”, terang Gus Nadir.

Misalnya, merespons soal drakor (drama korea). Bagaimana agar kita tidak terburu-buru menyimpulkan sesuatu dari satu episodenya saja menjadi salah satu pesan yang dapat kita sampaikan di media sosial. Karena, sebagaimana drakor, kehidupan manusia juga berepisode. Sehingga, jangan mudah untuk menghakimi suatu peristiwa sebelum tahu duduk perkaranya.

Kesederhanaan pembahasan

Menurut Gus Nadir, yang menjadi masalah sebagian pegiat tafsir adalah panjangnya ia menyampaikan mukadimah (prolog). Hal ini membuat pembahasan jadi njlimet dan panjang. Bertolak belakang dengan karakter media sosial yang ringkas dan sederhana.

Masalah ini bisa diatasi dengan pemilihan judul dan penyusunan paragraf pertama yang menarik dan langsung menyentuh ide pokok pembahasan. Ini yang menentukan apakah pembaca tertarik meneruskan membaca atau tidak. Tentu, dilanjutkan dengan penyajian pembahasan dengan bahasa yang sederhana.

“Kalau membahas tafsir di medsos ga bisa rumit soal nahwu, i’rab mufradat kecuali memang ada hal yang perlu diluruskan soal gramatikal”, jelas Gus Nadir.

Beliau mengecualikan pembahasan yang memang butuh menyorot sisi gramatikal bahasa yang perlu diluruskan. Sebaliknya, sisi gramatikal bahasa tidak perlu dijelaskan panjang lebar, karena tidak semua orang bisa mengerti. Justru, pembahasan gramatikal yang panjang membuat tulisan terkesan njlimet dan ribet. Apalagi, pembaca media sosial tidak semua paham betul dengan bahasa Arab. Sehingga, jeli dalam memilah dan memilih konten yang akan disampaikan adalah bagian yang urgen.

Fokus pada pesan utama

Poin ketiga yang harus diperhatikan pegiat tafsir di medsos ialah Fokus pada pesan utama, bukan main kata-kata. Karena, menghidupkan tafsir sama saja menyalurkan pemahaman isi Al-Quran. Maka, adalah tidak seyogyanya, memaknai Al-Quran dengan semena-mena, hanya bermain dengan kata, atau malah mempolitisasi dan komodifikasi ayat demi kepentingan sepihak.

Meski penyampaian tafsir di medsos ringkas dan menggunakan bahasa yang sederhana, Gus Nadir juga menekankan pentingnya pesan utama dan diskursus yang mendalam. Hal ini karena pembaca tidak hanya kalangan awam, tapi juga orang yang paham dengan Al-Qur’an dan Tafsir. Di sisi lain, juga untuk membentengi dari serangan kubu lain dan menutup kemungkinan untuk disalahpahami.

Luruskan Niat dan menjaga adab

Selain memerhatikan kualitas konten, meluruskan niat dan menjaga adab juga penting. Gus Nadir mencontohkan dengan menjaga wudu, ikhlas, dan membiasakan tawasul dengan membaca Al-Fatihah kepada pengarang tafsir yang dikutip.

Semangat meluruskan yang keliru penting, tapi membentengi diri dengan meningkatkan spiritualitas juga jangan diabaikan. Karena, bila hati penulis tidak ikhlas, dan niat tidak tertata, konsentrasinya akan terganggu, sehingga bisa menjadi problem lain saat menulis. Niat harus murni untuk meluruskan hakikat dari firman Allah, yang belum dipahami secara utuh oleh masyarakat media sosial.

“Tugas kita hanya menyampaikan, tidak untuk menyerang”, tegas Gus Nadir.

Pembahasan komprehensif

Kendati sederhana dan ringkas, konten tafsir juga harus berisi kajian yang mendalam. Maka, perlu untuk merujuk pada kitab salaf dan modern. Sebagaimana Tafsir Al-Quran di Medsos, karya Gus Nadir, yang mengutip banyak kitab tafsir lintas zaman dan beragam sudut pandang. Hal ini juga bertujuan untuk menunjukkan keragaman perspektif para ahli tafsir, sehingga menyampaikan pesan bahwa rahmat Allah itu nyata lewat keragaman itu.


Baca Juga: Kepada Semua yang Ingin Mempelajari Al Quran….


Tafsiralquran.id merupakan platform digital berbentuk website keislaman yang berdiri atas dasar semangat membangun peradaban Islami berbasis tafsir Al-Quran. Website ini lahir dari kerjasama Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation dan el-Bukhari Institute dan resmi launching pada Rabu 29 Juli 2020. Melalui ikhtiar kecil ini, tafsiralquran.id berharap dapat mengisi kebutuhan masyarakat terhadap informasi tafsir dan kealquranan yang berimbang, mendalam, dan mudah dimengeti. Sampaikan walau satu ayat! Wallahu a’lam[]

Halya Millati
Halya Millati
Redaktur tafsiralquran.id, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya, pegiat literasi di CRIS Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...