Pemahaman Alquran berawal dari susunan kalimat yang ditampilkannya. Alquran berbahasa Arab, di dalamnya memuat rangkaian fungsi kalimat dengan ragam bentuk kalimat. Setiap fungsi kalimat akan mengisyaratkan makna apa yang ada di dalamnya. Ilmu nahu bisa menjadi instrumen analisis untuk menarik makna kalimat. Sementara untuk bentuk kata dapat diketahui melalui morfologi (ilmu sharaf). Kedua ilmu ini berkembang dan terus menjalin hubungan yang tidak bisa dipisahkan.
Pemahaman ayat menjadi sangat penting dengan bantuan gramatika. Seolah ada sebuah kesepakatan bahwa tidak mungkin seseorang dapat memahami atau menafsirkan maksud ayat kalau tidak menguasai gramatika bahasa Arab. Ilmu ini wajib dikuasai dengan seluruh seluk-beluk pembahasannya mengingat ayat Alquran memiliki gaya bahasa yang tinggi melebihi kesusastraan Arab. Gaya bahasa ini sekaligus menjadi ciri dari mukjizat dalam aspek bahasa.
Alquran turun berbahasa Arab. Struktur dan kaitan antara teksnya memiliki pola tertentu yang dapat dipahami melalui gramatika bahasa. Ilmu nahu yang membahas tentang i’rab menjadi sandingan penting dalam memahami makna melalui paparan redaksinya. Dengan demikian, makna dan kandungan ayat tidak dapat dipahami secara utuh apabila tidak disentuh oleh gramatika. Bahkan, para pakar bahasa, salah satunya adalah al-Imrithi berpendapat sebuah teks tidak dapat dipahami, apabila tidak dibedah oleh ilmu gramatika (Rudi A.S.: 2021).
Penafsiran Alquran, salah satunya didukung oleh kemampuan ilmu bahasa Arab. Seorang yang fokus pada kajian Alquran, bahkan mufasir hendaknya memiliki kecakapan dalam bahasa Arab dengan berbagai instrumen ilmu di dalamnya, seperti nahu (gramatika), sharaf (morfologis), dan ilmu lainnya. Dalam kaitan ini, para pakar ilmu Alquran mengembangkan salah satu komponen ilmu bahasa dalam penafsiran Alquran, yang disebut dengan i’rab Alquran. Ilmu ini penting diketahui, karena redaksi Alquran memiliki struktur, susunan, dan kaitan satu teks dengan teks lainnya. Paparan redaksi tersebut dapat diketahui secara meluas dan mendalam pada instrumen ilmu i’rab Alquran.
Baca juga: Ilmu Gramatika Alquran: Definisi dan Perkembangannya
Fungsi Gramatika Alquran
Gramatika dalam pemaparan teks Alquran memiliki beberapa fungsi utama. Penafsiran atau pemaknaan terhadap teks dibantu dengan analisis gramatika. Berikut ini beberapa fungsi gramatika Alquran.
Pertama, dengan gramatika, Alquran dapat dibaca dan dipahami seperti apa yang diturunkan. Alquran memiliki gaya bahasa dan struktur kebahasaan yang indah yang melampaui kemampuan orang yang hidup di zamannya. Alquran menampilkan dirinya sebagai mukjizat dari-Nya dalam bentuk kebahasaan. Orang Arab yang terkenal dengan kesusastraan yang tinggi, dikalahkan oleh bahasa Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Redaksi yang dipaparkan dari Allah Swt. bukan buatan manusia. Kaitan antara satu teks dengan teks lainnya memiliki keserasian, sehingga fungsi ini menguatkan asumsi bahwa analisis gramatika dapat menghindarkan diri dari kesalahan pengucapan (al-lahn wa al-khata’)
Kedua, Alquran memuat isyarat hukum atau syariat. Banyak bersebaran ayat pada kelompok ini di dalamnya. Penggalian hukum yang merujuk pada ayat Alquran tidak serta merta langsung pada tampilan teks. Upaya penggalian hukum memerlukan keahlian khusus dalam pemaparan analisis teks pada ayat yang dimaksud. Salah atau keliru dalam pemetaan fungsi kalimat atau cara membaca yang berbeda, akan menyebabkan temuan hukum yang berbeda.
Pemaknaan terhadap huruf waw dalam ayat tentang wudu yang dianggap sebagai li al-tartib (urutan pekerjaan) dapat berbeda maknanya dengan waw li mutlaq al-jam’ (kumpulan). Bagi mazhab yang memandang makna pertama, wudu harus berurutan dalam pengerjaannya. Berbeda dengan mazhab yang memandang makna kedua, pengerjaan wudu tidak mesti berurutan.
Baca juga: Balaghah Alquran: Keindahan Penggunaan Huruf Athaf Tsumma
Ketiga, gramatika Alquran menjadi instrumen dalam mengidentifikasi qira’at yang sahih, mengetahui problematika perbedaannya, menjelaskan alasan pembacaan, dan mengungkap makna. Dapat dimafhumi, Alquran memiliki ragam pembacaan. Meskipun, ada qira’at yang disepakati para ulama terkait dengan kesahihan dan jalur periwayatannya. Dikenal pula, ragam qira’at sab’ah dan ‘asyrah (bacaan tujuh dan sepuluh imam). Masing-masing bacaan memiliki struktur dan cara baca yang berbeda. Dalam hal ini, gramatika Alquran memberikan analisis yang sahih mengenai bacaan mana yang paling mendekati maknanya ketika ayat diturunkan.
Keempat, membantu pada identifikasi perhentian dan penyambungan ayat (al-waqf wa al-ibtida’). Dalam mushaf Alquran, sering ditemukan tanda waqf dengan beragam simbol. Al-Waqf wa al-ibtida’ merupakan salah satu cabang ilmu Alquran yang harus diketahui oleh pemerhati Alquran. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahuinya secara mendalam, kecuali orang yang mengetahui gramatika Alquran.
Bacaan berhenti, misalnya, ketika kalimat sudah sempurna (tamm), sebab di dalamnya terdapat fi’il dan fa’il; fi’il, fa’il, dan maf’ul, atau mubtada dengan khabar, atau mungkin ditambah dengan artikel al-jar wa al-majrur atau zharaf. Begitu pun, perhentian dan penyambungan bacaan dapat memperhatikan riwayat bacaan. Semua hal menyangkut ini, tidak dapat dianalisis secara jelas, kecuali oleh orang yang mengetahui gramatika Alquran.
Pentingnya kajian gramatika mendorong para ulama menempatkannya pada bagian atau bab khusus dalam ilmu Alquran. Kita dapat melihat dengan saksama pada al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an li al-Suyuthi, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an li al-Zarkasyi, dan Manahil al-‘Irfan li al-Zarqani, juga pada kitab lainnya. Bahkan, ada beberapa ulama yang menuliskannya dalam satu judul buku khusus seperti I’rab al-Qur’an karya al-Nuhas, juga I’rab al-Qur’an al-Karim karya al-Darwish.
Baca juga: Kontribusi Alquran terhadap Perkembangan Bahasa Arab