BerandaTafsir TematikGempa Bumi: Isyarat Alquran

Gempa Bumi: Isyarat Alquran

Cianjur berduka. Pray for Cianjur. Tanggal 21 November 2022, Cianjur luluh lantak. Gempa bumi menimpanya. Banyak korban bergelimpangan. Kerugian materiel yang luar biasa. Rumah yang hancur tak bisa ditempati. Semua orang yang terdampak mengungsi ke tempat aman. Bahkan sebagian besar mereka tinggal di tenda pengungsian. Kecemasan dan kekhawatiran meliputinya, apalagi disusul oleh gempa-gempa setelahnya. Kejadian ini sontak menjadi perhatian semua orang. Bantuan dan dukungan terhadap terdampak banyak bermunculan dan berdatangan demi kemanusiaan. Pemerintah dan masyarakat bahu-membahu dalam meringankan beban mereka. Situasi yang geologis mendorong sisi kemanusiaan yang empatik.

Gempa bumi menjadi sunatullah. Ia berada dalam genggaman hukum alam yang diciptakan-Nya. Alquran bukan kitab ilmu pengetahuan. Namun, Alquran banyak memuat isyarat tentang gempa bumi. Isyarat ini mendorong manusia untuk memahami, meneliti, dan mendalami fenomena geografis, fisika, kimia, juga keilmuan lainnya.

Baca juga: Penjelasan Alquran tentang Musibah dan Pandemi

Makna gempa bumi

Kata gempa bumi sering dihubungkan dengan kata al-zalzalah. Al-Asfahani (1989) menyebutkan kata ini diambil dari kata zalla yang berarti tergelincirnya kaki atau jatuhnya kaki tanpa sengaja. Makna kata ini terdapat pada Q.S. al-Baqarah ayat 36. Kata ini memunculkan al-zalzalah yang bermakna gelombang besar, goncangan besar, dan pergerakan yang besar. Dalam kamus al-Munjid, Ma’luf (2000) menyebutnya dengan goncangan, gerakan, goyangan, dan gelombang besar di dalam bumi (irtijaf al-ardh wa ihtizazuha wa idhthirabuha). Ma’luf melanjutkan, bahwa gempa merupakan goncangan bumi yang cepat dan besar yang menyebabkan pecahnya kerak bumi akibat pergeseran lempeng bumi. Makna ini diwakili oleh Q.S. al-Zalzalah ayat 1 dan Q.S. al-Hajj ayat 1.

Dalam Alquran dapat ditemukam kata al-zalzalah sebagai padanan untuk gempa bumi. Selain itu, Makmun dan Abha (2013) menemukan beragam jenis kata padanan lainnya, yaitu syaqq (terbelahnya bumi), dakk (terbenturnya bumi), qath’ (terbelahnya bumi), rajfah (gempa yang dahsyat), madd (meratakan bumi), badl al-ardh (pergantian kerak bumi), fasad al-ardh (kerusakan bumi), dan khasf (terbenamnya bumi).

Beberapa kata dan padanannya sepertinya bisa dirangkaikan. Gempa bumi adalah goncangan yang dahsyat (al-zalzalah; al-rajfah) yang berawal dari benturan kerak bumi (dakk), sehingga bumi menjadi terbelah (qath’; syaqq), terbenam (khasf), dan bumi menjadi rusak (fasad al-ardh). Padanan kata ini satu sama lain saling berkaitan untuk mewakili makna gempa bumi.

Isyarat gempa bumi dalam padanan kata Alquran memiliki irisan dengan pengertian para ahli. Ahli gempa bumi biasa disebut dengan seismolog, karena ia berkaitan dengan seismologi yaitu ilmu yang mempelajari mekanisme terjadinya gempa bumi yang disertai dengan gelombang seismik. Ilmu ini merupakan bagian dari ilmu geofisika. Ilmu ini memberikan makna penting dalam menjelaskan data struktur bagian dalam bumi.

Meskipun Alquran tidak membahas detail terkait mekanisme seismologis, ia telah menyimpan banyak isyarat penting bagi ilmu ini. Setelah perkembangan keilmuan, lahirnya seismologi menjadi ciri bahwa ilmu ini tidak lepas dari isyarat yang telah dimunculkan oleh Alquran, jauh-jauh sebelum ilmu ini muncul.

Baca juga: Ada Isyarat Mitigasi Bencana dalam Mimpi Sang Raja di Kisah Nabi Yusuf

Kategori ayat tentang gempa bumi

Mengadopsi hasil penelitian Makmun-Abha (2013), terdapat beberapa isyarat gempa dalam beberapa ayat Alquran. Isyarat ini diwakili oleh beberapa padanan kata yang muncul dengan menggunakan pendekatan tafsir tematik. Menurut keduanya, terdapat 11 padanan kata yang dapat ditemukan dalam Alquran untuk mewakili makna gempa bumi.

Pertama, kata al-zalzalah. Kata ini ditemukan dalam Q.S. al-Baqarah: 214, Q.S. al-Ahzab: 11, Q.S. al-Hajj: 1-2, dan Q.S. al-Zalzalah: 1-2. Dalam Q.S. al-Zalzalah: 1-2, misalnya, disebutkan apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, bumi mengeluarkan isi perutnya. Kedua, kata dakk, yang terdapat pada Q.S. al-Haqqah: 14 dan Q.S. al-Fajr: 21.

Ketiga, kata syaqq, yang terdapat pada Q.S. Qaff: 44, Q.S. Maryam: 90, dan Q.S. ‘Abasa: 26. Keempat, kata qath’ al-ardh, yang disebutkan pada Q.S. al-Ra’d: 31. Kelima, kata badl al-ardh disebut dalam Q.S. Ibrahim: 48. Keenam, kata rajfah dalam Q.S. al-A’raf: 78, Q.S. al-A’raf: 91 dan 155, Q.S. al-Muzammil: 14, Q.S. al-‘Ankabut: 37, dan Q.S. al-Nazi’at: 6. Ketujuh, kata rajj yang disebut dalam Q.S. al-Waqi’ah: 4. Kedelapan, kata madd dalam Q.S. al-Insyiqaq: 3-4. Kesembilan, kata khasafa yang disebut dalam Q.S. al-Nahl: 45, Q.S. al-Isra: 68, Q.S. al-Qashash: 81, Q.S. al-‘Ankabut: 40, Q.S. Saba: 9 dan Q.S. al-Mulk: 16. Kesepuluh, kata fasad berupa kerusakan fisik dalam Q.S. al-Rum: 4 dan Q.S. al-Baqarah: 25. Kesebelas, kata fasad untuk kerusakan non fisik dalam Q.S. al-A’raf: 56 dan 85.

Nampaknya, yang paling berdekatan maknanya dengan gempa bumi adalah kategori satu sampai sepuluh. Adapun kategori ayat kesebelas berkaitan dengan pencegahan terhadap berbuat kerusakan pada tatanan kehidupan. Dalam keterangan Tafsir Kemenag (2019), Q.S. al-A’raf: 56 membicarakan tentang:

Larangan terhadap manusia agar tidak membuat kerusakan di muka bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, seperti merusak pergaulan, jasmani dan rohani orang lain, kehidupan dan sumber-sumber penghidupan (pertanian, perdagangan, dan lain-lain), merusak lingkungan dan lain sebagainya. Bumi ini sudah diciptakan Allah dengan segala kelengkapannya, seperti gunung, lembah, sungai, lautan, daratan, hutan dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk keperluan manusia, agar dapat diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, manusia dilarang membuat kerusakan di muka bumi. Selain itu, Allah juga menurunkan agama dan mengutus para rasul untuk memberi petunjuk agar manusia dapat hidup dalam kebahagiaan, keamanan dan kedamaian. Sebagai penutup kenabian, Allah mengutus Rasulullah saw. yang membawa ajaran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Bila manusia mengikuti ajaran Islam dengan benar, maka seluruhnya akan menjadi baik, manusia menjadi baik, bangsa menjadi baik, dan negara menjadi baik pula. Sesudah Allah melarang manusia membuat kerusakan, maka di akhir ayat ini diungkap lagi tentang etika berdoa. Ketika berdoa untuk urusan duniawi atau ukhrawi, selain dengan sepenuh hati, khusuk dan suara yang lembut, hendaknya disertai pula dengan perasaan takut dan penuh harapan.

Gempa yang terjadi pada fase kehidupan di dunia ini sungguh luar biasa dahsyat. Apalagi jika hal ini adalah kiamat, akhir dari proses kehidupan di dunia. Gempa dengan skala magnitudo yang terjadi memiliki efek luar biasa untuk kehidupan fisik dan non fisik manusia. Ketika terjadi gempa, semua manusia kalang kabut. Mereka sedapat mungkin menyelamatkan diri bahkan anak pun lupa tak terbawa. Gempa menjadi isyarat akan kekuasaan Allah Swt. untuk menyadarkan lemahnya manusia dihadapan sunnatullah. Wallahu a’lam.

 Baca juga: Tafsir Ilmi Kemenag: Bumi yang Dinamis dan Relevansinya Bagi Kehidupan

- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Alasan Kiai Misbah Musthofa Tolak MTQ

Menghidupkan Islam dengan Irama: Potret Seni Tilawatil Qur’an di Indonesia

0
Seni Qiraat Alquran dan tilawatil Qur’an telah tersebar di berbagai penjuru dunia dan masih berkembang hingga saat ini. Adanya perkembangan seni Alquran menjadikan setiap...