Penjelasan Al Quran tentang Musibah dan Pandemi

thediplomat.com

Pada akhir tahun 2019 di kota Wuhan provinsi Hubei China muncul sebuah virus Corona baru. Virus ini menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia, dan menjadi sebuah pandemi yang dikenal dengan Covid-19. Pandemi ini telah membuat dunia kalang kabut, baik dari aspek medis, sosial, ekonomi maupun lainnya, yang tentu saja menyita perhatian semua pihak termasuk agamawan.

Sikap sebagian agamawan di negeri kita amat disayangkan dalam hal ini, karena alih-alih muhasabah (introspeksi), mereka malah menggulirkan isu yang membingungkan umat dengan mengatakan bahwa Covid-19 adalah tentara Allah, jelang kiamat sampai dengan azab untuk orang kafir dan ahli maksiat, seakan tidak punya empati terhadap mereka yang sedang tertimpa sakit.

Padahal jika mereka mau sedikit berfikir, mereka mestinya tahu, jika Corona adalah tentara Allah, maka konsekuensi maknanya adalah, dokter dan tenaga medis sedang memerangi Allah, padahal mereka adalah pelestari kehidupan (QS al-Maidah [5]: 32). Jika Covid-19 menunjukkan dekatnya kiamat, maka sesungguhnya tidak ada yang tahu kapan kepastian datangnya kiamat. Dan jika Covid-19 adalah azab untuk yang kafir dan maksiat, maka sejarah membuktikan orang-orang saleh pun banyak yang terenggut nyawa saat datang wabah.

Bagaimana Alquran menjelaskan ini semua? Pertama, Allah akan terus menciptakan sesuatu yang tidak kita ketahui, termasuk penyakit (Q.S al-Nahl [16]: 8). Kedua, Covid-19 bukanlah azab tetapi bala’ yang berarti ujian atau cobaan, karena menimpa ahli ta’at dan ahli maksiat, muslim dan non-muslim (Q.S al-Anfal [8]: 25). Berbeda dengan azab yang hanya menimpa mereka yang zalim (Q.S Hud [11]: 26-27 & 65).

Ketiga, ujian dalam hidup adalah sunnatullah dan merupakan sebuah keniscayaan. Allah SWT berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“(Allah) yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Allah Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun.” (Q.S al-Mulk [67]: 2).

Dalam firman-Nya yang lain:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

“Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (Q.S Muhammad [47: 31).

Keempat, ujian terberat dialami oleh para Nabi kemudian sahabat, kemudian derajat di bawahnya dan seterusnya. Ini banyak tercatat dalam Alquran, di antaranya sebagai pengingat:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Q.S al-Baqarah [2]: 214).

Bagi para nabi dan kekasih Allah, ujian adalah tangga menuju kenaikan derajat, kedekatan dengan Allah dan buah penghormatan kepada mereka. Tidak harus dalam bentuk yang menyakitkan, terkadang berupa anugerah, baik harta maupun keluarga atau lainnya.

Kelima, masing-masing manusia diuji sesuai dengan kemampuannya. Semua manusia mengalami musibah, dan Allah sudah memberi kekuatan untuk memikulnya. Tidak ada ujian yang di luar batas kemampuan. Semua ujian pasti mendatangkan kebaikan jika diterima dengan legawa dan sabar. Di sisi lain, bersedih tidak lah dilarang, Nabi bahkan menangis tatkala ditinggal pergi oleh putranya, Ibrahim. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sebuah ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah [2]: 155).

Keenam, tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya:

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS al-Taubah [9]: 51).

Ketujuh, dalam setiap hal kita diperintahkan untuk mengikuti anjuran mereka yang memiliki keahlian di bidangnya. Dan dalam hal Covid-19 saran dokter lah yang harus kita ikuti, tetap dengan keyakinan terhadap kuasa Allah, sebagaimana ungkapan Nabi Ibrahim:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” (QS al-Syu’ara [26: 80).

Demikian beberapa poin global penjelasan Alquran tentang musibah, yang simpulannya adalah bahwa pandemi datang dari Allah, bukan merupakan azab. Ia merupakan sebuah keniscayaan yang menimpa semua manusia, dengan ukuran kemampuannya masing-masing, termasuk para nabi. Semua terjadi atas kehendak-Nya, dan kita diminta untuk berikhtiar mengikuti mereka para tenaga medis yang ahli di bidang ini, sembari terus berdoa dan tetap meyakini kuasa-Nya, agar ‘badai’ Covid-19 ini cepat berlalu, insya Allah.