BerandaKhazanah Al-QuranHal Ihwal Pandangan Ulama Seputar Kata Amin

Hal Ihwal Pandangan Ulama Seputar Kata Amin

Kata amin merupakan salah satu bacaan sunah dalam salat. Ia dibaca ketika imam selesai membaca surah Al-Fatihah. Sebagai sesuatu yang sudah menjadi bagian dari keseharian, akan menarik jika kata tersebut dan hal-hal penting yang berkaitan dengannya diulas dan ditelaah secara lebih mendalam. Simak bahasannya sebagai berikut:

Asal-usul kata amin

Menurut Muhyi ad-Din ad-Darwisyi dalam I’rab al-Qur’an al-Karim wa Bayanuhu (1/20), jika ditilik dari sudut pandang kebahasaan, kata Amin merupakan isim yang bermakna istajib atau permohonan pengabulan do’a.

Merujuk kepada penuturan Syekh Mustafa al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi (1/36), ada dua macam pembacaan kata amin, yakni dibaca panjang (mad) dengan cara memanjangkan bunyi huruf a (Âmîn) dan dibaca pendek (qashar) dengan memendekkan bunyi huruf a (Amîn).

Adapun mengenai statusnya, Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi menyebut bahwa amin merupakan kata yang diajarkan Jibril kepada Nabi Muhammad saw. dan bukan bagian dari ayat Al-Qur’an (Tafsir asy-Sya’rawi, 1/90). Hal ini juga sudah menjadi kesepakatan mayoritas mufassir, bahwa kata amin bukan bagian dari ayat Al-Qur’an alias kalamullah, melainkan kalam Jibril.

Baca juga: 5 Hal yang Penting Diketahui tentang Bacaan Amin setelah Surah Al-Fatihah

Hukum membacanya

Pembahasan berikutnya adalah perdebatan mengenai hukum membacanya sebagaimana yang direkam oleh Syekh Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar (1/99).

Disebutkan ada salah satu pendapat yang menyatakan bahwa membaca amin dalam salat hukumnya bid’ah. Pendapat tersebut didasarkan pada hadis yang diriwayatkan dari Mu’awiyah Ibn al-Hakam as-Sulami:

اِنَّ هَذِهِ صَلاَتُنَا لاَ يُصْلِحُ فِيْهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ

Dalam salat ini tidak boleh ada perkataan manusia

Sementara itu, di lain sisi, setidaknya terdapat 17 hadis lainnya yang menjadi landasan jumhur ulama menghukumi sunah melafalkan amin setelah pembacaan surah Al-Fatihah. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

 كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَلَا { غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } قَالَ آمِينَ حَتَّى يَسْمَعَ مَنْ يَلِيهِ مِنْ الصَّفِّ الْأَوَّلِ

Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca “Ghairil maghdluubi ‘alaihim waladl dlaallin”, beliau mengucapkan; “Amin”, sehingga orang yang berada di belakang beliau di shaf pertama mendengar ucapan beliau.

Menanggapi kesan yang kontradiktif antar hadis di atas, Syekh Muhammad Rasyid Ridha menguraikan bahwa hadis yang diriwayatkan Mu’awiyah Ibn al-Hakam as-Sulami bersifat umum, sedangkan hadis melafalkan amin sesudah Al-Fatihah bersifat khusus. Maka dari itu, kasus pelafalan kata amin pasca pembacaan Al-Fatihah tidak berlaku dalam generalisasi hadis larangan melafalkan perkataan manusia ketika salat sebagaimana yang diriwayatkan oleh Mu’awiyah Ibn al-Hakam as-Sulami.

Tidak sekadar menghukumkan sunah sebagaimana yang diyakini oleh jumhur ulama, mazhab Zahiriah bahkan mewajibkan melafalkan kata amin di setiap salat, hanya saja dengan catatan bahwa kewajiban tersebut berlaku bagi makmum yang mendengar bacaan amin imam. Kewajiban tersebut juga tidak dibebankan bagi imam dan orang yang salat sendirian (munfarid) (Tafsir Al-Manar [1]: 99).

Baca juga: 13 Tempat dalam Al-Qur’an Disunnahkan Baca Doa atau Wirid Khusus (Part 1)

Apakah ia bahasa Arab dan bagian dari Al-Qur’an?

Tak hanya itu, hal lain yang juga menjadi bagian dari perdebatan adalah apakah kata amin merupakan bahasa Arab atau bukan (‘ajam)? Persoalan ini dikupas dengan baik oleh Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi. Menurutnya, persoalan kata amin tidak hanya terbatas pada apakah termasuk bahasa Arab atau tidak, akan tetapi melebar dan menimbulkan pertanyaan baru, bagaimana bisa kata Amin yang diyakini sebagai sebuah kata non-arab dimasukkan ke dalam Al-Qur’an yang berbahasa arab?

Perihal ini kemudian diluruskan oleh Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi dengan menyatakan bahwa kata amin memang bukan merupakan bahasa  Arab asli dalam Al-Qur’an, namun hal tersebut tidak mengubah status bahwa keseluruhan ayat Al-Qur’an berbahasa Arab.

Menurut Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi, yang dimaksud dengan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an adalah bahasa yang populer di lidah orang Arab dan mereka memahami makna dari bahasa tersebut sekalipun bukan berasal dari bahasa Arab asli. Ada sekian banyak kata-kata baru yang digunakan dalam keseharian orang Arab sebelum Al-Qur’an diturunkan, sehingga ketika Al-Qur’an diturunkan, kata-kata tersebut telah menjadi bahasa arab yang umum digunakan (Tafsir asy-Sya’rawi [1]: 90-91).

Demikian ulasan singkat tentang kata amin yang sering kita lafalkan setelah selesai membaca surah Al-Fatihah. Semoga bermanfaat.

Baca juga: Bahasa Al-Quran dan Perdebatan Ulama’ Tentang Kosa Kata Non Arab

Rijal Ali
Rijal Ali
Mahasiswa UIN Antasari, minat kajian Isu-isu keislaman kontemporer,
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah at-Taubah ayat 122_menuntut ilmu sebagai bentuk cinta tanah air

Surah at-Taubah Ayat 122: Menuntut Ilmu sebagai Bentuk Cinta Tanah Air

0
Surah at-Taubah ayat 122 mengandung informasi tentang pembagian tugas orang-orang yang beriman. Tidak semua dari mereka harus pergi berperang; ada pula sebagian dari mereka...