BerandaKisah Al QuranIbrah Kisah Nabi Daud: dari Taubat hingga Manajemen Ibadah

Ibrah Kisah Nabi Daud: dari Taubat hingga Manajemen Ibadah

Kisah Nabi Daud dalam Al-Quran termasuk yang banyak diceritakan. Namanya tersebut 16 kali yang tersebar dalam 9 surah. Dalam surah Shad tersebut 5 kali, kemudian dua kali dalam surah Al-Anbiya’, An-Naml, dan Saba’, serta satu kali dalam surah Al-Baqarah, An-Nisa’, Al-Maidah, dan Al-Isra’. Banyaknya nama Daud yang disebutkan dalam Al-Quran seakan memberi tahu kita bahwa kisah Nabi Daud sangat menarik untuk diambil ibrah. Dan beberapa ibrah yang bisa diambil adalah mengenai taubat Nabi Daud dan juga perihal manajemen ibadah beliau.

Nabi Daud adalah salah satu Nabi yang diutus untuk kaum Bani Israil. Beliau diberi kekuasaan berupa kerajaan oleh Allah. Sebelumnya, beliau adalah seorang pemuda pemberani yang diutus Allah untuk membantu Raja Thalut melawan Raja Jalut yang zalim. Dalam cerita-cerita Abrahamik, Nabi Daud adalah salah satu raja ideal setelah Nabi Sulaiman. Selain karena sosoknya yang bijak dan luasnya pengaruh kerajaan, Nabi Daud juga telah mengawali pembangunan Baitul Maqdis. Sebuah pusat ibadah dan sentral ikon pada masanya yang kemudian diselesaikan oleh putranya, Nabi Sulaiman.

Nabi Daud juga diberikan mukjizat mengerti bahasa binatang. Beliau juga mempunyai suara yang sangat merdu. Padanya Allah menurunkan kitab yang dinamai Zabur. Berkat mukjizat yang telah dianugerahkan Allah kepada Nabi Daud tersebut, Allah pun menyuruh gunung-gunung, burung-burung, dan makhluk seluruh alam untuk bertasbih bersama-sama Nabi Daud setiap sore dan petang. Hal ini tercantum dalam surah Saba’ ayat 10-11 dan surah Shad ayat 18-19.

Baca juga: Kisah Dzulqarnain dalam Al-Quran, Raja yang Saleh dan Bijaksana

Kesalahan Nabi Daud hingga ditegur Allah

Ketika menjadi seorang raja, Nabi Daud juga dipercaya rakyatnya untuk menjadi qadhi (hakim). Beliau memang seorang yang sangat adil nan bijaksana dalam mengambil keputusan. Setiap permasalahan dan sengketa yang dialami oleh rakyatnya diadukan kepada beliau untuk diputus secara adil. Allah memberinya kearifan seperti yang difirmankan-Nya dalam surah Shad ayat 20.

Pernah suatu hari terjadi sengketa antara dua orang pemilik kambing. Pemilik kambing pertama mengadukan kepada Nabi Daud perihal kambingnya yang hanya satu untuk diserahkan kepada pemilik kambing kedua yang padahal telah memiliki kambing 99 ekor. Pemilik kambing kedua rupanya berniat menggenapi kambingnya menjadi 100 ekor dengan memaksa saudaranya tersebut untuk menyerahkan kambingnya.

Nabi Daud pun memutuskan perkara tersebut dengan membenarkan ucapan pemilik kambing pertama. Namun, pemilik kambing kedua ternyata menimpal balik ucapan Nabi Daud. Ia mengatakan kepada Nabi Daud, bahwa seharusnya yang dihukum adalah Nabi Daud. Lantas beliau pun mengingat kesalahannya dan sangat menyesalinya.

Baca juga: Abu Aswad Ad-Du’ali dan Kisah Pemberian Tanda Baca dalam Mushaf Al-Quran

Dulu saat Nabi Daud memimpin, seluruh penduduk sejahtera dan makmur. Nabi Daud pun dikagumi rakyatnya, dan punya otoritas atas kewibawaannya. Suatu ketika Nabi Daud terpesona dengan seorang perempuan yang telah dipinang. Pemuda yang meminang tersebut ternyata adalah prajurit Nabi Daud yang sangat setia. Nabi Daud pun mengirim pemuda tersebut berperang. Dalam hatinya Nabi Daud menginginkan pemuda tersebut mati syahid agar ia bisa menikahi perempuan tersebut. Hingga akhirnya yang diinginkan Nabi Daud pun terjadi, pemuda tersebut meninggal, lalu Nabi Daud menikahi perempuan tersebut. Versi cerita ini terbebas dari riwayat Israiliyat seperti yang ditegaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir dan dikutip oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam Tafsir Marah al-Labid.

Akibat kesalahan yang telah diperbuat, Nabi Daud akhirnya bertaubat dengan beribadah dan bersujud sepanjang waktu. Ada yang meriwayatkan bahwa Nabi Daud tidak mengangkat kepalanya kecuali pada saat mendesak saja. Allah pun mengampuni kesalahannya dan menerima taubatnya. Kisah Nabi Daud ini diabadikan Allah dalam surah Shad ayat 21-26.

Mengambil ibrah tentang taubat Nabi Daud

Nabi Daud telah dianugerahi Allah berupa nikmat yang banyak, mukjizat, dan kekuasaan besar di antara makhluknya. Namun beliau pernah terjebak satu kesalahan yaitu pernah membuka hatinya untuk menerima rasa ingin menguasai secara lebih, meskipun hal itu adalah hak rakyatnya dari golongan kecil.

Dari kisah Nabi Daud tersebut bisa diambil hikmah untuk kita hari ini. Ia menjadi penanda bagi kita bahwa setiap manusia pasti tidak terlepas dari penyakit hati termasuk sifat tamak. Setan memanglah sangat licik. Ia bisa masuk di berbagai celah sekalipun sekecil lubang jarum. Seorang kekasih Allah seperti Nabi Daud pun juga tak luput dari kesalahan. Apalagi kita sebagai manusia biasa pasti sangat sering melakukan kesalahan dan dosa.

Baca juga: Kisah Nabi Idris: Pelopor Berbagai Ilmu dan Inovasi Umat Manusia

Namun, kesalahan dan kekhilafan adalah suatu keniscayaan bagi manusia. Dan Allah pun membuka pintu selebar-lebarnya bagi manusia untuk bertaubat. Allah menyukai seseorang yang bertaubat dan menerima seseorang yang bertaubat dengan tulus. Karena setelah ia bertaubat, ia akan menjadi manusia yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Mencontoh manajemen ibadah Nabi Daud

Pribadi Nabi Daud sangatlah mulia dan beliau sangat tekun beribadah (Al-Nubuwwah wa al-Anbiya’:357-358). Apalagi setelah beliau bertaubat, tidak kurang-kurang beliau beribadah kepada Allah (Tafsir fi Dhilal al-Quran 5:2897). Bahkan Rasulullah pernah bersabda “puasa yang lebih disukai Allah adalah puasanya Daud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah shalatnya Daud. Beliau tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur di seperenamnya. Puasa beliau adalah satu hari puasa, dan satu hari berbuka” (H.R. Bukhari Muslim).

Puasa Daud yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW adalah syar’u man qablana (syariat orang-orang saleh terdahulu). Menurut Rasululullah ini adalah sebaik-baik puasa yang dilakukan umatnya dan paling disukai Allah. Bagi umat Rasulullah SAW, menjalankan puasa sepanjang waktu memang tidak diperbolehkan karena umatnya tidak akan sanggup. Secara medis pun puasa sepanjang waktu setiap hari memang merusak kesehatan. Maka porsi yang seimbang bagi umat Rasulullah SAW jika ingin beribadah secara total adalah berpuasa Daud.

Manajemen ibadah Nabi Daud juga bisa kita teladani hari ini. Seperti yang disabdakan dan disunnahkan Rasulullah, Nabi Daud tidur di seperdua malam yang artinya tidur lebih awal. Kemudian bangun di sepertiga malam, untuk melakukan shalat tahajud. Setelah itu tidur di seperenam malam. Waktu tidur seperti ini adalah ideal bagi manusia. Pengelolaan jam tidur dan ibadah seperti ini dapat membuat tubuh tidak mudah jatuh sakit serta dapat mempertajam fikiran karena heningnya waktu tersebut.

Baca juga: Tafsir Ayat Poligami yang Tidak Pernah Usai dan Kisah Imam Abu Hanifah Membela Perempuan

Salah satu manajemen ibadah yang bisa dicontoh dari Nabi Daud adalah waktu berdzikir. Selama hidupnya beliau tidak pernah meninggalkan dzikir di waktu pagi dan petang. Rasulullah pun juga melakukan hal demikian. Karena waktu-waktu tersebut adalah waktu yang mustajab di mana seluruh alam juga bertasbih. Ibarat pagi adalah pembukaan dan petang adalah penutupnya. Wallahu a’lam[]

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...