BerandaTafsir TematikInilah Delapan Ciri-Ciri Mukmin Sejati Menurut Surah Al-Furqan

Inilah Delapan Ciri-Ciri Mukmin Sejati Menurut Surah Al-Furqan

Menjadi seorang muslim bukan hanya soal percaya atau beriman kepada Allah Swt dan rasul-Nya, tetapi juga melakukan semua perintah-Nya, baik yang bersifat ritual maupun sosial, serta menjauhi segala larangan-Nya. Dengan begitu, barulah seorang muslim bisa dianggap sebagai mukmin sejati. Nah, pada artikel ini akan dijelaskan ciri-ciri mukmin sejati menurut Al-Qur’an.

Ciri-ciri mukmin sejati tertuang pada surah Al-Furqan, tepatnya pada ayat 63 hingga ayat 74. Seluruh ayat ini berbicara mengenai sifat-sifat hamba ar-Rahman, yakni mukmin sejati. Hal ini disampaikan oleh Imam al-Biqa’i dalam kitabnya, Nuzum al-Durar Fi Tanasub al-Ayati Wa al-Suwar. Menurutnya, pada ayat 63 hingga 74 Allah swt menerangkan tentang sifat hamba yang taat kepada-Nya.

1. Lemah-lembu dan tidak angkuh

Ciri-ciri mukmin sejati yang pertama adalah memiliki sifat lemah lembut dan tidak angkuh. Allah berfirman, “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam.” (QS. Al-Furqan [25]: 63).

Baca Juga: 3 Dosa Besar Yang Wajib Dihindari Jika Ingin Menjadi Mukmin Sejati

Menurut Quraish Shihab, ayat ini selain menjelaskan sifat-sifat hamba yang taat, itu juga merupakan kritik terhadap orang-orang kafir yang memiliki sifat keras dan sombong. Mereka durhaka dan menyembah setan serta enggan sujud kepada Ar-Rahman dengan penuh kepongahan. Mereka inilah orang-orang yang berpaling muka ketika dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an.

2. Senang beribadah di malam hari

Ciri-ciri mukmin sejati yang kedua adalah senang beribadah di malam hari seperti shalat tahajud. Allah berfirman, “dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri.” (QS. Al-Furqan [25]: 64). Maksud dari ayat ini adalah gemar beribadah di malam hari.

Menurut al-Sa’adi dalam kitabnya, Taisir al-Karim al-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan, subjek pada surah al-Furqan [25] ayat 64 adalah orang yang memperbanyak shalat malam dengan penuh keikhlasan, yakni hanya mengharap rida Allah swt semata, dan ia menikmati ibadahnya tersebut sepenuh hati tanpa merasakan letih maupun lelah sedikit pun.

3. Senantiasa berlindung kepada Allah swt dari segala keburukan

Ciri-ciri mukmin sejati yang ketiga adalah senantiasa berlindung kepada Allah Swt dari segala macam keburukan, termasuk neraka Jahanam. Firman-Nya, “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami (Allah), jauhkanlah azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal.” (QS. Al-Furqan [25]: 65).

Syekh Nawawi al-Bantani menyebutkan dalam Marah Labid, surah al-Furqan [25] ayat 65 ini berkorelasi dengan ayat sebelumnya (64) di mana alasan orang-orang mukmin memperbanyak ibadah malam dan bersungguh-sungguh di dalamnya – salah satunya – karena mereka takut terhadap azab Allah Swt, yakni neraka jahanam yang siksaannya pedih lagi kekal.

4. Bersedekah secara proporsional

Ciri-ciri mukmin sejati selanjutnya adalah bersedekah secara proporsional, tidak kurang dan tidak pula berlebihan sesuai kemampuan mereka masing-masing. Allah Swt berfirman, “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.” (QS. Al-Furqan [25]: 67).

Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Al-Qur’an al-Azim menuturkan, maksud tidak berlebihan dan tidak pula kikir pada ayat ini adalah tidak mubazir ketika bersedekah. Mereka memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan sesuai hajatnya, tidak berlebihan dan tidak pula kurang dari itu. Singkatnya, mereka berlaku adil dalam bersedekah.

5. Tidak berlaku syirik, tidak membunuh, dan tidak berzina

Ciri-ciri mukmin sejati yang kelima adalah tidak berbuat syirik, tidak membunuh dan, tidak berzina. Firman Allah, “Dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat.” (QS. Al-Furqan [25]: 68).

Ali al-Shabuni menerangkan dalam Shafwat al-Tafasir, maksud dari tidak menyekutukan Allah Swt pada ayat ini adalah bertauhid, baik dari segi rububiyyah maupun uluhiyyah. Kemudian, tidak membunuh artinya tidak menghilangkan nyawa manusia yang telah Allah haramkan, baik sesama muslim maupun non-muslim yang ingin berdamai. Terakhir, tidak berzina maksudnya tidak melakukan perbuatan zina apa pun alasannya.

6. Tidak bersaksi atau bersumpah palsu dan tidak melakukan hal sia-sia

Ciri-ciri mukmin sejati adalah tidak bersaksi atau bersumpah palsu dan tidak melakukan hal yang sia-sia guna menjaga kehormatan. Firman Allah swt, “Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan [25]: 72).

Surah al-Furqan [25] ayat 72 menegaskan bahwa mukmin sejati tidak akan melakukan sumpah atau penyaksian palsu dan menghindari hal-hal yang sia-sia demi menjaga kehormatan. Laghw pada ayat ini bermakna sesuatu yang tidak memiliki faedah berdasarkan situasi dan kondisi. Sebagai contoh, menegur kekeliruan adalah hal yang baik, namun menegur khatib ketika berkhutbah adalah kekeliruan dan dinilai Rasulullah sebagai laghw (Tafsir al-Misbah [9]: 72).

7. Mengingat Allah Swt setiap kali mendengar ayat-ayat-Nya

Ciri-ciri mukmin sejati yang ketujuh adalah senantiasa mengingat Allah swt, terutama ketika ia mendengar ayat-ayat-Nya dibacakan oleh orang lain. Firman-Nya, “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidak bersikap sebagai orang-orang yang tuli dan buta.” (QS. Al-Furqan [25]: 73).

Kata zukkiru pada ayat ini merupakan fi’il madhi majhul (kalimat Pasif). Menurut sebagian ulama – sebagaimana dikutip Quraish Shihab – memberi isyarat bahwa bagi mukmin sejati kebenaran harus senantiasa diikuti dan diindahkan, terlepas dari siapa pun yang menyampaikannya. Mereka hanya melihat esensi dari sebuah peringatan, bukan pada penyampainya.

8. Senantiasa meminta kebaikan hanya kepada Allah Swt

Ciri-ciri mukmin sejati yang terakhir disebut dalam surah al-Furqan adalah senantiasa meminta kebaikan hanya kepada Allah Swt, bukan kepada selain-Nya. Firman Allah, “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan [25]: 74).

Baca Juga: Surah Al-Ashr Ayat 1-3: Empat Prinsip Hidup Bagi Orang-Orang Mukmin

Ayat ini membuktikan bahwa sifat hamba-hamba Allah yang terpuji itu tidak hanya terbatas pada upaya menghiasi diri dengan amal-amal terpuji, tetapi juga memberi perhatian kepada keluarga dan anak keturunan, bahkan masyarakat umum. Doa mereka itu tentu diberangi dengan usaha nyata, karena anak dan pasangan tidak dapat menjadi penyejuk mata tanpa contoh keberagamaan yang baik, budi pekerti yang luhur serta pengetahuan yang memadai.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa ciri-ciri mukmin sejati – setidaknya – mencakup tiga aspek keberagamaan, mulai dari keimanan yang murni, amal saleh, baik saleh ritual maupun sosial, hingga menjauhi larangan-larangan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Jika seorang mukmin kekurangan salah satu dari tiga aspek tersebut, keimanannya belum bisa dikatakan sempurna. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...