BerandaTafsir TematikInilah Makna Dibalik Penamaan Ayat Kursi, Simak Penjelasannya

Inilah Makna Dibalik Penamaan Ayat Kursi, Simak Penjelasannya

Membaca ayat kursi tentunya sudah tidak asing lagi bagi umat muslim karena ia sering dibaca saat shalat dan di beberapa dzikir tentunya. Kandungan ayatnya memiliki makna penegasan bahwa Allah swt. ialah satu-satunya Sang Penolong dan Sang Pemberi apapun di muka bumi. Ayat yang sering disebut-sebut sebagai ayat kursi ini cukup populer dan terdapat dalam QS. Al-Baqarah [2]: 255. Lantas, mengapa dinamakan sebagai ayat kursi? Apa makna dibalik istilah ayat kursi disini? Mari kita simak.

Makna Dibalik Istilah Ayat Kursi

Sebelum memaknai istilah ayat kursi, penulis ingin membahas sekilas tentang makna dari kata ayat. Kata ayat terambil dari bahasa Arab أية yang jika dilihat dari segi bahasa berarti kumpulan. Makna kata ini kemudian berkembang sehingga ia bermakna juga “bukti yang nyata”, pelajaran, dan “sesuatu yang menakjubkan”.

Pernyataan ini penulis temukan dalam buku Quraish Shihab yang berjudul Kosakata Keagamaan. Quraish Shihab mengutarakan bahwa ayat bisa dimaknai sebagai tanda. Mengapa demikian? Karena tanda berpotensi untuk menjadi bukti sekaligus pelajaran yang menakjubkan. Ayat kursi yang terdapat dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 255 menjadi satu-satunya ayat Al Quran yang menggunakan kursi.

Berikut kutipan ayatnya:

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.

Baca juga: Merasa Diganggu Setan? Amalkan Doa Ayat Kursi

Pada akhir ayat diatas, wasi’a kursiyyuhu al-samawat wal-ardh, telah jelas menggunakan kata Kursi dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 255. Hal ini sangat jelas mengapa dinamakan ayat kursi, karena kata kursi telah ada dalam surat tersebut. Mengapa demikian? Ulama berbeda pendapat memaknai hal ini. Secara umum, kata “kursi” tidaklah sama dengan arti yang biasa digunakan yaitu tempat duduk.

Ibrahim bin ‘Umar al-Biqai (809-855 H) dalam tafsirnya Nadhm al-Durar Fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar menafsirkan kata kursi dalam surat Q.S. al-Baqarah [2]: 255.

{وسع كرسيه} ومادة كرس تدور على القوة والاجتماع والعظمة

“(Wasi’a Kursiyyuhu), luas nya kursi tersebut menunjukkan kekuatan, besar, dan agung”.

Sebenarnya, makna dari kursi ini memiliki ragam penafsiran dalam perspektif ulama tafsir. Ada yang mengatakan bahwa kursi dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 255 diartikan sebagai makhluk ciptaan Allah yang juga dinamai sebagai ‘Arsy yang secara harfiah berarti singgasana, namun tidak diketahui hakikatnya.

Quraish Shihab mengungkapkan bahwa dalam Ayat Kursi terdapat tujuh belas kali kata yang menunjuk kepada Allah, satu diantaranya tersirat. Selanjutnya, terdapat lima puluh kata dalam susunan redaksinya. Quraish Shihab melanjutkan bahwa pengulangan tujuh belas kata yang menunjuk nama Allah tersebut bila dicamkan dan dihayati akan memberikan kekuatan tersendiri bagi para pembacanya. Disisi lain, Imam al-Biqai meneruskan penafsirannya tentang kekuatan ikatan Ayat Kursi dengan Allah, ia berkata:

“Lima puluh kata adalah lambang dari lima puluh kali shalat yang pernah diwajibkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw ketika dirinya berada di tempat yang Maha tinggi dan saat peristiwa Mi’raj. Lima puluh kali itu kemudian diringankan menjadi lima kali dengan tujuh belas rakaat sehari semalam. Disisi lain, perjalanan menuju Allah ditempuh oleh malakaikat dalam lima puluh tahun menurut perhitungan manusia”

Baca juga: Agar Terhindar dari Kejahatan? Baca Surah Muawwidzatain

Selaras dengan (Q.S. al-Ma’arij [70]: 4,

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Malaikat-malaikat dan jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya mencapai lima puluh tahun”.

Hal ini membuktikan bahwa makna ayat kursi dalam pandangan ulama tafsir sebagai ayat yang selalu dikaitkan dengan perlindungan Allah. Jika ayat tersebut selalu ada dalam hadirat Allah, gangguan tidak mungkin menyentuh sesorang. Setan tidak mungkin mendekat, bahkan ia akan menjauh. Itulah mengapa Ayat Kursi selalu menjadi bacaan andalan untuk mengusir para setan atau jin yang menghadang manusia.

Rifa Tsamrotus Saadah
Rifa Tsamrotus Saadah
Aktif kajian islamic studies, alumni Uin Syarif Hidayatullah Jakarta dan pernah mengenyam kajian seputar Hadis di Darussunah International Institute For Hadith Sciences.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...