BerandaTafsir Al QuranInilah Telaah Makna Kata Al-Quran

Inilah Telaah Makna Kata Al-Quran

Dari aspek bahasa kata al-Quran (القرآن) yang sudah menjadi nama dari kitab suci kaum muslimin ini adalah kata dasar (masdar) yang menggunakan pola bentuk kata al-fu’lan (الفعلان). Menurut para ulama Al-Quran, kata al-Quran (القرآن) berakar dari dua kata kerja yang berbeda, yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda. Dari kata mana saja, kata al-qur’an (القرآن) itu berasal? Mari kita lihat uraian berikut.

Kata al-Quran berakar dari kata kerja qara’a (قَرَأَ) – yaqra’u (يقرأ), yang bartinya “membaca, menelaah, dan mempelajari.” Karena kata قرآن  itu adalah bentuk dasar dari kata kerja qara’a, maka kata ini berarti “bacaan, telahan, pelajaran.” Lalu para ulama menyatakan bahwa bentuk dasar قرآن itu dipahami sebagai kata benda yang menunjukkan makna pasif (isam maf’ul = اسم مفعول), yang bentuknya adalah (المقروء). Jadi yang dimaksud dengan al-Qur’an (القرآن) itu adalah al-maqru’ (المقروء), artinya “sesuatu yang dibaca, sesuatu yang ditelaah, dan sesuatu yang dipelajari.”

Al-Qur’an (القرآن) itu adalah suatu kitab suci yang harus dibaca, yang harus dipelajari, dan yang harus ditelaah. Itulah sebabnya, maka setiap orang yang membaca Al-Qur’an diberikan oleh Allah pahala yang amat besar, sebagaimana Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang mendengarkan al-Quran.

Baca Juga: 3 Cara Tepat Membaca Al Quran

Arti lain dari kata al-Quran (القرآن) itu juga dipahami sebagai kata dasar yang berakar dari kata kerja qarana (قَرَنَ) – yaqrinu (يَقْرِنُ) yang berarti “menyambung, menghubungkan sesuatu dengan sesuatu.” Makna kata ini lebih ditekankan pada hubungan antara satu ayat dengan ayat yang lain, antara satu surat dengan surat yang lain, sehingga Al-Quran itu diyakini sebagai kitab suci yang ayat yang satu memiliki hubungan atau persambungan dengan ayat yang lain, dan antara satu surat dengan surat yang lain.

Dari makna itu pulalah, maka setiap ayat Al-Qur’an memiliki hubungan atau persambungan antara suatu ayat dengan ayat sesudahnya, antara satu surat dengan surat yang sesudahnya. Persambungan antara ayat dan surat ini oleh ulama Al-Qur’an disebut munasabat (مناسبة).

Dari makna-makna yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa al-Quran adalah sebuah kitab suci, yang ayat-ayat dan surat-surat yang ada di dalamnya saling berhubungan, saling bersambungan, dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya sehingga menjadi sebuah kitab suci yang utuh dan lengkap. Juga Al-Qur’an adalah kitab suci yang ayat-ayat dan surat-surat yang ada di dalamnya harus dibaca, ditelaah, dan dipelajari oleh kaum muslimin, agar terpancar darinya hidayah, cahaya, dan petunjuk Allah.

Pemahaman arti kata Al-Qur’an sebagai “bacaan” bukan tanpa dasar, alasan atau dalil. Allah swt telah menjelaskan hal ini dalam sebuah firmannya di dalam QS. Al-Qiyamah [75]: 17:

إِنَّ عَلَيۡنَا جَمۡعَهُۥ وَقُرۡءَانَهُۥ فَإِذَا قَرَأۡنَٰهُ فَٱتَّبِعۡ قُرۡءَانَهُۥ ثُمَّ إِنَّ عَلَيۡنَا بَيَانَهُۥ

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.

Ada dua kata qur’an (قرآن) yang terdapat di dalam rangkaian ayat di atas, yaitu pada ayat 17 dan ayat 18, yang semuanya menunjukkan arti “bacaan.” Dari sinilah para ulama al-Quran memahami kata qur’an (قرآن) itu sebagai “bacaan,” yang berakar dari kata qara’a (قرأ).

Baca Juga: Tahukah Anda Perbedaan Makna Antara Kata Walid (وَالِدٌ) dan Abu (أَبُوْ) dan Kata Umm (أم) dan Walidah (وَالِدَة)?

Ketiga ayat ini menunjukkan bahwa jaminan Allah yang membuat manusia dapat mengumpulkan ayat-ayat di dadanya (menghafal dan memahaminya), yang membuat manusia dapat mengikuti bacaan-bacannya, dan yang membuat manusia dapat mengikuti penjelasannya.

Kata نا (naa) yang terdapat pada kata-kata عليناdi ayat ke-17, pada kata قرأنا di ayat ke-18, dan kata علينا pada ayat 19, menunjukkan makna “Kami.” Kata jamak seperti ini dipahami oleh ulama Al-Qur’an, sebagai kata tidak hanya menunjukkan kepada Allah, tetapi juga kepada para malaikat, dan juga kepada manusia sebagai ahli al-Quran.Wallahu A’lam.

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...