Introducing English Semantics merupakan buku pengantar studi semantika yang komprehensif dan ringan. Sebagaimana gagasan yang tercantum di dalam judul, buku ini menyajikan konsep semantika melalui kekayaan leksikal dan gramatika bahasa Inggris. Charles W. Kreidler (1924-2013) dalam Introducing English Semantics memiliki visi untuk memberikan pemahaman singkat bagi berbagai jenis akademisi; akademisi linguistik maupun umum. Visi tersebut diaplikasikan dalam penulisan prinsip dan metodologi semantika secara ringkas.
Kreidler mengeksplorasi potensi bahasa Inggris untuk mengakumulasi dan mengklaim makna melalui kata, komponen kata, dan kalimat. Ia mengartikulasikan proses tersebut di dalam bukunya dengan linguistik-semantik. Charles W. Kreidler memberikan pengantar singkat mengenai bahasa dan makna bahasa dalam bab “The Study of Meaning”.
Penulis tertarik dengan gagasan Charles W. Kreidler mengenai idiosinkrasi bahasa manusia dalam The Nature of Language. Menurut Charles W. Kreidler, bahasa manusia mengandung sifat independen dan kreatif. Independensi bahasa manusia terlihat pada kapasitasnya untuk mengekspresikan pengalaman dan keinginan pribadi. Manusia pun memiliki kapasitas untuk mengutarakan jenaka, dualitas makna, hingga rencana masa depan melalui sifat kreatif. Kedua hal tersebut berlawanan dengan sifat alami hewan yang terikat pada stimulus atau insting.
Baca juga: Michael Sells, Mengenalkan Aspek Aural dan Skriptural Sebagai Pendekatan Terhadap Al-Qur’an
Sifat alami bahasa manusia adalah konvensional. Manusia biasa memainkan dan menyusun fonema dan huruf menjadi satuan kata yang singular. Charles W. Kreidler menyadari tendensi tersebut sehingga ia menggunakan framework gramatika, fonologi, sintaksis, dan morfologi untuk menggali makna bahasa secara tepat. Di sisi lain, usaha Kreidler untuk memunculkan buku pengantar semantika secara sederhana membuatnya menghindari penggunaan framework yang lebih kompleks.
Menurut hemat penulis, konsep The Nature of Language dari Kreidler akan menjadi argumentasi yang lebih efektif bila dikaitkan dengan kajian kontekstualitas dan sosiologi bahasa. Dalam studi Al-Quran, studi semantika mengandung peran untuk membaca teks ‘otoritatif’ tersebut sebagai diskursus yang humanis. Tanpa pengkajian melalui berbagai cabang ilmu modern seperti semantika dan hermeneutika, Al-Quran takkan menemukan titik temu demokratis dengan masyarakat modern.
Baca juga: Laleh Bakhtiar dan Kontribusinya Dalam Kajian Tafsir
Mengutip Naṣr Ḥāmid Abū Zayd dalam Rethinking the Qur’ān: Towards a Humanistic Hermeneutics, metode tersebut berfungsi untuk memurnikan nilai dan makna Al-Quran dari berbagai manipulasi kekuatan, baik secara politik, budaya, maupun agama. Toshiko Izutsu dalam God and Man in the Qur’an menempatkan kajian semantika Al-Quran sebagai pembahasan pertama di dalam bukunya. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan perspektif baru bagi sarjanawan Muslim saat membaca dialektika keilmuan Timur.
Singkat kata, teori semantika yang Charles W. Kriedler jelaskan memiliki sasaran yang sama dengan ilmu ma’āni Al-Quran yakni memahami makna, pesan, dan kesan Al-Quran. Perbedaan antara semantika dan ma’āni secara garis beras terletak pada kiblat pengetahuan (Barat dan Timur) beserta alat-alat metodologis di dalamnya. Wallahu A’lam.