BerandaTokoh TafsirMichael Sells, Mengenalkan Aspek Aural dan Skriptural Sebagai Pendekatan Terhadap Al-Qur’an

Michael Sells, Mengenalkan Aspek Aural dan Skriptural Sebagai Pendekatan Terhadap Al-Qur’an

Michael Sells adalah profesor sejarah dal literatur Islam di universitas Chicago. Ia menyelesaikan program Ph.D dengan disertasi mengenai studi komparatif antara mistisme linguistik dalam budaya Yunani, Islam, dan Kristen. Dua tahun sebelum menyelesaikan disertasi, Sells mengikuti pertemuan Quakerisme di 57th Street Meeting, Chicago. Sells pertama kalinya mendengarkan berbagai pesan perdamaian yang disampaikan oleh berbagai kelompok, baik agama dan non-agama. (The Generous Qurʼan: Ten Selected Suras, 4)

Setelah dua tahun mengikuti aliran Quakerisme, ia memiliki ketertarikan secara personal pada kajian peradaban Islam dan sastra Arab.  Kedua kajian tersebut dikembangkan sebagai topik utama dalam setiap penelitian ia ia kembangkan. Dalam proses penelitiannya, Sells pernah berkunjung di Damaskus selama tiga minggu dan menetap di Afrika Utara dan Timur Tengah selama lima tahun.

Perjalanan intelektual yang ia alami memunculkan sebuah pemikiran bahwa agama tidak mengajarkan konsep intoleransi dan radikalisme pro-kekerasan. Melalui cara pandang tersebut, Sells meyakini bahwa stigma buruk yang disampaikan oleh media terhadap Islam tidaklah sesuai dengan konsep Islam yang ia pahami.(The Generous Qurʼan: Ten Selected Suras, 5)

Baca Juga: Massimo Campanini; Pengkaji Al-Quran Kontemporer dari Italia

Approaching the Quran merupakan salah satu literatur pengkajian Al-Qur’an yang paling popoler di Amerika. Buku ini ditulis sebagai refleksi Sells ketika berada di Mesir dan dicetak pada tahun 1999 oleh White Cloud, Oregon. Buku ini pernah menjadi sebuah pusat kontroversi pada tahun 2002.

Approaching the Quran by Michael Sells
Approaching the Quran by Michael Sells

Permasalahan muncul ketika profesor Carl W. Ernst dari Universitas Carolina Utara (UNC) menjadikan buku ini sebagai bahan bacaan dan diskusi untuk kegiatan summer reading program yang diikuti oleh 178 forum mahasiswa. Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa menjadi lebih kritis terhadap transmisi media di Amerika dan merasa empati pada Islam yang menjadi sasaran media sejak aksi terorisme 11 September 2001 di Washington DC.

Melihat hasil dari pertemuan summer reading, James Moeser selaku rektor UNC menarik buku Approaching the Qur’an dari kegiatan summer reading dengan alasan bahwa buku ini tidak membaca fenomena Islam secara utuh. Buku tersebut hanya memuat beberapa surat awal Al-Qur’an mengenai perdamaian dan mengabaikan banyak surat yang memuat pesan terorisme dan radikalisme pro-kekerasan.

Di dalam Approaching the Qur’an, Michael Sells mampu menjelaskan konsep Al-Qur’an dan Muhammad yang begitu kompleks ke dalam narasi yang singkat dan jelas. Ia memulai tulisannya dengan pembahasan mengenai peran Nabi Muhammad Saw dalam pembentukan Al-Qur’an. Masyarakat Arab masa Nabi menganggapnya sebagai seorang kāhin (peramal) dan sarjanawan modern menggangapnya sebagai penulis Al-Qur’an.( Approaching the Qur’an: The Early Revelations , 5)

Michael Sells menjelaskan posisi Nabi Muhammad Saw adalah sebagai penyampai wahyu. Peran Muhammad tidak dapat disamakan dengan peran Yesus dalam ajaran Kristen. Sells memberikan bahwa Yesus dalam ajaran Kristen sama dengan Al-Qur’an dalam ajaran Islam. Yesus merupakan manifestasi kalam Tuhan yang diwujudkan dengan tulang dan daging, sedangkan Al-Qur’an merupakan manifestasi kalam Tuhan yang diwujudkan secara aural dan skriptural.

Aspek aural dan skriptural merupakan dua dimensi yang dititikberatkan dalam buku Approaching the Qur’an: The Early Revelations (2001). Menurut Sells, kajian aural Al-Qur’an digunakan untuk membentangkan keindahan dan kemegahan Al-Qur’an bagi pembaca sedangkan kajian skriptural digunakan untuk mendeskripsikan setiap elemen historis yang melekat pada teks Al-Qur’an.

Michael Sells memberikan contoh pada QS. Al-Najm (53): 1-12 yang menjelaskan proses pewahyuan Muhammad. Ayat tersebut dinarasikan secara elipsis dan mefaforik. Dibutuhkan analisis skriptural yang mendalam bagi sejumlah sarjana studi Al-Qur’an untuk menjelaskan pesan yang tersembunyi di dalam ayat tersebut.

Misalnya dalam tafsir Baghawi, ia berpendapat bahwa ayat ini menjelaskan fungsi penting Nabi Muhammad yang menerima wahyu dari tempat yang tinggi. Ayat tersebut turut membantah ucapan bangsa Arab bahwa Nabi Muhammad adalah seorang kāhin. (Tafsir Baghawi , 405)

Argumen tersebut dibuktikan dengan kemampuan Nabi untuk memahami, menafsirkan, dan mengaplikasikan ayat yang diturunkan kepadanya sedangkan kāhin tidak mampu memahami dan menjelaskan segara syair yang ia dapat dari setan.

Melalui analisis aural, Sells berpendapat bahwa surat pendek yang muncul di akhir Al-Qur’an seperti QS. Al-Najm (53) memiliki memuat kekayaan makna, seni, dan otoritas Tuhan dalam struktur ayatnya. Ayat-ayat tersebut sangat mudah diterima oleh pembaca Al-Qur’an secara umum.

Baca Juga: Dr. Laleh Bakhtiar, Muslimah Amerika Perintis Psikologi Al-Quran Telah Berpulang

Proses konstruksi ayat dan pesan dengan tingkatan tersebut sangat mustahil diselesaikan dalam oleh seorang manusia yang memiliki rentan usia yang terbatas. Argumen tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur’an sangat mustahil diciptakan oleh Muhammad.

Analisis aural dan skriptural menjadi dua fokus penting yang terus dikembangkan oleh Michael Sells di dalam pembahasan buku Approaching the Quran. Kedua frame tersebut menjadi daya tarik dalam tulisan ini. Sekalipun demikian, Sells mengklaim bahwa ia tidak ingin memberikan legitimasi ataupun perlawanan terhadap eksistensi Al-Qur’an. Ia hanya ingin memberikan sebuah diskursus mengenai “teks berbahasa Arab yang paling berpengaruh di dunia” minimal agar dikenal, mudah dipahami, dan tidak disalahpahami oleh pembaca kontemporer. Wallahu A’lam.

Egi Tanadi Taufik
Egi Tanadi Taufik
Peneliti Muda di Institute of Southeast Asian Islam dan Mahasiswa prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Antara Impian dan Keluarga: Refleksi Qur’ani Film “Home Sweet Loan”

Antara Impian dan Keluarga: Refleksi Qur’ani Film “Home Sweet Loan”

0
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, dilema antara mengejar impian pribadi dan memenuhi harapan keluarga sering kali menjadi perbincangan. Film “Home Sweet Loan” menggambarkan...